Kajian tentang Model Quantum Learning

19 bila anak dihadapkan dengan suatu masalah misalnya masalah klasifikasi secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkret, maka anak belum mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik Siti Rahayu H, 2004: 223. Berdasarkan teori tentang perkembangan siswa kelas III SD, maka perlu pembelajaran dengan menggunakan objek-objek konkret maupun permainan yang menyenangkan.

F. Kajian tentang Model Quantum Learning

Model pembelajaran merupakan landasan dalam praktik pembelajaran yang dirancang berdasarkan hasil analisis implementasi kurikulum Ali Hamzah dan Muhlisrarini, 2014: 153. Untuk itu, model pembelajaran matematika dapat diartikan sebagai landasan dalam praktik pembelajaran matematika. Macam – macam model pembelajaran matematika dikenal banyak ragamnya. Berdasarkan buku Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika karya Ali Hamzah dan Muhlisrarini, diuraikan 9 model pembelajaran yaitu model kolaboratif, kuantum, kooperatif, tematik, sosial, perilaku, behavorisme, cognitivisme, constructivisme. Diantara model – model pembelajaran tersebut, model yang sesuai untuk diterapkan pada penelitian ini adalah model kuantum. Tokoh pembelajaran kuantum quantum learning adalah Bobbi DePorter seorang ibu rumah tangga yang mengembangkan gagasan pembelajaran kuantum di Supercamp sejak tahun 1982. Pembelajaran kuantum merupakan hasil dari berbagai teori dan berbagai pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi neurolinguistik. Selain itu, diperoleh pula dari pandangan pribadi dan temuan empiris yang diperoleh Bobbi DePorter. Quantum learning juga menggunakan konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, 20 yaitu: 1. Teori otak kanan kiri 2. Teori otak triune 3 in 1 3. Pilihan modalitas visual, auditorial, dan kinestetik 4. Teori kecerdasan ganda 5. Pendidikan holistik menyeluruh 6. Belajar berdasarkan pengalaman 7. Belajar dengan simbol metaphoric learning 8. Simulasi permainan. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dapat diambil kesimpulan bahwa quantum learning merupakan model pembelajaran yang dibuat menyenangkan dan bermakna sehingga dapat memaksimalkan kemampuan siswa. Quantum learning memiliki kerangka pembelajaran yang disingkat dengan istilah TANDUR. Dalam versi Bahasa Inggris, TANDUR dikenal dengan istilah EEL Dr. C Enroll, Experience, Label, Demonstrate, Review, Celebrate a. Enroll: Hook them, create intrigue, satisfy WIIFM b. Experience: Give then an in-body experience of learning; create a “need to know”. c. Label: Drop the “data” in at the moment of peak intrigue. d. Demonstrate: provide this opportunity for them to connect experience with the new data, so they internalize it and make it personal. e. Review: Cement the big picture. f. Celebrate: Remember, if it’s worth learning, it’s worth celebrating Celebrating anchors learning with positive association. DePorter, Bobbi., Reardon, Mark. Nourie, Sarah Singer, 1999: 89. Kerangka TANDUR dapat diterapkan untuk mata pelajaran apapun, tingkat kelas, dan siapapun pendengarnya. Kerangka ini menjamin siswa akan tertarik dan berminat pada setiap pelajaran DePorter, Bobbi., Reardon, Mark. Nourie, Sarah Singer, 1999, terjemahan Ary Nilandari, 2004: 88. Tahapan kerangka TANDUR dijabarkan pada langkah berikut DePorter, Bobbi., Reardon, Mark. Nourie, Sarah Singer, 1999, terjemahan Ary Nilandari, 2004: 90-93. 21 a. Tumbuhkan Menumbuhkan minat dan menunjukkan kepada siswa, apakah manfaatnya bagi mereka? AMBAK. Strategi yang dilakukan dapat melalui pertanyaan, pantomime, lakon pendek dan lucu, drama, video, cerita. Contoh pembelajaran: “Berapa banyak dari kalian yang menginginkan kesempatan untuk makan biskuit Oreo; Dan mendapatkan rahasia menulis esai yang sempurna dengan mudah setiap saat?” b. Alami Menciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. Strategi yang digunakan dengan jembatan keledai, permainan, simulasi, sandiwara, memberi tugas kelompok dan kegiatan yang mengaktifkan pengetahuan yang sudah mereka miliki. Contoh pembelajaran: guru menunjukkan sepotong biskuit oreo, memisahkan kedua belahnya, mengangkat salah satunya dan bertanya, “Apakah Oreo ini enak jika hanya belahan yang ini?”. Dia mengangkat belahan lainnya yang ada krim di tengahnya. c. Namai Memberikan apa yang mereka inginkan dengan menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi; sebuah masukan. Strategi dengan menggunakan susunan gambar, warna, alat bantu, kertas tulis, dan poster di dinding. Contoh pembelajaran: “Percaya atau tidak, Oreo ini mirip esai yang bagus kerenyahan di awal, isi enak di tengah, dan kerenyahan untuk mengakhirinya. Guru mengeluarkan Oreo tiuan yang besar, setiap bagiannya dinamai: pendahuluan, isi, 22 kesimpulan, dan meminta siswa untuk menyebutkan nama-nama tiap bagiannya. Sekali lagi mereka bernyayi.” d. Demonstrasikan Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Strategi: sandiwara, video, permainan, rap, lagu, penjabaran dalam grafik. Contoh pembelajaran: guru membagikan satu biskuit Oreo ke setiap siswa, menyuruh mereka memisahkan biskuit dan dengan berpasangan menamai ketiga bagian biskuit esai sebelu mereka memakannya. Setiap pasangan siswa kemudian mendapatkan esai pendek pada sehelai kertas, yang mereka potong menjadi bagian-bagian esai, menyadari persamaannya dengan bagian Oreo pada setiap potongannya. e. Ulangi Menunjukkan kepada siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan bahwa mereka memang sudah tahu. Strategi dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru mereka kepada orang lain kelas lain, kelompok umur yang berbeda, menirukan orang-orang terkenal seperti guru, ahli, tokoh. Contoh pembelajaran: siswa menggambarkan bagian-bagian esai Oreo mereka sendiri dalam buku catatan. Sebelum mengunyah sisa biskuit, setiap siswa memisahkan biskuit mereka, dan memberi nama pada setiap bagian esai. f. Rayakan Memberikan pengakuan terhadap apa yang sudah diselesaikan, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Strategi dengan memberikan pujian, bernyanyi bersama, pamer pada pengunjung, pesta kelas. 23 Contoh pembelajaran: saling memuji antar pasangan sambil bernyanyi “Harus ada kerenyahan di awal, isi ditengah, dan kerenyahan di akhir.” Quantum learning juga memiliki aspek – aspek yang perlu diperhatikan saat proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut. 1. Menata Pentas: Lingkungan Belajar yang Tepat Setting the Stage: The Right Learning Environment Pada quantum learning, penataan ruangan menjadi langkah awal yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar secara keseluruhan. Program yang dilakukan Bobbi DePorter dapat berhasil karena berusaha untuk menciptakan optimal baik secara fisik maupun mental. Penataan dapat dilakukan dengan menata perabotan, musik yang dipasang, penataan cahaya, dan bantuan visual di dinding dan papan iklan. Jika lingkungan ditata dengan baik maka dapat menjadi sarana yang bernilai untuk membangun dan mempertahankan sikap positif Bobbi DePorterMike Hernacki, 1992, terjemahan Alwiyah Abdurrahman, 2004: 66. 2. Memupuk Sikap Juara Cultivating a Winning Attitude Berpikirlah seperti seorang juara dan Anda akan menang. Memiliki sikap positif merupakan aset berharga dalam proses quantum learning. Siswa perlu diberikan harapan yang tinggi terhadap diri mereka dan keyakinan untuk meraih prestasi Bobbi DePorterMike Hernacki, 1992, terjemahan Alwiyah Abdurrahman, 2004: 90. Aspek – aspek diatas merupakan aspek yang penting selama proses pembelajaran dengan dengan model quantum learning. Pada proses pembelajaran berlangsung guru atau pengajar juga perlu memperhatikan prinsip – prinsip pada 24 pembelajaran kuantum. Pembelajaran kuantum memiliki prinsip utama yaitu bawalah dunia mereka ke dalam duna kita, dan antarkan dunia kita ke dalam dunia mereka Sugiyanto, 2010: 70. Prinsip tersebut menuntut pengajar untuk memasuki dunia pembelajar. Melalui cara ini, pengajar akan lebih mudah membelajarkan pembelajar dan memudahkan pembelajar menuju kesadaran dan ilmu yang lebih luas. Quantum learning memiliki lima prinsip dasar sebagai berikut Sugiyanto, 2010: 80. 1. Segalanya berbicara Pada quantum learning segala sesuatu mulai dari lingkungan, sikap guru, kertas yang dibagikan, semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran. 2. Segalanya bertujuan Segala sesuatu selama proses pembelajaran memiliki tujuan. 3. Berawal dari pengalaman Proses pembelajaran yang paling baik ketika siswa mengalami informasi sebelum memperoleh makna untuk apa mempelajari mempelajari materi tersebut. 4. Menghargai setiap usaha Pada proses pembelajaran, setiap usaha yang dilakukan siswa perlu dihargai. Penghargaan tersebut sebagai bentuk apresiasi guru karena siswa sudah berani mencoba, memiliki rasa percaya diri, dan mengalahkan rasa nyaman pada dirinya. 5. Merayakan setiap keberhasilan Merayakan hal – hal yang telah dipelajari akan memberikan kemajuan dan meningkatkan emosi yang positif dengan materi yang dipelajari. 25 Berdasarkan kerangka TANDUR, aspek – aspek quantum learning, dan prinsip pembelajaran quantum learning, maka disimpulkan bahwa model quantum learning menerapkan kerangka TANDUR Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan dalam proses pembelajaran yang dapat berjalan sesuai dengan harapan apabila diterapkan pula aspek lingkungan belajar yang tepat dan memupuk sikap juara. Penataan ruangan sebagai langkah awal untuk mengatur pengalaman belajar secara keseluruhan. Lingkungan yang ditata dengan baik merupakan sarana yang baik untuk mempertahankan sikap positif. Sikap positif diperlukan untuk membangun sikap juara yaitu sikap yang memberikan keyakinan kepada siswa untuk meraih prestasi. Selain itu perlu diperhatikan lima prinsip dasar dalam pembelajaran quantum learning agar pelaksanaan proses pembelajaran menyenangkan dan dapat diterima siswa. Proses pembelajaran dengan model quantum learning akan memberikan hasil yang memuaskan jika didukung dengan kondisi siswa yang memiliki kemauan, guru yang mendukung keberhasilan siswa, serta lingkungan yang kondusif. Manfaat dari penerapan quantum learning antara lain suasana kelas yang menyenangkan sehingga siswa bersemangat dalam belajar, siswa dapat memanfaatkan fasilitas maupun suasana sekitar kelas sebagai alat peraga, dan setiap usaha siswa akan diberikan penghargaan oleh pengajar baik secara lisan atau barang.

G. Kajian Penelitian yang Relevan