43
Perlu dilakukan penyeimbangan keberadaan aktivitas pendukung di semua lokasi yang direncanakan. Di samping dapat mendukung aktivitas yang ada di
dalamnya, juga dapat mendorong kemajuan ekonomi kreatif masyarakat.
b. Jalur Pejalan Kaki Pedestrian Way
Sub bab ini akan membahas mengenai kebutuhan penanganan terhadap permasalahan pada jalur pejalan kaki di jalur perencanaan jalan setapak. Menurut Danisworo 1980,
jalurarea pejalan kaki adalah elemen penting dalam perancangan kota, karena berperan sebagai sistem kenyamanan dan sistem pendukung vitalitas ruang-ruang kota. Sistem
pedestrianisasi yang baik dapat mereduksi ketergantungan terhadap kendaraan di daerah pusat kota, meningkatkan daya tarik ke pusat kota, mendukung peningkatan kualitas
lingkungan dengan sistem skala manusiawi, mendorong kegiatan komersial dan membantu memperbaiki kualitas udara. Pada kawasan perencanaan, permasalahan yang timbul antara
lain : 1
Penggunaan jalur pejalan kaki yang tidak sesuai dengan fungsinya
Gambar 4.19. Area Pejalan Kaki yang Minim dengan Aktivitas Pendukung
Gambar 4.20. Area Pejalan Kaki yang Penuh dengan Aktivitas Pendukung
44
Hal ini sangat umum terjadi tidak hanya pada kawasan perencanaan. Pemanfaatan jalur pejalan
kaki diluar fungsinya sering dilakukan oleh masyarakat. Jalur pejalan kaki selain digunakan
untuk berjalan juga dimanfaatkan sebagai lahan parkir, tempat penampungan sampah, hingga untuk
menjemur pakaian. Pemanfaatan di luar fungsinya sebagai
suatu jalur
pejalan kaki,
selain mengganggu bagi para pejalan kaki tentunya akan
merusak tampilan dari jalur pejalan kaki dan lingkungan di sekitarnya.
2 Jalur pejalan kaki yang perlu ditata kembali
Banyak jalur
pejalan kaki
yang memerlukan penataan kembali, karena
rusak, terputus dan berlubang, bahkan pada beberapa lokasi tidak terdapat jalur
pejalan kaki.
Gambar 4.23. Jalan yang Belum Memiliki Jalur Pejalan Kaki
Gambar 4.21. Jalur Pejalan Kaki Diserobot Parkir, Bungkusan Sampah dan Jemuran
Gambar 4.22. Trotoar yang Berlubang
45
c. Ruang Terbuka Hijau dan Landscape
Sub bab ini akan membahas mengenai kebutuhan penanganan terhadap permasalahan pada ruang terbuka hijau dan landscape di jalur perencanaan jalan setapak. Menurut Shirvani
1985 ruang terbuka open space meliputi landsekap, hardscape jalan, trotoar, dsb taman dan tempat rekreasi dalam kota. Ruang kosong yang disebut super holes tidak
termasuk open space. Elemen ruang terbuka adalah taman dan plasa square, ruang terbuka hijau kota, termasuk pepohonan, semak-semak, tumbuh-tumbuhan, badan air,
penerangan, perkerasan, kios, pembuangan sampah, air mancurminum, patung jam dan sebagainya yang terdapat di dalamnya. Area pejalan kaki, rambu dan tanda termasuk
elemen ruang terbuka. Pada kawasan perencanaan beberapa area sudah tertata dengan baik, karena terkait dengan
perdagangan tanaman hias dan aktivitas pariwisata. Akan tetapi pada beberapa area yang khususnya terkait dengan permukiman penduduk, jalur pejalan kaki masih memerlukan
penataan dengan elemen landscape untuk menciptakan tampilan yang lebih baik dan menarik guna menambah estetika visual ruang jalan.
d. Perabot Jalan Street Furniture