25
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SEJARAH HURUF JEPANG, JENIS-
JENIS HURUF JEPANG DAN FUNGSI PENULISANNYA, SERTA KOMIK
2.1 Sejarah Huruf
2.1.1 Sejarah Munculnya Huruf di Dunia
Sejarah huruf bermula di Mesir purba. Perkembangan bahasa tulis bermula sejak sebelum Masehi, di mana awalnya manusia menggunakan bahasa
gambar untuk berkomunikasi. Bangsa Afrika dan Eropa mengawali pada tahun 3500-4000 sebelum Masehi dengan membuat lukisan di dinding gua.
http:hobyt.wordpress.com Sejarah tulisan mencatat perkembangan bahasa ekspresi dengan huruf
atau tanda-tanda lainnya. Bahasa telah berkembang secara berbeda pada tiap
peradaban manusia. Awal mula tulisan diketahui pada masa proto dengan sistem ideografik dan simbol mnemonik. Penemuan tulisan ditemukan pada dua
tempat yang berbeda: Mesopotamia sekitar 3200 SM dan Mesoamerika sekitar 600 SM. Dua belas naskah kuno Mesoamerika diketahui berasal dari Zapote dan
Meksiko. Sementara itu, tempat berkembangnya tulisan masih menjadi perdebatan antara di Mesir yaitu sekitar 3200 SM atau di China pada 1300
SM.
http:id.wikipedia.org.wikiSejarah_huruf.
26
2.1.2 Sejarah Munculnya Huruf di Jepang
Menurut Iwabuchi Tadasu 1989: 280-281, huruf dimulai dari gambar untuk menunjukkan isi atau arti suatu hal atau perkara. Gambar-gambar itu
disederhanakan, lalu pada akhirnya bersamaan dengan bentuk gambar tersebut ditentukanlah cara-cara pengucapannya berdasarkan kebiasaan atau adat istiadat
masyarakat pemakainya. Huruf yang menyatakan isi atau arti dan sekaligus menyatakan pengucapan seperti ini disebut hyoo’i moji. Salah satu contoh
hyoo’i moji adalah huruf kanji. Selain hyoo’i moji, ada juga hyoo’on moji yaitu huruf yang hanya menyatakan bentuk-bentuk pengucapan yang tidak memiliki
arti tertentu. Di dalam hyoo’on moji terdapat onsetsu moji dan tan’on moji. Onsestsu moji adalah huruf yang pada prinsipnya menyatakan sebuah silabel
seperti huruf hiragana dan katakana, sedangkan tan’on moji adalah huruf yang pada prinsipnya menyatakan sebuah fonem seperti huruf latin.
Sebelum adanya huruf Jepang yang digunakan sekarang ini, bangsa Jepang menggunakan aksara kanji ChinaTionghoa. Secara resmi, aksara
Tionghoa pertama kali dikenal di Jepang lewat barang-barang yang diimpor dari Tionghoa melalui Semenanjung Korea mulai abad ke-5 Masehi. Sejak itu pula,
aksara Tionghoa banyak dipakai untuk menulis di Jepang, termasuk untuk prasasti dari batu dan barang-barang lain. http:id.wikipedia.orgwikiKanji
Sebelumnya, di awal abad ke-3 Masehi, dua orang bernama Achiki dan Wani datang dari Baekje di masa pemerintahan Kaisar Oujin. Keduanya konon
menjadi pengajar aksara Tionghoa bagi putra kaisar. Wani membawa buku Analek karya Kong Hu Chu dan buku pelajaran menulis aksara Tionghoa untuk
27
anak-anak dengan judul Seribu Karakter Klasik. Walaupun demikian, orang Jepang mungkin sudah mengenal aksara Tionghoa sejak abad ke-1 Masehi. Di
Kyushu ditemukan stempel emas asal tahun 57 Masehi yang diterima sebagai hadiah dari Tiongkok untuk raja negeri Wa Jepang.
http:id.wikipedia.orgwikiKanji Dokumen tertua yang ditulis di Jepang menurut perkiraan ditulis
keturunan imigran dari Tiongkok. Istana mempekerjakan keturunan imigran dari Tiongkok bekerja di istana sebagai juru tulis. Mereka menuliskan bahasa
Jepang kuno yang disebut yamato kotoba dalam aksara Tionghoa. Selain itu, mereka juga menuliskan berbagai peristiwa dan kejadian penting.
Sebelum aksara kanji dikenal orang Jepang, bahasa Jepang berkembang tanpa bentuk tertulis. Pada awalnya, dokumen bahasa Jepang ditulis dalam
bahasa Tionghoa, dan dilafalkan menurut cara membaca bahasa Tionghoa. Sistem kanbun 漢文 merupakan cara penulisan bahasa Jepang menurut bahasa
Tionghoa yang dilengkapi tanda diakritik. Sewaktu dibaca, tanda diakritik membantu penutur bahasa Jepang mengubah susunan kata-kata, menambah
partikel, dan infleksi sesuai aturan tata bahasa Jepang. Selanjutnya berkembang sistem penulisan manyoogana yang memakai
aksara Tionghoa untuk melambangkan bunyi bahasa Jepang. Sistem ini dipakai dalam antologi puisi klasik manyooshuu. Sewaktu menulis manyoogana,
aksara Tionghoa ditulis dalam bentuk kursif agar menghemat waktu. Hasilnya adalah hiragana yang merupakan bentuk sederhana dari manyoogana.
Hiragana menjadi sistem penulisan yang mudah dikuasai wanita. Kesusastraan
28
zaman Heian diwarnai karya-karya besar sastrawan wanita yang menulis dalam hiragana. Sementara itu, katakana diciptakan oleh biksu yang hanya mengambil
sebagian kecil coretan dari sebagian karakter kanji yang dipakai dalam manyoogana.
2.2 Jenis-jenis Huruf Jepang