38
l. Jalan Sedap Malam
Jalur ini merupakan jalur lanjutan dari jalan Tukad Nyali yang nantinya akan terhubung ke Jalan Padanggalak melalui Jalan Waribang. Jalur ini merupakan jalur yang tingkat
kepadatannya cukup berkembang. Belum terdapat jalur pedestrian pada jalur ini.
Gambar 4.13. Eksisting Jalan Tukad Bilok- Tukad Nyali
39
m. Jalan Waribang
Jenis penggunaan lahan pada kawasan ini merupakan lahan pertanian yang ditanami tumbuhan padi oleh masyarakat. Saat ini lahan telah digunakan sebagai perumahan
penduduk, gedung pertunjukan, dan hotel. Pada kawasan ini masih banyak dapat ditemui ruang terbuka hijau yang nantinya dapat menunjang aktivitas pada jalan setapak bagi
pejalan kaki maupun pengguna sepeda.
Gambar 4.14. Eksisting Jalan Sedap Malam
40
n. Jalan Padanggalak
Pada kawasan ini masih banyak dapat ditemui ruang terbuka hijau. Terdapat permukiman penduduk pada kawasan ini, sebagian bangunan merupakan bangunan semi permanen.
Kawasan ini sedang berkembang, hal ini dapat dilihat dari mulai dibangunnya perumahan oleh developer. Karena jalan ini merupakan jalur menuju lokasi pariwisata Pantai
Padanggalak banyak juga ditemui restoran atau rumah makan sebagai aktivitas pendukung kegiatan pariwisata.
Gambar 4.15. Eksisting Jalan Waribang
41
4.2. Analisis Kebutuhan Penanganan a. Sistem Penghubung
Linkage System
Sub bab ini akan membahas mengenai kebutuhan penanganan terhadap permasalahan pada sistem penghubung di jalur perencanaan jalan setapak. Sistem penghubung adalah sistem
yang menghubungkan berbagai jenis peruntukan lahan baik secara makro maupun mikro. Pada sistem penghubung inilah semua aktivitas masyarakat berlangsung Danisworo,
1980. Pada kawasan perencanaan, permasalahan yang timbul antara lain : 1
Sirkulasi yang bercampur antara pejalan kaki dengan pengguna sepeda Hal ini sudah menjadi sesuatu yang lumrah dilihat utamanya pada kawasan perencanaan
yang terletak di tepi pantai. Fasilitas yang disediakan untuk pejalan kaki menjadi
Gambar 4.16. Eksisting Jalan Padanggalak
42
tercampur penggunaannya dengan pengguna sepeda. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri karena memang tidak disediakan pembatas antara pengguna sepeda dengan pejalan kaki
dan tidak ada regulasi yang mendukung pembedaan penggunaan fasilitas tersebut.
Gambar 4.17. Jalur Pejalan Kaki Menyatu dengan Pengguna Sepeda
2 Penataan parkir yang kurang optimal
Padatnya pengunjung dan minimnya lahan yang digunakan untuk parkir mengakibatkan parkir memanfaatkan area-area yang ada termasuk area pejalan kaki. Tidak jarang parkir
kendaraan semrawut pada areal parkir yang telah disediakan. Hal tersebut tentunya dapat mengganggu sirkulasi orang yang melalui area tersebut.
Gambar 4.18. Penataan Parkir pada Kawasan Penelitian
3 Kurangnya aktivitas pendukung pada area pejalan kaki
Pada beberapa lokasi di kawasan perencanaan, area pejalan kaki terlihat tampak terlalu “polos” dalam pengertian tidak terdapat aktivitas pendukung sedikit pun. Berbeda
dengan lokasi seperti di pantai Sanur dan Sindhu yang area pejalan kakinya penuh dengan berbagai aktivitas pendukung.
43
Perlu dilakukan penyeimbangan keberadaan aktivitas pendukung di semua lokasi yang direncanakan. Di samping dapat mendukung aktivitas yang ada di
dalamnya, juga dapat mendorong kemajuan ekonomi kreatif masyarakat.
b. Jalur Pejalan Kaki Pedestrian Way