130
3. Bagaimana evaluasi program pemberdayaan perempuan warga binaan sosial
A melalui ketrampilan menjahit di Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta?
Bapak TH :“dalam melaksanakan kegiatan evaluasi program ketrampilan
menjahit, kami menggunakan metode evaluasi formatif mbak, dimana kami mengevaluasinya saat program pelatihan tersebut
berlangsung, sehingga kami bisa mengetahui hambatan yang ada pada warga binaan saat melaksanakan program pemberdayaan
ketrampilan menjahit, karena dengan metode ini, warga binaan dapat langsung mengatasi hambatannya saat pembelajaran sedang
berlangsung”
Ibu SS :“dalam melaksanakan evaluasi metode yang kami gunakan itu
metode evaluasi formatif mbak, karena dengan metode ini tentunya lebih cocok digunakan buat para warga binaan, karena metode ini
dilakukan selama pembelajaran berlangsung, yang namanya warga binaan disini itu berbeda dengan di sekolah-sekolah lain mbak,
namanya gelandangan dan pengemis kan masih bingungan mbak, jadi
evaluasi yang baik ya secara formatif ini” Bapak AS
:“tugas untuk evaluasi itu dilakukan oleh tutornya mbak, jadi setiap program pelatihan ketrampilan salah satunya program ketrampilan
menjahit ini, tutor melakukan evaluasi, dan para pekerja sosial tentunya ikut membantu dalam proses tersebut. Untuk tutornya
mengevaluasi bagaimana para warga binaan sudah menguasai materi yang diberikan belum dan pegawai sosial mengevaluasi
tentang pelaksanaan program, apakah sudah dikatakan berhasil atau belum”
Ibu TTK :
“saya melakukan evaluasi dibantu oleh pekerja panti mbak, saya melakukan evaluasi disini dipanti ini, jadi setiap selesai
pembelajaran nanti saya adakan evaluasi dengan tanya jawab, jadi saya evaluasi langsung pembelajaran hari ini. Saya tanya apa ada
materi yang kurang dikuasai? jadi saya harus pintar-pintar dalam penyampaiannya materi dan harus jelas supaya esoknya tidak ada
kendala lagi, karena untuk materi yang diajarkan besok kan sudah
131 lain mbak jadi ya saya harus mengetahui kendala apa saja yang
mereka rasakan sebelum saya melanjutkan ke materi selanjutnya. Untuk proses evaluasi setelah proses program pelatihan
ketrampilan menjahit selesai, saya melakukan evaluasi dengan cara menyuruh mereka membuat karya yang lebih bagus mbak”
Bapak SR :“evaluasi dilakukan setelah program pelatihan ketrampilan
menjahit selesai mbak, dimana kami akan melihat seberapa besar mereka, warga binaan menguasai program pelatihan ketrampilan
menjahit yang kami berikan, apakah mereka sudah ahli atau belum dengan materi-materi ketrampilan yang tutor ajarkan. Tentunya
dengan evaluasi kami dapat melihat kemampuan para warga binaan apakah ada peningkatan atau tidak.”
Ibu SK :“sehabis pembelajaran biasanya dilakuakan tanya jawab oleh tutor
mbak, apa yang belum dipahami, nanti akan dijelaskan kembali, kalau menurut saya ini sangat membantu saya dalam untuk
menguasai materi mbak, maklum mbak saya kan udah tua jadi agak mumetan mbak, nanti yang saya belum paham disampaikan lagi
dan diajari lagi sampai saya mudeng mbak ”
Kesimpulan : Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan metode evaluasi yang digunakan adalah metode formatif, kerena metode formatif
sangat cocok diterapkan pada program pemberdayaan perempuan warga binaan sosial A melalui ketrampilan menjahit di Panti Sosial
Bina Karya Yogyakarta. Dan pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh tutor dan pegawai panti sosial. Proses evaluasi dilakukan oleh tutor
dengan sesi diskusi tanya jawab setelah pembelajaran dengan proses tanya jawab. Untuk evaluasi keterlaksanaan program
pelatihan ketrampilan menjahit dilakukan oleh pekerja sosial, evaluasi ini dilaksanakan di akhir tahun pada bulan Desember.
Evaluasi ini untuk melihat ada tidaknya peningkatan warga binaan dalam menguasai ketrampilan menjahit setelah program pelatihan
diberikan.
132
4. Bagaimana dampak program pemberdayaan perempuan warga binaan