Tanggapan terhadap program keterampilan menjahit sebagai upaya Arsip tertulis Foto Bagaimana proses perencanaan program pemberdayaan perempuan warga

123 Pedoman wawancara

1. Identitas diri

a. Nama : b. Usia : c. Agama : d. Pekerjaan : e. Alamat : f. Pendidikan terakhir :

2. Tanggapan terhadap program keterampilan menjahit sebagai upaya

pemberdayaan perempuan a. Apa alasan anda mengikuti program? b. Apa saja yang telah anda peroleh selama mengikuti program? c. Bagaimana proses dan tahapan pelaksanaan program keterampilan menjahit sebagai upaya pemberdayaan perempuan? d. Apa saja materi yang diberikan dalam program? e. Apakah materi yang diberikan cukup jelas? f. Apakah materi yang diberikan sesuai dengan kemampuan anda? g. Bagaimana tutor memberikan materi dalam program h. Bagaimana metode belajar yang digunakan dalam program? i. Apa saja fasilitas yang digunakan dalam program? j. Bagaimana interaksi atau hbungan anda dengan tutor, pekerja sosial dan warga binaan lainnya? k. Apa manfaat yang anda peroleh dari program? l. Perubahan apa saja yang telah anda peroleh melalui program? m. Apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat selama program berlangsung? Lampiran 4. Pedoman Wawancara Warga Belajar Keterampilan Menjahit 124 Pedoman Dokmentasi

1. Arsip tertulis

a. Profil Panti Sosial Bina Karya b. Sejarah berdirinya Panti Sosial Bina Karya c. Visi dan Misi berdirinya Panti Sosial Bina Karya d. Data pengurus Panti Sosial Bina Karya e. Data tutor dan warga belajar program keterampilan menjahit f. Presensi tutor dan warga belajar g. Rencana kegiatan pembelajaran

2. Foto

a. Gedung atau fisik Panti Sosial Bina Karya b. Fasilitas yang dimiliki Panti Sosial Bina Karya c. Pelaksanaan program keterampilan menjahit sebagaia upaya pemberdayaan perempuan d. Pengurus Panti Sosial Bina Karya e. Kegiatan tutor dalam program f. Hasil keterampilan warga belajar Lampiran 5. Pedoman Dokumentasi 125 ANALISIS DATA Reduksi, Display, dan Penarikan Kesimpulan Hasil Wawancara Program Pemberdayaan Perempuan Warga Binaan Sosial A melalui Ketrampilan Menjahit di Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta

1. Bagaimana proses perencanaan program pemberdayaan perempuan warga

binaan sosial A melalui ketrampilan menjahit di Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta? Bapak TH : “dalam melakukan tahap perencanaan program pemberdayaan perempuan warga binaan sosial A melalui ketrampilan menjahit di PSBK ini, kami lakukan rapat di aula sini mbak dan semua pekerja sosial kami kumpulkan untuk rapat koordinasi membahas program ketrampilan-ketrampilan yang akan diberikan nantinya, salah satunya ketrampilan menjahit tersebut mbak ” Ibu SS : “dalam proses perencanaan program pemberdayaan perempuan warga binaan sosial A melalui ketrampilan menjahit di PSBK ini, kami melakukan banyak sekali persiapan mbak, diantaranya mempersiapkan ruangan yang akan kami gunakan untuk rapat, karena rapat tersebut tentunya merupakan hal yang paling utama dibutuhkan dalam proses perencanaan program. Untuk proses perencanaan nantinya dilakukan oleh seluruh pegawai panti, jadi seluruh bagian nantinya akan ikut andil dalam proses perencanaan program ketrampilan mbak. Semua pekerja sosial disini harus ikut dalam musyawarah perencanaan program, salah satunya program ketrampilan menjahit tersebut mbak” Bapak AS : “untuk persiapan yang kami lakukan dalam perencanaan program pemberdayaan perempuan warga binaan sosial A melalui ketrampilan menjahit yang jelas adanya surat pemberitahuan kepada seluruh pekerja sosial dimana nantinya kita beritahu akan diadakan rapat untuk membahas perencanaan program tersebut mbak. Dengan demikian seluruh peksos benar-benar ikut berpartisapi untuk ikut andil dalam perencanaan program, ya salah satunya program ketrampilan menjahit tersebut mbak” Lampiran 6. Analisis Data 126 Bapak SR : “untuk proses perencanaan program pemberdayaan perempuan warga binaan sosial A melalui ketrampilan menjahit dilakukan pada akhir tahun mbak, kami lakukan di akhir tahun yaitu sebelum proses pelaksanaan yang dimulai pada awal tahun. Karna pada dasarnya semua program pelatihan ketrampilan kami laksanakan di awal tahun secara bersama- sama mbak” Bapak SW : “kita ambil akhir tahun sebagi proses perencanaan, karena dengan proses perencanaan di akhir tahun yang tidak jeda tidak terlalu lama dengan pelaksanaan di awal tahun, diharapkan dengan begitu apa yang kami rencanakan ini dapat dilaksanakan dan diterapkan dengan baik mbak ” Bapak AR : “kenapa kami merencanakan program pemberdayaan perempuan warga binaan sosial A melalui ketrampilan menjahit bagi para gelandang dan pengemis, yang jelas biar mereka mempunyai ketrampilan dan keahlian akan menjahit, jadi program ini tentunya sudah kami pikirkan dengan baik supaya setelah para gelandangan dan pengemis mengikuti program ini, mereka tidak kembali ke pekerjaan semula, sehingga diharapakan jumlah gelandangan dan pengemis di jogja ini bisa berkurang mbak ” Bapak AS : “kenapa kami membuat program pemberdayaan perempuan warga binaan sosial A melalui ketrampilan menjahit, tentunya biar nanti para gelandangan dan pengemis tersebut mempunyai ketrampilan tentang menjahit dan ketrampilan tersebut dapat menambah penghasilan mereka dengan cara yang baik, dan diharapkan setelah mereka mengikuti program ini mereka tidak lagi menjadi gelandangan dan pengemis mbak ” Bapak SR : “kenapa kami merencanakan program pemberdayaan perempuan warga binaan sosial A melalui ketrampilan menjahit bagi para gelandang dan pengemis, yang jelas biar mereka mempunyai ketrampilan dan keahlian akan menjahit, jadi program ini tentunya sudah kami pikirkan dengan baik supaya setelah para gelandangan 127 dan pengemis mengikuti program ini, mereka tidak kembali ke pekerjaan semula, sehingga diharapakan jumlah gelandangan dan pengemis di jogja ini bisa berkurang mbak ” Bapak TH : “dalam proses perencanaan program pemberdayaan perempuan warga binaan sosial A melalui ketrampilan menjahit di Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta ini mbak, kami menentukan pokok-pokok yang ada pada permasalahan gelandang dan pengemis sehingga perencanaan yang kami buat nantinya sesuai dengan apa yang dibutuhkan gelandangan dan pengemis dalam ketrampilan yang salah satunya ketrampilan menjahit. Dengan memperhatikan tahap perencanaan secara benar, dengan melalui rapat dan bertukar pikiran bersama seluruh pekerja sosial panti, kami tentunya dapat menentukan program ketrampilan menjahit ini secara maksimal” Kesimpulan : Berdasarkan pernyataan diatas terlihat jelas bahwa program pemberdayaan perempuan warga binaan sosial A melalui ketrampilan menjahit di Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta dirancang harus melibatkan berbagai belah pihak dan harus memperhatikan kebutuhan dari gelandang dan pengemis. Proses perencanaan program ketrampilan menjahit dilakukan di akhir tahun yang jeda tidak terlalu lama dengan pelaksanaan di awal tahun agar pelaksanaannya dapat berjalan efektif dan maksimal. Dalam merencanakan program ketrampilan menjahit ini tidak bisa hanya melibatkan satu pemikiran saja, tetapi harus didiskusikan dengan berbagai belah pihak, sehingga nantinya sesuai dengan kondisi sasaran, dan diharapkan warga binaan tidak kembali ke pekerjaan semula. 128

2. Bagaimana proses belangsungnya program pemberdayaan perempuan