1.2 Perumusan Masalah
Untuk lebih memperjelas permasalahan sebagai dasar penulisan mencoba merumuskan masalah yaitu:
‘’Apakah harga, rasa dan kemasan produk minuman Kuku Bima Energ-G berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian
masyarakat di kelurahan Bagan Nibung Kec.Simpang Kanan Kab.Rokan Hilir Riau.’’
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh harga, rasa dan kemasan produk minuman Kuku Bima Ener-G terhadap
keputusan pembelian masyarakat di kelurahan Bagan Nibung Kec.Simpang Kanan Kab.Rokan Hilir Riau.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Bagi PT.Sido Muncul
Sebagai bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan dapat digunakan sebagai bahan untuk mengevaluasi serta menjadi masukan dan
informasi bagi perusahaan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh dominan terhadap keputusan konsumen dalam membeli produk yang ditawarkan.
Universitas Sumatera Utara
2. Bagi peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti, disamping memberikan kontribusi pemikiran dalam bidang pemasaran, khususnya mengenai pengaruh
harga, rasa dan kemasan terhadap keputusan pembelian. 3.
Bagi Pihak Lain Penelitian ini kiranya dapat memberikan masukan atau sebagai bahan referensi
bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian lebih lanjut untuk permasalahan yang sama dengan penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL
DAN HIPOTESIS 2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Definisi Perilaku Konsumen
Menurut Setiadi,2003:3 Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku dan lingkungannya dimana manusia
melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Dari defenisi tersebut terdapat tiga ide penting perilaku konsumen yaitu :
1. Perilaku konsumen bersifat dinamis, yang berarti bahwa perilaku
konsumen, kelompok konsumen atau masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu
2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi afeksi perasaan, kognisi
pemikiran, perilaku dan kejadian dilingkungannya 3.
Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, karena itu peran pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran dengan konsumen melalui
penerapan berbagai strategi pemasaran.
Menurut Supranto dan Limakrisna,2007:4, perilaku konsumen adalah studi tentang individu, kelompok atau organisasi serta proses yang mereka
gunakan untuk memilih, menjamin, menggunakan, dan menjual produk, jasa, pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhan dan pengaruh dari proses ini
kepada konsumen dan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Dan Menurut Hurriyati, 2005:67 perilaku konsumen adalah tindakan langsung untuk mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan
jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Sedangkan Menurut Hurriyati, 2005:67 perilaku konsumen adalah proses
pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktivitas individu untuk mengevaluasi, memperolah, menggunakan, atau mengatur barang dan jasa.
Dan menurut Prasetijo dan Ihalauw 2005 : 10 perilaku konsumen adalah suatu proses yang terdiri dari beberapa tahap yaitu :
1. Tahap perolehan acquisition: mencari searching dan membeli
purchasing. 2.
Tahap konsumsi consumption: menggunakan using dan mengevaluasi evaluting.
3. Tahap tindakan pascabeli disposition: apa yang dilakukan oleh
konsumen setelah produk itu digunakan atau dikonsumsi. Berdasarkan pengertian-pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan
diatas, maka perilaku konsumen merupakan suatu kegiatan yang berkaitan erat dengan proses pengambilan keputusan untuk membeli sampai untuk
mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk atau jasa. Pemahaman perilaku konsumen ini juga meliputi pertanyaan-pertanyaan seperti : apa yang dibeli, siapa
yang membeli, bagaimana mereka membeli, dalam kondisi seperti apa, dan mengapa mereka membeli. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku
konsumen mengacu pada tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu yang
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam usaha memperoleh serta menggunakan barang dan jasa dengan harapan dapat memuaskan mereka.
2.1.2 Harga Pricing
2.1.2.1 Pengertian harga
Harga merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu mendapatkan suatu barang dan jasa Tjiptono 2005:34. Agar
dapat sukses dalam memasarkan suatu barang dan jasa, manajer harus mengintergrasikan dengan keputusan-keputusan sebelumnya yaitu dalam bidang
produksi, distribusi, dan strategi promosi. Penyesuaian ini dibutuhkan agar dapat menciptakan suatu bauran pemasaran yang konsisten, terpadu dan mampu
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong 2008:439 harga adalah
sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan
produk atau jasa tersebut. Berdasarkan definisi harga diatas maka dapat disimpulkan harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan oleh konsumen
untuk mendapatkan produk atau jasa yang dibelinya guna memenuhi kebutuhan dan keinginannya.
Harga merupakan jumlah uang yang diperlukan sebagai penukar berbagai kombinasi produk dan jasa, dengan demikian maka suatu harga haruslah
dihubungkan dengan bermacam-macam barang dan pelayanan, yang akhirnya akan sama dengan sesuatu yaitu produk dan jasa Laksana 2008:105.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Yoeti 2005:145 Harga adalah salah satu unsur penting dalam bauran pemasaran, tanpa harga produk tidak bisa di tawarkan kepada konsumen.
Yang menjadi masalah, harga berapa suatu produk harus ditetapkan? Tidak mudah menetapkan harga suatu produk atau barang, banyak faktor yang perlu
diketahui sebelum menetapkan harga suatu produk. Tiga faktor yang harus diperhatikan yaitu:
1. Tingkat nilai tambah
Sampai berapa besar nilai tambah telah dimasukkan kedalam produk sehingga harganya menjadi lebih tinggi, apalagi kalau image lebih
berperan dalam perusahaan itu. Bila kualitasnya sama, konsumen akan membeli harga yang termurah. Jadi harganya sangat sensitif sekali. Tetapi
kalau beras sudah menjadi nasi goreng dan dijual hotel berbintang, maka harga tidak lagi dominan, tamu hotel akan membayarnya walau harga
relatif mahal. 2.
Faktor Informasi Availability Sulitnya konsumen mencari tentang harga suatu produk atau barang
membuat produk atau barang tersebut tidak menjadi pricesensitive, seperti yang berlaku pada penjualan beras diatas. Banyak barang dijual dengan
promosi penjualan yang di tawarkan pada pelanggan, tetapi konsumen menjadi enggan karena tidak tahu siapa produsennya atau pabrik yang
menghasilkan barang itu, sehingga penjual menetapkan harga seenaknya, dengan iming-iming cicilan yang ringan.
2. Tergantung Struktur Industri
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan memegang monopoli dapat menentukan harga seenaknya, tetapi akan berbeda halnya bila dalam perekonomian itu ada beberapa
perusahaan sejenisnya, maka harga dapat ditetapkan dengan cara harga tetap fixing price atas kesepakatan mereka bersama. Bagi konsumen cara
ini juga tidak menguntungkan, karena harga tetap dikendalikan oleh beberapa perusahaan itu.
2.1.2.2 Penetapan harga
Kotler dan Amstrong 2008:264 menyatakan bahwa konsumen akan memutuskan untuk memilih produk yang memiliki harga yang sesuai atau adil.
Ketika konsumen membeli produk, mereka menukarkan suatu nilai harga untuk mendapatkan sesuatu yang berharga manfaat dari memiliki atau menggunakan
produk. Kegiatan penetapan harga memiliki peranan penting dalam proses bauran
pemasaran, karena penetapan harga terkait langsung dengan penerimaan perusahaan. Keputusan penetapan harga juga tidak kalah pentingnya dalam
menentukan seberapa jauh sebuah layanan jasa dinilai oleh konsumen. Faktor-faktor yang memengaruhi kepekaan harga yaitu:
1. Efek keunikan barang Unique Value Effect
Keunikan yang dimiliki suatu barang sehingga konsumen sangat pekaterhadap harga.
2. Efek kesadaran adanya pengganti Subsititute Awareness Effect
Universitas Sumatera Utara
Pembeli semakin kurang peka terhadap harga apabila mereka tidak menyadari akan kualitas barang pengganti.
3. Efek kesulitan membandingkan Difficult Comparison Effect
Semakin sulit pembeli membandingkan produk dengan produk pengganti, maka semakin peka terhadap harga
4. Efek pengeluaran total Total Ekspenditur Effect
Semakin rendah pengeluaran mereka terhadap produk tersebut, semakin berkurang pulalah kepekaan mereka terhadap harga.
5. Efek Manfaat Akhir End Benefit Effect
Semakin rendah pengeluaran dibandingkan dengan biaya produk akhir, semakin berkurang kepekaan terhadap harga
6. Efek Biaya Bersama Share Cost Effect
Pembeli semakin peka terhadap harga, apabila sebagian biaya untuk pembelian suatu produk ditanggung oleh pihak lain
7. Efek Investasi Terbentuk Sunk Investment Effect
Pembeli semakin sensitif terhadap harga produk itu digunakan dalam hubungannya dengan aktiva yang telah ditanamkan sebelumnya
8. Efek Mutu Harga Price Quality Effect
Pembeli semakin sensitif terhadap harga apabila itu dianggap pembeli lebih bermutu, bergengsi, dan eksklusif
9. Efek Penyediaan Inventory Effect
Pembeli semakin sensitif terhadap harga, mereka tidak dapat menyimpan produk itu.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2.3 Tujuan Penetapan Harga
Menurut Tjiptono 2005:35 ada 5 hal yang menjadi penetapan harga yaitu:
1. Tujuan berorientasi laba
Ini didasarkan pada asumsi teori ekonomi klasik yang menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba
maksimum. Dalam kondisi persaingan yang ketat dan serba kompleks penerapannya sangat sulit untuk dilakukan.
2. Tujuan berorientasi pada volume
Tujuan ini berorientasi pada volume, dimana harga ditetapkan sedemikian rupa agar mencapai target volume penjualan, nilai penjualan, ataupun
untuk menguasai pasar. 3.
Tujuan berorientasi pada citra Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau
mempertahankan citra perusahaan. Sebaliknya harga rendah dapat dipergunakan untuk membentuk citra nilai tertentu.
4. Tujuan stabilisasi harga
Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan
harga pemimpin industri. 5.
Tujuan-tujuan lainnya
Universitas Sumatera Utara
Penetapan harga dapat juga bertujuan untuk mencegah masuknya pesaing mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau
menghindari campur tangan pemerintah.
2.1.3 Rasa Taste
2.1.3.1 Pengertian rasa
Menurut Ferrinadewi 2008:46 rasa dapat digunakan pemasar menawarkan produk dengan berupaya mengasosiasikan rasa tersebut dengan
perasaan konsumen.
Kata “rasa” yang menjadi motivasi konsumen dalam memilih produk adalah faktor yang menjadi fokus perhatian produsen atau pemasar. Jadi siapa
yang menjadi konsumen atau pembeli itu sangat penting diketahui oleh pihak produsen atau pemasar.
Mustafid Gunawan 2008:131 Rasa merupakan tanggapan konsumen terhadap ciri khas yang ada didalam suatu produk seperti rasa manis, asin, cokelat, vanila
dan yang lainnya, yang dipengaruhi oleh faktor kualitas, keanekaragaman, selera dan inovasi rasa yang terdapat pada produk tersebut membuat keputusan pembe-
lian.
Menurut Anonim 2011 dalam Aziz 2012 . Cita Rasa adalah suatu cara pemilihan makananminuman yang harus dibedakan dari rasa taste
makananminuman tersebut. Cita Rasa merupakan atribut makananminuman yang meliputi penampakan, bau, rasa, tekstur, dan suhu. Rasa merupakan bentuk
kerja sama dari kelima macam indera manusia, yakni perasa, penciuman,
Universitas Sumatera Utara
perabaan, penglihatan, dan pendengaran Rasa sendiri merupakan hasil kerja pengecap rasa taste buds yang terletak di lidah, pipi, kerongkongan, atap mulut,
yang merupakan bagian dari cita rasa.
2.1.3.2 Komponen-Komponen Cita Rasa
Kompleksitas suatu Cita rasa dihasilkan oleh keragaman persepsi alamiah. Cita Rasa dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu bau, rasa, dan rangsangan mulut
panas dan dingin. Faktor yang pertama dapat dideteksi oleh indera pencium dan dua faktor yang disebutkan terakhir dapat dideteksi oleh sel-sel sensorik pada
lidah. Wahidah 2010 dalam Aziz 2012 1.
Bau Bau merupakan salah satu komponen Cita rasa pada makananminuman,
yaitu memberikan aroma atau bau, maka dapat mengetahui Cita rasa dari makanan tersebut. Dimana bau ini dikenal dengan menggunakan hidung.
Apabila bau makananminuman berubah maka tentu saja akan berpengaruh pada Cita rasa.
2. Rasa
Rasa berbeda dengan bau dan lebih banyak melibatkan panca indera lidah. Rasa dapat dikenali dan dibedakan oleh kuncup-kuncup cecepan yang
terletak pada papilla yaitu bagian noda darah jingga pada lidah. Untuk dapat menambahkan rasa pada makananminuman dapat dilakukan dengan
berbagai cara diantaranya memberikan rasa manis pada minuman.
Universitas Sumatera Utara
3. Rangsangan Mulut
Selain dari komponen-komponen cita rasa tersebut diatas, komponen yang juga penting adalah timbulnya perasaan seseorang setelah menelan suatu
makananminuman. Bahan makananminuman yang mempunyai sifat merangsang syaraf perasa dibawah kulit muka, lidah, maupun gigi akan
menimbulkan perasaan tertentu.
2.1.4 Kemasan Packaging
Menurut Tjiptono 2005:104 Pengemasan packaging merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah container atau
pembungkus wrapper untuk suatu produk. Menurut Buchori Alma 2005:77 Kemasan adalah keseluruhan kegiatan
merancang dan memproduksi bungkus atau kemasan suatu produk. Fungsi kemasan adalah agar tetap bersih, tahan lama, menunjukkan kualitas produk,
memberikan informasi dan keterangan untuk konsumen. Ada tiga alasan mengapa kemasan diperlukan:
1. Kemasan memenuhi sasaran: keamanan safety dan kemanfaatan
utilitarian . 2.
Kemasan bisa melaksanakan program pemasaran perusahaan. Dengan melalui kemasan identifikasi produk menjadi lebih efektif dan dengan
sendirinya mencegah pertukaran oleh produk pesaing. 3.
Manajemen bisa mengemas produknya sedemikian rupa untuk meningkatkan memperoleh laba. Ada bentuk dan ciri kemasan yang
Universitas Sumatera Utara
sedemikian menariknya sehingga pelanggan bersedia membayar lebih mahal hanya untuk memperoleh kemasan istimewa ini.
Menurut Tjiptono 2002:106 Pemberian kemasan pada suatu produk bisa memberikan tiga manfaat utama, yaitu manfaat komunikasi, manfaat fungsional,
dan manfaat perseptual. 1.
Manfaat Komunikasi. Manfaat utama kemasan adalah sebagai media pengungkapan informasi
produk kepada konsumen. Informasi tersebut meliputi cara menggunakan produk, komposisi produk, dan informasi khusus efek sampingan,
frekuensi pemakaian yang optimal, dan sebagainya. Informasi lainnya berupa segel atau simbol bahwa produk tersebut halal dan telah lulus
pengujiandisahkan oleh instansi pemerintah yang berwenang. 2.
Manfaat Fungsional. Kemasan seringkali pula memastikan peranan fungsional yang penting,
seperti memberikan kemudahan, perlindungan, dan penyimpanan. 3.
Manfaat Perseptual. Kemasan juga bermanfaat dalam menanamkan persepsi tertentu dalam
benak konsumen. Air mineral seperti Aqua diberi kemasan yang berwarna biru muda untuk memberikan persepsi bahwa produknya segar dan sehat.
Konsumen memiliki pertimbangan tertentu dalam membeli barang, daya tarik pertamanya terfokus pada bentuk, keindahan, atau performance dari
pembungkusnya atau kemasan. Hal ini dikarenakan konsumen akan mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
manfaat fungsional dan emosional dari kemasan. Kemasan memiliki tujuan antara:
1. Sebagai pelindung isi protection misalnya dari kerusakan,
kehilangan, berkurangnya kadar isi, dan sebagainya. 2.
Memberikan kemudahan dalam penggunaan operating misalnya supaya tidak tumpah.
3. Bermanfaat dalam pemakaian ulang reusable misalnya untuk diisi
kembali atau untuk wadah lain. 4.
Memberikan daya tarik promotion yaitu aspek artistik, warna, bentuk, maupun desainnya.
5. Sebagai indentitas image atau sering disebut sebagai harga diri
produk yaitu barang-barang yang tempatnya indah akan membuat orang naik harga dirinya.
6. Distribusi shipping mudah disusun, dihitung dan ditangani.
7. Informasi labelling yaitu menyangkut isi, pemakaian dan kualitas.
8. Cermin inovasi produk, berkaitan dengan kemajuan teknologi dan
daur ulang. Dalam penyediaan kemasan, terdapat beberapa dimensi yang perlu
diperhatikan seperti warna kemasan, ukuran kemasan, bahan kemasan dan label kemasan.
Menurut Saladin 2003:87 menyatakan bahwa: “Kemasan adalah segala kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus suatu produk’’.
Peranan kemasan sebagai satu alat pemasaran, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Swalayan self service
Semakin banyak jumlah produk yang dijual dengan cara pembeli mengambil sendiri barang yang dibutuhkan, kemasan semakin berfungsi lebih banyak
lagidalam proses penjualan, dimana kemasan harus menarik, menyebutkan ciri-ciri produk, meyakinkan konsumen dan memberi kesan menyeluruh yang
menguntungkan. 2.
Kemakmuran konsumen consumer offluence Meningkatkan kekayaan konsumen akan berarti bahwa konsumen bersedia
membayar lebih mahal bagi kemudahan, penampilan, ketergantungan dan prestise dari kemasan yang lebih baik.
3. Citra perusahaan dan merk company and brand image
Banyak perusahaan mengakui adanya kekuatan yang dikandung dari kemasan yang dirancang dengan cermat dalam mempercepat konsumen mengenali
perusahaan atau mereknya. 2.
Peluang inovasi inovational opportunity Cara kemasan yang inovatif akan bermanfaat bagi konsumen dan juga
memberi keuntungan bagi produsen.
2.1.5 Keputusan Pembelian 2.1.5.1 Pengertian Keputusan Pembelian
Menurut Kotler 2002:202 mengemukakan bahwa Keputusan Pembelian Konsumen adalah suatu keputusan yang diambil oleh seorang calon pembeli
menyangkut kepastian akan membeli atau tidak.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kotler 2002:176 pihak-pihak yang terlibat dalam keputusan pembelian barang konsumen dibagi menjadi:
1. Pengambil Inisiatif yaitu seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan
untuk membeli suatu produkjasa. 2.
Pemberi Pengaruh yaitu seseorang yang pandangan atau sarannya mempengaruhi keputusan.
3. Pembuat Keputusan yaitu seseorang yang mengambil keputusan untuk setiap
komponen keputusan pembelian apakah membeli, tidak membeli, bagaimana membeli, dan dimana akan membeli.
4. Pembeli yaitu orang yang melakukan pembelian yang sesungguhnya
5. Pemakai yaitu seseorang yang mengkonsumsi menggunakan produk atau jasa
yang bersangkutan. Pemasar membedakan 5 peranan orang yang dimainkan dalam
pengambilan keputusan pembelian : 1.
Orang yang pertama kali memberikan saran atau ide tentang pembelian suatu produk atau jasa, atau yang biasa disebut iniator.
2. Orang yang memberikan pandangan atau nasihat yang dapat
mempengaruhi keputusan, atau yang biasa disebut influencer. 3.
Orang yang membuat keputusan pembelian yang meliputi kapan barang itu akan dibeli, barang apa yang akan dibeli, bagaimana cara membelinya,
dimana membeli barang tersebut, atau biasa disebut dengan Buyer. 4.
Orang yang melakukan pembelian, atau biasa disebut dengan Buyer.
Universitas Sumatera Utara
5. Orang yang mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk atau jasa,
biasa disebut dengan User.
2.1.5.2 Jenis - Jenis Perilaku Pembelian
Pengambilan keputusan konsumen berbeda-beda, bergantung pada jenis keputusan pembeli. Menurut Kotler 2002:202 membedakan 4 jenis perilaku
pembeli konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan merek. 4 jenis perilaku pembelian ini dapat dilihat dalam tabel
dibawah ini:
Tabel 2.1 Jenis Perilaku Pembeli
Keterlibatan tinggi Keterlibatan rendah
Perbedaan besar antar merek
Perilaku pembelian rumit Perilaku pembelian yang
mencari variasi
Perbedaan kecil antar merek
Perilaku pembelian yang mengurangi
ketidaknyamanan Perilaku pembelian yang
rutin atau biasa
Sumber : Kotler 2002:202 1.
Perilaku Pembelian Yang Rumit Konsumen terlibat dalam pembelian bila mereka sangat terlibat dalam
pembelian, dan sadar akan adanya perbedaan-perbedaan besar diantara merek. Perilaku pembelian yang rumit itu lazim terjadi bila produknya
mahal, jarang dibeli, beresiko, dan sangat mengepresikan diri saat konsumen umumnya tidak tahu banyak tentang kategori produk.
2. Perilaku Pengurang Ketidaknyamanan
Universitas Sumatera Utara
Konsumen banyak melakukan evaluasi dalam pembelian, tetapi perbedaan antara merek sedikit. Evaluasi ini didasarkan kenyataan bahwa produk yang
dibeli biasanya mahal, jarang dibeli, dan beresiko. Pembeli mengevaluasi dari harga atau kemudahan dalam membeli. Misalnya dalam pembelian sofa
dan karpet. 3.
Perilaku Pembelian Karena Kebiasaan Pembeli tidak banyak melakukan evaluasi terhadap beberapa merek karena
tidak ada perbedaan antar merek karena perilaku pembelian ini karena kebiasaan.
4. Perilaku Pembelian Yang Mencari Variasi
Artinya konsumen membeli sebuah merek tanpa terlalu banyak melakukan evaluasi, walaupun terdapat perbedaan nyata antara merek dan
mengevaluasinya selama mengkonsumsinya. Misalnya pembeli sering berpindah merek dalam membeli kue untuk mencoba rasa kue yang berbeda.
2.1.5.3 Proses Keputusan Pembelian
Proses pembelian secara spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Tugas pemasar adalah memahami perilaku pembeli pada tiap-tiap tahap dan pengaruh apa yang bekerja pada tahap
itu Setiadi 2003:16. Secara umum proses tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Sumber:Setiadi 2003:16
Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan
1. Pengenalan kebutuhan need recognition
Pengenalan kebutuhan merupakan tahap pertama proses keputusan pembelian dimana konsumen mengenali permasalahan atau kebutuhan.
Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktual dan sejumlah keadaan yang diinginkan. Kebutuhan itu dapat dipicu oleh stimulan
internal ketika salah satu kebutuhan normal −lapar, haus, seks−naik ke
tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi pendorong. Selain itu pula kebutuhan juga dipicu oleh rangsangan eksternal.
2. Pencarian informasi
Pencarian informasi merupakan tahap proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen tergerak untuk mencari informasi tambahan,
konsumen mungkin sekedar meningkatkan perhatian atau mungkin pula mencari informasi secara aktif.
3. Pengevaluasian alternatif
Pengevaluasian alternatif merupakan tahap proses keputusan pembeli dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi berbagai
merek alternatif di dalam serangkaian pilihan.
Keputusan pembelian
Perilaku Pasca pembelian
Evaluasi Alternatif
Pencarian Informasi
Pengenalan masalah
Universitas Sumatera Utara
4. Keputusan pembelian
Keputusan pembelian merupakan tahap proses keputusan dimana konsumen secara aktual melakukan pembelian produk. Secara umum,
keputusan pembelian konsumen akan membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul diantara kecenderungan pembelian dan
keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain, karena konsumen mungkin membentuk kecenderungan pembelian berdasar pada
pendapat yang diharapkan. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tak terduga, karena keadaan tidak terduga dapat mengubah kecenderungan
pembelian. 5.
Perilaku pasca pembelian Menurut Kotler dan Armstrong 2004:228 Perilaku setelah pembelian
merupakan tahap proses keputusan pembeli konsumen melakukan tindakan lebih lanjut setelah pembelian berdasarkan pada kepuasan atau
ketidak puasan mereka. Tugas pemasar tidak berakhir ketika produk telah dibeli, setelah
membeli produk, konsumen akan merasa puas atau tidak puas serta akan terlibat dalam tingkah laku pasca pembelian yang menarik perhatian
pemasar. Ada beberapa hal yang harus pemasar perhatikan setelah produk terjual, yaitu:
1. Kepuasan Pasca Pembelian, yaitu keadaan dimana konsumen
merasa puas dengan produk yang dibelinya. Kepuasan pembeli merupakan suatu fungsi kedekatan antara harapan pembeli
Universitas Sumatera Utara
terhadap suatu kinerja produk yang dirasakan. Apabila kinerja produk kurang dari apa yang diharapkan maka pelanggan akan
kecewa, tetapi bila kinerja produk sesuai dengan yang diharapkan maka pelanggan akan puas.
2. Tindakan Pasca Pembelian, yaitu tindakan yang akan diambil
konsumen setelah melakukan pembelian. Apabila konsumen merasa puas maka kemungkinan besar mereka akan membeli
produk itu dan juga akan mengatakan hal-hal yang baik mengenai merek tersebut kepada orang lain. Sebaliknya jika konsumen
tidak puas maka konsumen akan meninggalkan atau mengembalikan produk tersebut, bahkan mungkin konsumen
akan mengadukan keluhan pada perusahaan tersebut. 3.
Pemakaian dan Pembuangan Pasca Pembelian, yaitu keadaan dimana konsumen menggunakan dan menghabiskan suatu
produk. Jika konsumen menentukan kegunaan baru produk tersebut, pemasar harus mengiklankan kegunaan-kegunaan ini.
Jika konsumen membuang produk, pemasar harus mengetahui bagaimana mereka membuangnya, tentukan jika prouk tersebut
merusak lingkungan. Melihat kenyataan diatas, maka perlu disadari bahwa
proses pembelian berawal jauh sebelum pembelian sesungguhnya, dan berakibat jauh setelah pembelian. Hal ini mendorong pemasar
Universitas Sumatera Utara
untuk memusatkan perhatian pada keseluruhan proses, dan bukan hanya pada keputusan membeli saja.
2.1.5.4 Tingkat Pengambilan Keputusan Konsumen
Sciffman dan Kanuk 2007:487 membedakan tiga angkatan pengambilan keputusan konsumen yaitu:
1. Pemecahan masalah yang luas
Pada tingkat ini, konsumen membutuhkan berbagai informasi untuk menetapkan serangkaian kriteria guna menilai merek-merek tertentu dan
banyak informasi yang sesuai mengenai setiap merek yang akan dipertimbangkan. Pemecahan masalah yang luas biasanya dilakukan pada
pembelian barang tahan lama dan barang-barang mewah. 2.
Pemecahan masalah yang terbatas Konsumen telah menetapkan kriteria dasar untuk menilai kategori produk
dan berbagai merek dalam kategori tersebut. Namun, konsumen belum memiliki preferensi tentang merek tertentu. Mereka membutuhkan
informasi tambahan untuk melihat perbedaan diantara berbagai merek.
3. Perilaku sebagai respon yang rutin
Konsumen sudah mempunyai beberapa pengalaman mengenai kategori produk dan serangkaian kriteria yang ditetapkan dengan baik untuk
menilai berbagai merek yang sedang mereka pertimbangkan. Konsumen
Universitas Sumatera Utara
mungkin mencari informasi tambahan, tetapi hanya untuk meninjau kembali apa yang sudah mereka ketahui.
Menurut penulis keputusan pembelian adalah pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku
alternatif dan memilih salah satunya.
2.1.6 Penelitian Terdahulu Tabel 2.2
Daftar Peneliti Terdahulu Peneliti
Judul Variabel
Hasil
Windi yulisa zulkarnaen
2013 Pengaruh kemasan,
kualitas, merek dan harga terhadap
keputusan pembelian Sampo Pantene Pada
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara -Kemasan
-Kualitas -Merek
-Harga -Keputusan
Pembeli Kualitas dan merek
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian shampo pantene pada
mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara sedangkan kemasan dan
harga berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap keputusan pembelian shampo
pantene pada mahasiswa fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara. Nilai R square
sebesar 59.6 berarti hubungan antara variabel
cukup erat.
Very C.N.R 2011
Pengaruh kemasan, harga dan kualitas
terhadap keputusan pembelian minuman
Frestea pada mahasiswa S1 Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara
-Kemasan -Harga
-Kualitas -Keputusan
Pembeli Metode analisis Regresi
Linier Berganda menunjukkan bahwa
Kemasan X1, Kualitas X2, dan harga X3
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian
Universitas Sumatera Utara
minuman Frestea pada mahasiswa S1 Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Khairiansyah putra lubis
2012 Analisis Pengaruh
Produk, Harga,Tempat dan Promosi Terhadap
Minat Berkunjung pada Rumah Makan Mie
Aceh Titi Bobrok Medan
-Produk -Harga
-Tempat -Promosi
-Minat berkunjung
Secara simultan, faktor- faktor yang terdiri dari
produk, harga, tempat dan promosi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keputusan minat
berkunjung pada ini Rumah Makan Mie Aceh
Titi Bobrok Medan. Uji parsial
menunjukkan variabel tempat
merupakan variabel yang dominan mempengaruhi
minat berkunjung pada ini Rumah Makan Mie
Aceh Titi Bobrok Medan.
Sumber: Berbagai skripsi Data diolah
2.2 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah pondasi untuk dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antara variabel
yang secara logis, diterangkan dan dikembangkan dari perumusan masalah yang telah diindentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survey literature.
Hubungan antara survey literature dan kerangka konseptual adalah survey literature meletakkan pondasi yang kuat untuk membangun kerangka konseptual.
Kuncoro 2003:44 Harga merupakan salah satu faktor yang harus dikendalikan secara serasi
dan selaras dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Menurut Kotler dan Amstrong 2008:345 Harga merupakan sejumlah uang yang dibebankan atas
Universitas Sumatera Utara
suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.
Segala keputusan yang menyangkut dengan harga akan sangat mempengaruhi beberapa aspek kegiatan suatu usaha, baik yang menyangkut keputusan
pembelian ataupun keuntungan yang ingin dicapai oleh perusahaan.
Menurut Tjiptono 2005:104 Pengemasan packaging merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah container atau
pembungkus wrapper untuk suatu produk. Mustafid Gunawan 2008:131 Rasa merupakan tanggapan konsumen terhadap
ciri khas yang ada didalam suatu produk seperti rasa manis, asin, cokelat, vanila dan yang lainnya, yang dipengaruhi oleh faktor kualitas, keanekaragaman, selera
dan inovasi rasa yang terdapat pada produk tersebut membuat keputusan pembeli- an.
Menurut Schiffman dan Kanuk 2007:485 Keputusan adalah seleksi terhadap dua pilihan atau lebih. Dengan perkataan lain, pilihan omplainI
harus tersedia bagi seseorang ketika pengambilan keputusan. Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian,
pembelian, pengguanan beragam produk dan merek pada setiap periode tertentu.
Berdasarkan teori-teori diatas, maka penulis membuat kerangka konseptual yang terdiri dari harga, kemasan dan harga terhadap keputusan pembelian. Secara
Universitas Sumatera Utara
sederhana kerangka konseptual dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Sumber : Setiadi 2003, Kotler Amstrong 2008.
Harga X
1
Rasa X
2
Keputusan PembelianY
1
Kemasan X
3
Universitas Sumatera Utara
2.3 Hipotesis