109
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut;
1. Dalam merencanakan program pemberdayaan perempuan warga binaan
sosial A melalui keterampilan menjahit di Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta tidak hanya melibatkan satu pemikiran saja, tetapi didiskusikan
dengan berbagai belah pihak, sehingga sesuai dengan kondisi sasaran. Program keterampilan menjahit untuk pemberdayaan perempuan warga
binaan sosial A di PSBK Yogyakarta dilakukan dengan tahap-tahap yaitu; a.
Perencanaan program keterampilan menjahit meliputi; identifikasi kebutuhan, penentuan tujuan, penentuan sasaran program, penentuan
tutor, penentuan materi, pengadaan sarana dan prasarana dan evaluasi program.
b. Pelaksanaan keterampilan menjahit memiliki komponen antara lain;
warga binaan sosial perempuan dengan usia maksimal 50 tahun, tutor yang profesional yang berasal dari pensiunan BLK, keterampilan
dilaksanakan dalam kurun waktu satu tahun dan pelaksanaannya dilaksanakan setiap hari selasa dan kamis, materi keterampilan menjahit
antara lain; tentang ruang lingkup teori dan alat-alat jahit, membuat serbet makan dan lap meja, taplak meja dan sarung guling dan tutup
galon, sarana dan prasarana yang sudah mencukupi untuk program
110 keterampilan menjahit dan pembiayaan program ketrampilan menjahit
bersumber dari APBD Provinsi DIY. c.
Evaluasi keterampilan menjahit menggunakan metode evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif ini dilakukan selama keterampilan
menjahit berlangsung dengan sesi diskusi atau tanya jawab dengan cara tutor memberikan kesempatan kepada warga binaan untuk menanyakan
materi-materi yang belum paham, kemudian tutor memberikan penjelasan sampai para warga binaan benar-benar menguasai materi.
Sementara evaluasi sumatif dilaksanakan pada saat akhir program keterampilan menjahit selesai yaitu pada bulan Desember dengan melihat
hasil dari tugas-tugas menjahit yang sudah diberikan oleh tutor. 2.
Dampak program pemberdayaan perempuan warga binaan sosial A melalui keterampilan menjahit di Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta sangat baik
karena bisa menambah keterampilan dan pengetahuan yang baru kepada warga binaan, dari tidak bisa menjadi bisa. Selain itu juga dapat mengubah
keadaan ekonomi para warga binaan dengan disalurkan ke perusahan- perusahan konveksi dimana mereka akan ditampung oleh perusahaan
tersebut. Selain itu bagi warga binaan yang ingin mencoba membuka usaha akan diberi pendampingan sampai usaha tersebut benar-benar berjalan.
3. Faktor pendukung dalam program pemberdayaan perempuan warga binaan
sosial A melalui keterampilan menjahit di Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta antara lain; SK Mensos RI untuk melaksanakan rehabilitasi
sosial pengemis, gelandangan dan orang terlantar. Dukungan dari instansi
111 terkait yang bersedia bekerjasama dengan PSBK antara lain; instansi
akademi, dunia usaha perusahaan konveksi, masyarakat dalam hal ini memotivasi warga binaan agar lebih rajin dalam mengikuti program
ketrampilan menjahit serta adanya bantuan anggaran dana dari APBD Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Disamping itu
lengkapnya fasilitas sarana dan prasarana serta ditunjang kepribadian tutor yang profesional dalam pembelajaran ketrampilan menjahit. Sedangkan
faktor penghambat dalam program pemberdayaan perempuan warga binaan sosial A melalui keterampilan menjahit di Panti Sosial Bina Karya
Yogyakarta antara lain; tidak adanya montir mesin jahit di lingkungan panti sehingga ketika mesin jahit rusak menghambat proses pembelajaran
keterampilan menjahit dan kurangnya motivasi dari anggota keluarga warga binaan dalam mengikuti program keterampilan menjahit.
B. Saran