7
Jalan kelas III dengan perkerasan, jalan kelas IV boleh dengan perkerasan untuk yang lebih penting atau tanpa perkerasan. Kelas V umumnya tanpa perkerasan. Lebar jalan dan
perkerasan untuk jalan-jalan kelas III, IV, dan V yang punya arti penting dalam suatu proyek irigasi disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Lebar Standar Jalan
Sumber : Dept. PU., 1986
Kelas Jalan Lebar Total Jalan
Lebar Perkerasan
Kelas III 5 m
3 m Kelas IV
5 m 3 m
Kelas V 1,5 m
Dalam perkembangannya, perencanaan sebuah Jalan Setapak di kawasan perkotaan tidak akan dapat dipisahkan dari elemen-elemen pembentuk kota khususnya yang terkait dengan
sistem sirkulasi dan pergerakan dan fasilitas pendukungnya. Untuk itu, pemahaman terhadap pengertian elemen dan fasilitas pendukung di atas sangat dibutuhkan sebagai
pedoman dalam kegiatan penelitian ini.
2.2. Sistem Penghubung Linkage System
Sistem Linkage merupakan sistem yang menghubungkan berbagai jenis peruntukan lahan, baik secara makro maupun mikro. Sistem penghubung ini sangat vital untuk membuat
fungsi kawasan bekerja secara efisien. Sistem penghubung merupakan jalur-jalur sirkulasi, baik kendaraan bermotor maupun pejalan kaki. Pada sistem penghubung inilah semua
aktivitas masyarakat berlangsung Danisworo, 1980. Dari uraian di atas, maka sistem penghubung memiliki beberapa pengertian dasar, yaitu :
a. Organisasi dari jalur-jalur yang menghubungkan bagian-bagian dalam kota.
b. Perekat kota yang menyatukan seluruh lapisan aktivitas dan menghasilkan bentuk fisik
dari kota. c.
Merupakan bagian dari sistem transportasi dalam perencanaan makro yang timbul karena kebutuhan pergerakan manusia.
Elemen-elemen dari komponen sistem linkage adalah : a.
Sirkulasi dan Parkir Circulation and Parking. b.
Area Pejalan Kaki Pedestrian Ways. c.
Kegiatan Pendukung Activity Support.
8
2.3. Jalur Pejalan Kaki Pedestrian
Menurut Danisworo 1980, jalurarea pejalan kaki adalah elemen penting dalam perancangan kota, karena berperan sebagai sistem kenyamanan dan sistem pendukung
vitalitas ruang-ruang kota. Sistem pedestrianisasi yang baik dapat mereduksi ketergantungan terhadap kendaraan di daerah pusat kota, meningkatkan daya tarik ke pusat
kota, mendukung peningkatan kualitas lingkungan dengan sistem skala manusiawi, mendorong kegiatan komersial dan membantu memperbaiki kualitas udara. Elemen
pedestrian harus membantu : 1
interaksi antara elemen urban design 2
berhubungan erat dengan lingkungan binaan dan pola aktivitas 3
sesuai dengan perubahan fisik masa mendatang dari kota. Area pejalan kaki adalah suatu bentuk transportasi yang penting di daerah perkotaan,
sehingga kebutuhan para pejalan kaki merupakan suatu bagian integralterpadu dalam sistem transportasi jalan. Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika mereka
bercampur dengan kendaraan, maka mereka akan memperlambat arus lalu lintas. Oleh karena itu salah satu tujuan utama dari manajemen lalu lintas adalah berusaha untuk
memisahkan pejalan kaki dari arus kendaraan bermotor, tanpa menimbulkan gangguan yang besar terhadap aksesibilitas.
Secara umum, kebutuhan fasilitas pejalan kaki di Kawasan Perkotaan adalah : a.
Pada daerah-daerah perkotaan secara umum yang jumlah penduduknya tinggi. b.
Pada jalan-jalan yang memiliki rute angkutan umum yang tetap. c.
Pada daerah-daerah yang memiliki aktifitas kontinyu yang tinggi, seperti misalnya jalan-jalan pasar dan perkotaan.
d. Pada lokasi-lokasi yang memiliki kebutuhanpermintaan yang tinggi dengan periode
yang pendek, seperti sekolah dan lapangan olah raga. e.
Pada lokasi yang mempunyai permintaan yang tinggi untuk hari-hari tertentu, misalnya prasarana persembahyangan umat.
Pergerakan pejalan kaki dapat dikelompokkan menjadi pergerakan menyusuri jalan, memotong jalan, dan pergerakan di persimpangan. Fasilitas pejalan kaki dapat berupa :
1. Fasilitas Menyusuri Jalan berupa Trotoar
Sebagian besar dari jalan-jalan di daerah perkotaan mempunyai volume pejalan kaki yang besar dan harus mempunyai trotoar, perlu tidaknya trotoar dapat diidentifikasikan
oleh : volume pejalan kaki, tingkat kecelakaan, pengaduanpermintaan masyarakat. Bila
9
jumlah pejalan kaki yang melalui suatu jalan tinggi, lebar trotoar yang dianjurkan dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Standar Desain Trotoar Berdasarkan Jumlah Pejalan Kaki
Sumber : Direktorat Perhubungan Darat, Dephub
No. Jumlah Pejalan KakiDetikMeter
Lebar Trotoar Meter
1 6 orang
2,3 – 5,0
2 3 orang
1,5 – 2,3
3 2 orang
0,9 – 1,5
4 1 orang
0,6 – 0,9
2. Fasilitas Menyeberang Jalan
Secara hirarkhi terdiri dari pulau pelindung refuge island, zebra cross, penyeberangan dengan lampu pengatur pelican crossing dan jembatan atau penyeberangan bawah
tanah. Menurut Departemen PU, 1997 Perekayasaan Fasilitas Pejalan Kaki di Perkotaan,
beberapa hal yang ditetapkan tentang jalur pejalan kaki adalah sebagai berikut : a.
Lebar efektif minimum ruang pejalan kaki berdasarkan kebutuhan orang adalah 60 cm ditambah 15 cm untuk bergoyang tanpa membawa barang, sehingga kebutuhan total
minimal untuk 2 orang pejalan kaki bergoyang tanpa membawa barang atau 2 orang pejalan kaki berpapasan tanpa terjadi berpapasan menjadi 150 cm.
b. Dalam keadaan ideal untuk mendapatkan lebar minimum Jalur Pejalan Kaki W
dipakai rumus sebagai berikut : w = p + 1,5
35 Keterangan:
P = volume pejalan kaki orangmenitmeter. W = lebar Jalur Pejalan Kaki.
c. Lebar Jalur Pejalan Kaki harus ditambah, bila pada jalur tersebut terdapat perlengkapan
jalan road furniture seperti patok rambu lalu lintas, kotak surat, pohon peneduh atau fasilitas umum lainnya.
d. Penambahan lebar Jalur Pejalan Kaki apabila dilengkapi fasilitas dapat dilihat seperti
pada Tabel 2.3.
10
Tabel 2.3. Penambahan Lebar Jalur Pejalan Kaki
Sumber : Dept. PU., 1997
No. Jenis Fasilitas
Lebar Tambahan cm
1 Kursi roda
100 – 200
2 Tiang lampu penerang
75 – 100
3 Tiang lampu lalu lintas
100 – 120
4 Rambu lalu lintas
75 – 100
5 Kotak surat
100 – 120
6 Keranjang sampah
100 7
Tanaman peneduh 60
– 120 8
Pot bunga 150
e. Jalur Pejalan Kaki harus diperkeras dan apabila mempunyai perbedaan tinggi dengan
sekitarnya harus diberi pembatas yang dapat berupa kerb atau batas penghalang. f.
Perkerasan dapat dibuat dari blok beton, perkerasan aspal atau plesteran. g.
Permukaan harus rata dan mempunyai kemiringan melintang 2-3 supaya tidak terjadi genangan air. Kemiringan memanjang disesuaikan dengan kemiringan memanjang
jalan, yaitu maksimum7 .
2.4. Ruang Terbuka Hijau dan Landscape