17 3.
Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari peneneman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar
lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Proses pembelajaran matematika di SD dimulai dengan hal yang konkret
ke yang abstrak agar siswa mudah menerima materi. Untuk membelajarkan matematika agar lebih menarik dapat dilakukan menggunakan permainan.
Menurut Dienes Pitadjeng, 2006: 28, permainan matematika sangat penting sebab operasi matematika dalam permainan tersebut menunjukkan aturan secara
konkret dan lebih membimbing dan menajamkan pengertian matematika pada anak didik. Objek-objek konkret dalam bentuk permainan mempunyai peranan
sangat penting dalam pembelajaran matematika jika dimanipulasi dengan baik.
E. Kajian tentang Karakteristik Siswa SD
Menurut Hamzah B. Uno 2006: 20, karakteristik siswa adalah aspek- aspek atau kualitas seorang siswa seperti bakat, motivasi, dan hasil belajar yang
telah dimilikinya. Perkembangan merupakan suatu proses perubahan yang dialami manusia selama hidupnya. Menurut Rita Eka Izzaty dkk 2013: 9, perkembangan
manusia merupakan proses yang kompleks yang dapat dibagi menjadi empat aspek utama yaitu perkembangan fisik, intelektual yang termasuk kognitif dan
bahasa, serta emosi, dan sosial yang didalamnya juga termasuk perkembangan moral. Pembahasan pada kajian ini dibahas perkembangan kognitif khususnya
usia sekolah dasar. Menurut Piaget Desmita, 2011: 101, tahap perkembangan kognitif dibagi menjadi 4 periode sebagai berikut.
1. Periode Sensorimotor 0 – 2 tahun
18 2.
Periode Praoperasional 2 – 7 tahun 3.
Periode Operasional Konkret 7 – 11 tahun 4.
Periode Operasional Formal 11 tahun – dewasa Menurut Piaget Pitadjeng, 2006: 28, perkembangan belajar matematika
anak melalui 4 tahap yaitu tahap konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak. Kegiatan yang dilakukan pada tahap konkret adalah anak mendapatkan
pengalaman langsung atau memanipulasi objek-objek konkret. Tahap semi konkret sudah tidak perlu memanipulasi objek-objek konkret lagi tetapi cukup
dengan gambaran dari objek yang dimaksud. Pada tahap semi abstrak memanipulasi melihat tanda sebagai ganti gambar untuk dapat berpikir abstrak.
Sedangkan tahap abstrak anak sudah mampu berpikir secara abstrak dengan melihat lambang simbol atau membaca mendengar secara verbal tanpa kaitan
dengan objek-objek konkret. Siswa kelas III SD berada pada usia 8 atau 9 tahun. Berdasarkan pendapat
Piaget, siswa kelas III memasuki tahap operasional konkret 7 – 11 tahun. Anak –
anak usia ini memiliki karakteristik yaitu senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu
secara langsung. Oleh sebab itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, mengusahakan siswa berpindah atau
bergerak, bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran Desmita, 2011: 35.
Selain itu, pada tahap operasional konkret anak mampu melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang konkret. Dengan kata lain,
19 bila anak dihadapkan dengan suatu masalah misalnya masalah klasifikasi secara
verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkret, maka anak belum mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik Siti Rahayu H, 2004: 223. Berdasarkan
teori tentang perkembangan siswa kelas III SD, maka perlu pembelajaran dengan menggunakan objek-objek konkret maupun permainan yang menyenangkan.
F. Kajian tentang Model Quantum Learning