Analisis Pengaruh Nilai Persediaan Terhadap Value of Firm dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi; Studi Empiris pada Perusahaan Farmasi Terdaftar di BEI

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH NILAI PERSEDIAAN TERHADAP VALUE OF FIRM DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL

MODERASI

(Studi Empiris pada Perusahaan Farmasi yang terdaftar di BEI)

Oleh :

FEISAL YUSUF SIREGAR 110503159

DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”Analisis Pengaruh Nilai Persediaan Terhadap Value of Firm dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi; Studi Empiris pada Perusahaan Farmasi Terdaftar di BEI” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 05 Maret 2015 Yang membuat pernyataan,  

 

Feisal Yusuf NIM : 110503159


(3)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa nilai persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap hubungan antara nilai persediaan dengan nilai perusahaan. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif asosiatif yang variabelnya bersifat kausal. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang dipilih dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan bersifat data panel dan diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan farmasi dari tahun 2009-2013. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik melalui analisis regresi sederhana dan selisih nilai mutlak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel nilai persediaan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel profitabilitas yang tinggi mampu memperkuat hubungan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan.


(4)

ABSTRACT

The purposes of this study are to prove that the value of inventory has the effect on the value of firm and to prove that profitability affecting the relationship between the value of inventory and the value of firm. This study is the associative explanation study which the variables are causal. The samples of this study are manufacturing companies listed in BEI that chosen by purposive sampling method. The data used is panel data and obtained from the finanancial statement of pharmacy companies at the year of 2009-2013. Hypothesis testing is undertaken by using the statistic method through the simple regression and the difference in absolute value. The result shows that the value of inventory variable has the significant positive effect on the value of firm. The high profitability variable is able to strengthen the relationship between the value of inventory and the value of firm.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Analisis Pengaruh Nilai Persediaan Terhadap Value of Firm dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi; Studi Empiris pada Perusahaan Farmasi Terdaftar di BEI”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar sarjana ekonomi pada Universitas Sumatera Utara. Selama penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., CPA dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, S.E., M.Si., Ak., dan Ibu Dra. Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si., Ak., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak., selaku dosen penguji dan Bapak Syahrurrahman, S.E., M.Si., Ak., selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan arahan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orangtua penulis, terima kasih atas doa, dukungan, dan kasih sayang yang telah diberikan. Skripsi ini saya persembahkan sebagai wujud pengabdian yang tulus untuk Mama dan Buya, ketiga saudara penulis: kak Fyma, bang Anra, dan Kak Ina terima kasih atas dukungan, perhatian, dan doa yang telah diberikan.

7. Para sahabat, Agung, Anas, Evi, Garry, Lisbet, Sandey, Topan. Geng Saboteur (Anita, Febrina, Gloria, Katrin, Moia, Monik, Sinar, Tanti, Yeni). Teman Grup WhatsApp (Yudith, Friedrich, Nadia, Octa, Surya) dan rekan-rekan mahasiswa S1 Akuntansi lainnya terimakasih atas kebersamaannya, semoga dapat menyelesaikan studi dengan baik dan sukses di kemudian hari.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Medan, 5 Maret 2015 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Tinjauan Teoritis ... 10

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 10

2.1.2 Teori Informasi Tidak Simetris (Asymmetric Information) ... 12

2.1.3 Teori Sinyal (Signaling Theory) ... 13

2.1.4 Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) ... 15

2.1.5 Nilai Persediaan ... 17

2.1.5.1 Hipotesis Ricardian (Hipotesis Pajak) ... 19

2.1.5.2 Political Cost ... 20

2.1.6 Nilai Perusahaan ... 23

2.1.7 Profitabilitas ... 25

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 31

2.3.1 Kerangka Konseptual ... 31

2.3.2 Hipotesis Penelitian ... 32

2.3.2.1 Pengaruh Nilai Persediaan Terhadap Nilai Perusahaan ... 32

2.3.2.2 Pengaruh Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi dalam Hubungan Antara Nilai Persediaan Dengan Nilai Perusahaan ... 33


(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Desain Penelitian ... 35

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 35

3.3 Jenis Data ... 36

3.4 Teknik Pengumpul Data ... 37

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37

3.6 Metode Analisis ... 38

3.6.1 Statistik Deskriptif ... 39

3.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 39

3.6.2.1 Uji Normalitas ... 40

3.6.2.2 Uji Autokorelasi ... 41

3.6.2.3 Heteroskedastisitas ... 41

3.7 Analisis Regresi ... 42

3.8 Uji Hipotesis ... 44

3.8.1 Uji R² atau Koefisien Determinasi ... 44

3.8.2 Uji-t ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Gambaran Umum ... 45

4.2 Statistik Deskriptif ... 45

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 47

4.3.1 Uji Normalitas ... 47

4.3.2 Uji Autokorelasi ... 48

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 49

4.4 Pengujian Hipotesis ... 50

4.4.1 Koefisien Determinasi ... 50

4.4.2 Uji-t ... 53

4.4.3 Analisis Regresi Persamaan 1 ... 54

4.4.3.1 Hasil Hipotesis Persamaan 1 ... 55

4.4.4. Analisis Regresi Persamaan 2 ... 56

4.4.4.1 Hasil Hipotesis Persamaan 2 ... 56

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

5.1 Kesimpulan ... 59

5.2 Keterbatan Penelitian ... 59

5.3 Saran ... 60


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 29

3.1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

3.2 Autokorelasi ... 41

4.1 Statistik Deskriptif ... 45

4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov` ... 48

4.3 Hasil Uji Durbin-Watson ... 48

4.4 Goodness of Fit Persamaan 1 ... 52

4.5 Goodness of Fit Persamaan 2 ... 52

4.6 Hasil Uji-t ... 53

4.7 Hasil Estimasi Analisis Regresi Sederhana ... 55


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ... 31 4.1 Uji Normalitas ... 47 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatter Plot ... 50


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lamp. Judul Lampiran Halaman Lampiran 1 Hasil Output Pengelolaan Statistik ... 62 Lampiran 2 Data Keuangan Perusahaan Sampel Sebelum Diolah ... 67 Lampiran 3 Jadwal Penelitian ... 68


(12)

(13)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa nilai persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap hubungan antara nilai persediaan dengan nilai perusahaan. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif asosiatif yang variabelnya bersifat kausal. Sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang dipilih dengan metode purposive sampling. Data yang digunakan bersifat data panel dan diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan farmasi dari tahun 2009-2013. Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode statistik melalui analisis regresi sederhana dan selisih nilai mutlak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel nilai persediaan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel profitabilitas yang tinggi mampu memperkuat hubungan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan.


(14)

ABSTRACT

The purposes of this study are to prove that the value of inventory has the effect on the value of firm and to prove that profitability affecting the relationship between the value of inventory and the value of firm. This study is the associative explanation study which the variables are causal. The samples of this study are manufacturing companies listed in BEI that chosen by purposive sampling method. The data used is panel data and obtained from the finanancial statement of pharmacy companies at the year of 2009-2013. Hypothesis testing is undertaken by using the statistic method through the simple regression and the difference in absolute value. The result shows that the value of inventory variable has the significant positive effect on the value of firm. The high profitability variable is able to strengthen the relationship between the value of inventory and the value of firm.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keadaan kompetisi pasar saat ini yang semakin berkembang menuntut perusahaan untuk semakin meningkatkan nilai perusahaannya. Hal itu dapat dilihat dari perkembangan pengetahuan, kemajuan teknologi, dan perkembangan arus informasi yang harus disampaikan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Dengan memaksimalkan nilai perusahaan tersebut berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan.

Satu dari lainnya proses yang menyebabkan pergeseran pengertian nilai perusahaan bagi invesor terjadi pada tahun 1970-an. Adanya fenomena besar dalam studi akuntansi, dimana sudut pandang akuntansi berubah dari akuntansi normatif menjadi akuntansi positif. Hal ini karena perkembangan perilaku investor memandang perusahaan sudah berubah dengan berkembangnya zaman sehingga teori normatif mulai runtuh yang digantikan dengan teori positif. Teori normatif berusaha menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh akuntan dalam proses penyajian terhadap pemakainya. Sebaliknya tujuan pendekatan teori positif berusaha menguraikan dan menjelaskan apa dan bagaimana informasi keuangan disajikan serta dikomunikasikan kepada para pemakai informasi akuntansi. Dengan kata lain pendekatan teori positif bukanlah untuk memberikan anjuran mengenai seperti apa praktik akuntansi seharusnya, tetapi untuk


(16)

menjelaskan mengapa praktik akuntansi mencapai bentuk seperti keadaannya sekarang (Januarti, 2004)

Adanya perubahan cara pandang akuntansi terutama para investor mengakibatkan iklim bisnis sebagai pengguna juga ikut berubah. Sewajarnya para stockholder akan menginginkan peningkatan kekayaan pada perusahaan yang mereka miliki untuk menunjukkan perusahaan dalam tahun-tahun yang baik. Tujuan didirikan sebuah perusahaan adalah untuk menyejahterkan para pemegang saham, dicerminkan dari kondisi kenaikan nilai harga saham di pasar yang secara konsisten dan relevan. Usaha meningkatkan nilai perusahaan bisa dilakukan melalui penunjukan manejer yang ikut dalam kepemilikan saham di perusahaan tersebut. Manajer yang sekaligus pemegang saham akan meningkatkan nilai perusahaan, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan maka nilai kekayaannya sebagai individu pemegang saham akan ikut meningkat pula (Christiawan dan Tarigan, 2007).

Martani, et al (2012) menuliskan kasus penyelewengan persediaan pada PT Indofarma Tbk. Perusahaan Indofarma Tbk. adalah salah satu produsen obat-obatan Indonesia. Bermula dari penelaahan Bapepam-LK (saat ini bernama OJK) mengenai dugaan adanya pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal terutama berkaitan dengan penyajian laporan keuangan yang dilakukan oleh PT Indofarma Tbk. untuk tahun buku 2001. Pada tanggal 8 november 2004, Bapepam-LK mengumumkan hasil pemeriksaan terhadap PT Indofarma Tbk. Hasil pemeriksaan tersebut menyatakan bahwa terdapat overstatement nilai persediaan barang dalam proses sebesar Rp 28,87 miliar yang


(17)

menyebabkan adanya understatement beban pokok penjualan dan overstatement laba neto sebesar nilai tersebut. Kesalahan penyajian nilai tersebut disebabkan oleh lemahnya pengendalian internal dan sistem akuntansi perusahaan. Berdasarkan ringkasan laporan keuangan yang dipublikasikan di media massa, perusahaan farmasi obat generik ini menderita kerugian Rp59,83 miliar, atau meningkat dua kali lipat dari hasil laporan keuangan sebelum audit sebesar sekitar Rp20 miliar. Padahal pada tahun buku 2001, perusahaan ini mencatatkan keuntungan sebesar Rp122,5 miliar. Perubahan yang sedimikian drastis ini ternyata disebabkan adanya overstatment nilai persediaan tersebut. Atas kejadian ini, Bapepam-LK melakukan suspensi terhadap perdangangan saham INAF. Atas hasil pemeriksaan Bapepam-LK diputuskan bahwa direksi yang menjabat pada periode terbitnya Laporan Keuangan tahun periode 2001 diberikaan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah). Selain itu, Bapepam-LK juga meminta Direksi PT Indofarma Tbk. untuk : (i) segera membenahi dan/atau menyusun sistem pengendalian internal dan sistem akuntansi perusahaan yang memadai untuk menghindari timbulnya permasalahan yang sama dikemudian hari selambat-lambatnya pada akhir semester I tahun buku 2005; (ii) menyampaikan laporan perkembangan atas pembenahan dan/atau penyusunan sistem pengendalian internal dan sistem akuntansi perusahaan tersebut secara berkala setiap akhir bulan kepada Bapepam-LK; (iii) menunjuk akuntan publik yang terdaftar di Bapepam-LK untuk melakukan audit khusus guna melakukan penilaian atas sistem pengendalian internal dan sistem akuntansi tersebut apabila perusahaan telah selesai melakukan pembenahan dan/atau penysunan sistem


(18)

pengendalian internal dan sistem akuntansi perusahaan. Hasil audit khusus tersebut wajib disampaikan ke Bapepam-LK.

Apabila dilihat dari kasus PT Indofarma maka memanajemen nilai persediaan semakin terhubung pada nilai perusahaan. Berdasarkan pengumuman dari Bapepam-LK adanya temuan laba neto PT Indofarma yang overstatment diakibatkan dari penilaian PT Indofarma pada nilai persediaannya terlalu tinggi. Pada perhitungan laba perusahaan, nilai persediaan merupakan akun yang ikut dalam perhitungan secara tidak langsung karena nilai persediaan menentukan besaran harga pokok penjualan perusahaan yang nantinya akan dikurangkan kepada penjualan perusahaan. Nilai persediaan atau persediaan ini adalah barang jadi yang telah diproduksi atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan temasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi (Sundjaja dan Berlian, 2002).

Pentingnya keputusan manajer dalam mengelola aset perusahaan dapat berdampak serius bagi berjalannya operasional perusahaan dikemudian hari dan akan memengaruhi tujuan jangka panjang perusahaan. Persediaan merupakan satu dari lainnya aset yang berperan penting sebagai motorik majunya aktivitas perusahaan dalam menjalankan tujuan utamanya yaitu memeroleh laba. Masalah investasi dalam persediaan merupakan masalah pembelanjaan aktif. Bagi perusahaan manufaktur persediaan menjadi begitu penting karena kesalahan dalam investasi persediaan ini akan menggangu kelancaran operasi perusahaan (Daljono dan Puspitaningtyas, 2005). Manfaat memiliki persediaan bagi perusahaan adalah (i) Menghindari kehilangan penjualan ; (ii) Memeroleh diskon


(19)

kuantiti; (iii) mengurangi biaya persediaan; (iv) mencapai biaya produksi yang efisien (Sundjaja dan Barlian, 2002). Hal ini menjadi Trade off perusahaan antara untuk memilihan investasi pada persediaan dengan kesempatan investasi perusahaan pada pemanfaatan arus kas ke aset lainnya. Semakin tinggi tingkat persediaan perusahaan maka akan semakin besar peluang perusahaan kehilangan penghasilan dari sumber lain. Secara umum semakin tinggi rata-rata persediaan semakin besar investasi dan biaya yang dibutuhkan. Jadi dalam merencanakan persediaan, manajer keuangan harus memikirkan biaya dan manfaat penyimpanan persediaan.

Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Situmorang (2011) menemukan hasil bahwa secara parsial nilai persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi yang dimiliki khususnya persediaan, investor dapat memilih nilai persediaan sebagai tolak ukur. Penelitian serupa dilakukan oleh Somara (2013) yang menemukan hasil secara parsial menunjukkan bahwa nilai persediaan dan profit margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan dari kedua penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan hasil yang diperoleh peneliti, yakni adanya pengaruh yang signifikan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan.

Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah peneliti terdahulu menggunakan market to book value of assets ratio (MTBVAR) untuk pmengukuran nilai persusahaan, sedangkan dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui apakah nilai persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan


(20)

dengan pengukuran nilai perusahaan menggunakan Rasio Tobin’s Q atau rasio Q. MTBVAR hanya menggunakan faktor ekuitas dalam pengukurannya sedangkan Tobins’Q memerhitungkan sumber lain dari ekuitas yaitu hutang. Perusahaan sebagai entitas ekonomi, tidak hanya mennggunakan ekuitas dalam mendanai kegiatan operasionalnya, namun juga dari sumber lain seperti hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Sukamulja, 2004). Berdasarkan adanya perbedaan dalam hal pendekatan matematis dalam mengukur nilai perusahaan ini, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian.

Penelitian terdahulu berikutnya yang menyerupai dilakukan oleh Daljono dan Puspitaningtyas (2005) menemukan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara nilai persediaan terhadap market value perusahaan. Penelitian serupa dilakukan oleh Purwanto (2005) yang menemukan hasil bahwa nilai persediaan menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap market value perusahaan. Kesimpulan dari peneliti - peneliti sebelumnya memiliki kesamaan hasil yakni, nilai persediaan berpengaruh signifikan terhadap market value perusahaan.

Pengertian nilai perusahaan memiliki cakupan yang lebih luas jika dibandingkan dengan pengertian market value. Nilai perusahaan dapat menjadi pengertian tersendiri dari tiap-tiap investor. Seorang investor yang ingin menanamkan modalnya pada suatu perusahaan maka ia akan membayar sebesar nilai peusahaan yang diperhitungkan olehnya. Sewaktu investor ingin menanamkan uangnya kepada investee-nya yang sedang dalam keadaan IPO maka nilai perusahaan dihitung saat IPO dan pada akhir tahun terjadinya IPO ( Assih, et


(21)

al 2005). Perusahaan yang berkeinginan melakukan penjualan saham perdana akan menentukan sendiri terlebih dahulu nilai perusahaannya baik melalui Corporate Value Model atau Price Ratio Models agar harga saham per lembar sesuai dengan kemampuan perusahaan sebenarnya (Mello, 2006).

Definisi nilai perusahaan menurut Christiawan dan Tarigan (2007) ialah “memiliki beberapa konsep nilai yaitu: nilai nominal, nilai pasar, nilai intrinsik, nilai buku, dan nilai likuidasi”. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif. Nilai pasar, sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar-menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di pasar saham. Nilai intrinsik merupakan konsep yang paling abstrak, karena mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekadar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari. Sedangkan nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antara total aktiva dan total utang dengan jumlah saham yang beredar. Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi

Selanjutnya, yang membedakan dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah profitablitias digunakan sebagai variabel moderasi di penelitian ini karena diduga berpengaruh secara moderating (memperkuat atau memperlemah)


(22)

hubungan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi profitabillitas yang dicapai perusahaan maka semakin kuat pula hubungan nilai persediaan dengan nilai perusahaan, atau apabila perusahaan mengalami keuntungan maka hubungan nilai persediaan dengan nilai perusahaan semakin kuat.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis melakukan penelitian terhadap masalah tersebut dengan mengambil judul “Analisis Pengaruh Nilai Persediaan Terhadap Value of Firm dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi; Studi Empiris pada Perusahaan Farmasi Terdaftar di BEI”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah nilai persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

2. Apakah nilai persediaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderasi.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Membuktikan bahwa nilai persediaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 2. Membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap hubungan antara


(23)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan, antara lain:

1. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah, memperluas wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya mengenai nilai persediaan, profitabilitas, dan nilai perusahaan.

2. Bagi calon peneliti lainnya, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan sebagai bahan referensi dan bahan masukan untuk para akademisi dan penelitian bagi pengembangan dan pengkajian konsep hubungan antara nilai persediaan dan nilai perusahaan.

3. Bagi emiten, ini diharapkan dapat memberikan arti penting bagi perusahaan agar lebih mempertimbangkan penyediaan nilai persediaan yang nantinya akan memengaruhi naik turunnya laba perusahaan. Perusahaan yang memiliki nilai persediaan tinggi bisa saja lebih banyak menggunakan biaya untuk pengendalian internal persediaan tersebut, namun apabila ada pergerakan permintaan yang tiba-tiba diluar dari jadwal perusahaan maka perusahaan tersebut akan lebih cepat merespon permintaan.

4. Bagi investor, dapat dijadikan sebagai sumber informasi pertimbangan investasi pada persediaan yang memiliki kelemahan dan kelebihan dalam berjalannya operasional bisnis. Diharapkan investor juga mengetahui dampak langsung bahwa nilai persediaan menjadi pengaruh penting terhadap penaksiran nilai perusahaan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

Terdapat beberapa teori yang dapat menginterpretasikan hubungan antara nilai persediaan dengan nilai perusahaan.

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Tahun 1976 Jensen dan Meckling dalam penelitiannya yang berjudul Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure menyebutkan hubungan Keagenan sebagai berikut:

... agency relationship as a contract under which one or more persons (the principal(s)) engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”.

Hubungan agen terjadi ketika satu individu atau lebih sebagai pemilik (principal) yang memberikan delegasi otoritas kepada individu lain (agent) untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan kesejahteraan principal (Jensen dan Meckling, 1976). Ketika pemilik perusahaan menunjuk manajer (orang yang digaji oleh pemilik perusahaan) sebagai pengelola perusahaan maka saat itu pula tindakan – tindakan manajemen bisa saja mengarah untuk kepentingannya sendiri. Manajer mungkin lebih tertarik untuk memaksimalkan kekayaan mereka sendiri daripada kekayaan pemegang sahamnya sehingga mereka mendapat gaji lebih (Brigham dan Houston, 2012). Para pemilik perusahaan dapat saja mencegah konflik tersebut dengan memonitor semua tindakan yang dilakukan oleh


(25)

manajemen. Namun hal itu sangat sulit dilakukan oleh pemilik perusahaan sehingga dibutuhkan biaya (agency cost) untuk memaksa manajer agar mau melakukan tindakan sesuai dengan kepentingan pemegang saham (Lubis dan Putra, 2012).

Ada 3 kategori dari agency cost antara lain (Lubis dan Putra, 2012) :

1. Biaya auditor untuk memonitor tindakan

manajer.

2. Biaya untuk menggaji manajer dari luar

sehubungan dengan biaya struktur organisasi.

3. Opportunity Cost, misalnya merupakan persyaratan agar pemegang saham terpaksa memilih isu tertentu, yang merupakan batasan dari manajer untuk mengambil tindakan yang ada hubungannya dengan harta pemegang saham.

Salah satu dana perusahaan diperoleh dari investasi modal para pemegang saham dan sudah sewajarnya para pemegang saham menginginkan pengembalian setara dengan dana yang ditanamkannya. Pengambilan keputusan manajer untuk dana yang diinvestasikan pada persediaan bisa menjadi jalan lintas para manajer untuk mencapai keinginan-keinginan bersifat pribadi. Kebijakan perusahaan yang memberikan intensif atau bonus kepada manajer berdasarkan persentasi dari jumlah laba dapat menjadikan seorang manejer berkeinginan untuk meningkatkan laba perusahaan. Berbagai cara dapat dilaksanakan seperti pengefisiensian biaya serta peningkatan volume penjualan melalui diferensiasi produk. Namun, apabila adanya ketidaksesuaian dari apa yang diharapkan manajer, hal ini dapat menjadikan manajer mencari cara yang tidak sesuai dari pendelegasian pemilik perusahaan yaitu mengatur jumlah nilai akhir persediaan. Apabila nilai persediaan suatu perusahaan disajikan overstatment maka laba perusahaan juga akan tersaji


(26)

overstatment. Dalam hal ini, telah terjadi gap antara pemilik perusahaan sebagai principal dengan manajer perusahaan selaku agency.

2.1.2 Teori Informasi Tidak Simetris (Asymmetric Information)

Awal dekade 1960-an profesor Harvard University, Gordon Donaldson mengajukan sebuah teori tentang informasi yang tidak simetris atau disebut sebagai asymmetric information. Teori informasi tidak simetris adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain (Atmaja, 1994). Dalam kaitannya terhadap informasi pada manajemen perusahaan yang mengetahui lebih banyak tentang kondisi kemampuan perusahaan dibandingkan dengan para investor di pasar modal. Pengertian lain tentang informasi tidak simetris adalah yang dikemukakan oleh Boujelbene dan Besbes (2012) yaitu informasi tidak simetris merupakan suatu kejadian atau kasus di mana kelompok tertentu menyimpan informasi dan mereka tidak mengirimkan ke kelompok lain.

Penyajian nilai persediaan tidak luput hubungannya dari teori informasi tidak simetris. Sebagaimana terjadi pada nilai persediaan di suatu perusahaan, pihak manajemen akan lebih memiliki informasi yang kompleks dan prediktif hubungannya dengan mengatur persediaan perusahaan jika dibandingkan dengan pihak investor. Sartono (1997) mengatakan bahwa manajer keuangan sangat berkepentingan dengan persediaan sebagai bagian dari siklus aliran kas secara keseluruhan. Apabila perusahaan dapat memeroleh kepercayaan dari investor dalam penyajian nilai persediaan maka hal ini aka menurunkan risiko kesalahan


(27)

investor dalam memerediksi laporan keuangan investee. Hal ini sangat penting karena jumlah investasi dalam persediaan biasanya merupakan aset lancar paling besar dari perusahaan manufaktur dan ritel (Kieso et al, 2008).

Informasi tidak simetris dapat menjadi kendala potensial untuk mengungkapkan nilai modal sebenarnya dalam perusahaan dan diatasi sesegera mungkin agar pihak luar yang berkeinginan berinvestasi mengetahui kondisi perusahaan investee. Informasi asimetris merupakan faktor potensial yang membuat penyajian modal perusahaan terlihat bias di pasar keuangan domestik dan internasional (Bellalah dan Aboura, 2006). Manfaat lainnya dari tidak adanya ditemukan Asymmetric Information pada investee adalah investor juga mampu menyerap tujuan sebenarnya dari perusahaan investee.

2.1.3 Teori Sinyal (Signaling Theory)

Informasi yang diketahui oleh pihak manajemen perusahaan selalu lebih baik dari pihak eksternal. Informasi keuangan yang disampaikan perusahaan bertujuan untuk mengurangi information asymmetry antara perusahaan dengan pihak eksternal perusahaan (Wolk, 2001 dalam Thiono, 2006). Adanya information asymmetry ini menjadikan pihak manajemen perusahaan mengeluarkan sinyal-sinyal terhadap para investor tentang pencapaian manajemen selama ini dalam memenuhi kesejahteraan pemegang sahamnya melalui laporan keuangan. Informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan (Ilat dan kalalo, 2011).


(28)

Menurut Saerang dan Pontoh (2011) perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar. Penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya dapat menurunkan kekhawatiran investor mengenai prospek perusahaan dimasa akan datang. Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain

Pengungkapan yang dilakukan oleh suatu perusahaan terhadap nilai persediaannya bisa memberikan sinyal baik bagi investor. Jumlah nilai persediaan yang sesuai akan mendukung validitas suatu penjualan pada tahun berjalan perusahaan. Secara rasional investor akan memperhitungkan apabila nilai persediaan yang melimpah namun perusahaan tetap mampu melakukan peningkatan penjualan yang tajam bisa memberikan sinyal buruk kepada investor tentang adanya penyelewengan tersembunyi dalam persediaan. Informasi-informasi yang diungkapkan perusahaan melalui laporan keuangannya sangat memengaruhi daya tarik pihak eksternal. Berdasarkan signaling theory, sinyal positif yang ditangkap oleh investor tersebut bisa meningkatkan nilai perusahaan (Setijawan, 2011).

Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal adalah untuk meningkatan nilai perusahaan dan menunjukkan bahwa perusahaan


(29)

mempunyai nilai lebih/keunggulan kompetitif dari perusahaan lain (Purwanto, 2012). Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pihak eksternal sebagai pengguna laporan keuangan.

2.1.4 Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)

Stakeholder Theory yang mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholders. (Yuliana et al, 2008). Berjalannya suatu perusahaan tidak hanya bertujuan untuk kepentingan sendiri, namun harus memberikan manfaat bagi para stakeholder. Hubungan perusahaan terhadap para stakeholder yang baik merupakan target utama manajemen yang harus dicapai.

Menurut Clarkson (1994) dalam Octavia (2012) mendefinisikan stakeholder menjadi stakeholder primer dan stakeholder sekunder. Stakeholder primer adalah pihak-pihak yang memiliki peranan sangat penting bagi organisasi sehingga apabila tidak ada partisipasi pihak tersebut, maka keberlanjutan organisasi tidak akan bertahan. Contoh dari stakeholder primer yaitu investor, pekerja, pelanggan, dan pemasok. Sedangkan stakeholder sekunder didefinisikan sebagai pihak yang memengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan, tetapi mereka tidak terlibat dalam transaksi dengan perusahaan dan tidak begitu berarti untuk kelangsungan hidup perusahaan. Contoh dari stakeholder sekunder yaitu pemerintah dan media massa. Manajer berperan penting untuk menjaga dukungan dari semua kelompok ini, menyelaraskan kepentingan mereka agar organisasi tempat di mana para pemangku kepentingan dapat dimaksimalkan dari waktu ke waktu (Freeman dan Phillips, 2002).


(30)

Fokus utama dalam teori ini yaitu bagaimana perusahaan memonitor dan merespon kebutuhan para stakeholders-nya. Perusahaan juga harus memahami kelemahan dan kebaikan dari stakeholder agar menjadikan perusahaan tanggap dalam kendala-kendala yang ditemui dari stakeholdernya (Yuliana, et al, 2008)

Ketika entitas perusahaan menginginkan sejumlah persediaan untuk memenuhi kegiatan operasionalnya maka perusahaan akan membutuhkan partner yang bersedia mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan perusahaan yang bukan dari entitas perusahaan, yakni perusahaan pemasok. Apabila perusahaan memiliki hubungan yang tidak baik terhadap pemasok sebagai stakeholder maka penyediaan persediaan akan terlambat. Keterlambatan ini karena perusahaan membutuhkan waktu untuk pemecahan solusi berupa, pengalihan ke pemasok lain atau tetap memerbaiki hubungan terhadap pemasok yang saat ini. Kendala ini akan menjadikan operasional perusahaan terhambat sehingga akan memungkinkan pengiriman barang ke konsumen yang terlambat pula. Efek domino ini akan membuat hubungan perusahaan terhadap pelanggan (stakeholder) yang sebelumnya tidak bermasalah terhadap perusahaan, menjadi bermasalah, dikarenakan hubungan perusahaan terhadappemasok (stakholder) yang buruk.

Penurunan laba perusahaan akan dapat terjadi apabila perusahaan bermasalah dengan para stakeholdernya. Laba perusahaan yang turun dapat berakibat ekspektasi investor berkurang keyakinannya terhadap perusahaan sehingga nilai perusahaan juga akan mengalami penurunan melalui penurunan harga saham di pasar. Ide sentral dari kesuksesan organisasi tergantung pada seberapa baik perusahaan mengelola hubungan dengan kelompok-kelompok kunci


(31)

seperti pelanggan, pemasok, karyawan, pemodal, dan lain-lain yang dapat memengaruhi realisasi tujuan suatu perusahaan (Freeman dan Phillips, 2002).

2.1.5 Nilai Persediaan

Investasi dalam persediaan biasanya merupakan aktiva lancar paling besar dari perusahaan dagang dan manufaktur (kieso et al, 2008). Jumlah yang sangat material apabila perusahaan keliru dalam penilaiannya. Persediaan membutuhkan prinsip kehati-hatian dalam penilaiannya. Persediaan adalah aktiva lancar yang sangat erat kaitannya dengan penjualan perusahaan. Menurut Brigham (2006) seeperti halnya piutang usahan, tingkat persediaan pun sangat tergantung pada penjualan. Dengan demikian, sesuai dengan pendapat Brigham maka hubungan penjualan terhadap persediaan saling terkait.

Terdapat berbagai pandangan mengenai istilah persediaan. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai persediaan adalah seperti kutipan berikut, Kieso, et al (2008) mengatakan bahwa “persediaan (inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual”. Warren, et al (2008) menyatakan bahwa persediaan adalah “barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu”.


(32)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa persediaan tersebut meliputi barang dagang, bahan baku, barang dalam proses danbarang jadi. Ada perbedaan dari jenis persediaan antara perusahaan dagang dengan perusahaan manufaktur jika dilihat dari persediaan yang digunakan. Di dalam perusahaan dagang hanya terdapat barang jadi saja dan tidak merubah wujud dari barang itu dan fungsinya, sedangkan di dalam perusahaan manufaktur meliputi bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses, dan barang jadi. Pada persediaan perusahaan manufaktur adanya ditemukan proses metamorphosis, yaitu perubahan bahan baku menjadi bahan dalam proses, lalu diproses lagi menjadi barang jadi yang siap dijual. Persediaan bahan pembantu sebagai persediaan untuk kelancaran proses produksi. Pendapat yang lebih terperinci disebutkan oleh Munandar (1996) bahwa persediaan adalah semua persediaan barang-barang yang dipergunakan untuk menjalankan usaha (operasi) perusahaan. Untuk perusahaan perdagangan yang usahanya membeli dan kemudian menjual barang-barang tanpa mengadakan perubahan-perubahan yang prinsipal terhadap barang-barang yang diperjualbelikan tersebut (misalnya tanpa mengubah bentuk atau sifat barang-barang tersebut secara prinsipil, sehingga barang yang dibeli tetap sama dengan yang dijual), maka persediaan barang-barang untuk menjalankan usahanya berupa Inventory of merchendise (persediaan barang dagang). Bagi perusahaan industri (Manufacturing) yang mengadakan perubahan-perubahan prinsipiil terhadap barang-barang yang dibeli (proses produksi), sebelum nantinya dijual kembali, maka persediaan barang-barang untuk menjalankan hanya berupa :


(33)

1) Inventory of Direct Materials (persediaan bahan baku)

Persediaan dari bahan-bahan yang langsung (direct) dikerjakan dalam proses produksi akhir sesudah selesai diproses dalam proses produksi. (misalnya: kapas sebagai direct material dari perusahaan pemintalan benang; mori sebagai direct material dari perusahaan batik, dan sebagainya)

2) Inventory of Indirect Material (Persediaan Bahan Pembantu)

Persediaan dari bahan-bahan yang tidak langsung (indirect) dikerjakan dalam proses produksi, tetapi hanya bersifat membantu kelancaran jalannya proses produksi tersebut. Misalnya: bahan bakar, minyak pelumas dan sebagainya).

3) Inventory of Work in Process (Persediaan Barang Dalam Proses)

Persediaan barang-barang yang belum selesai dikerjakan dalam proses produksi sehingga menjadi “barang jadi” yang siap untuk dijual. Sering pula dinamakan “Persediaan barang setengah jadi”

4) Inventory of Finished Goods (Persediaan Barang Jadi)

Persediaan barang-barang yang sudah selesai dikerjakan dalam proses prouksi, dan siap untuk dijual. Sering pula dinamakan “Inventory of Final Goods”.

Persediaaan perlu untuk dimanajemen untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi perusahaan. Manajemen persediaan mencakup seluruh kegiatan merencanakan, mengkordinasikan, menyimpan dan memelihara persediaan sebelum sampai ke tangan pihak lain (distributor/agen atau konsumen) atau jika dilihat dalam neraca perusahaan berada dalam posisi aktiva sub “persediaan” sebelum berubah menjadi piutang dagang atau kas (Sitanggang, 2012). Pengaturan persediaan didasari pada berbagai pendekatan dan teori, yakni hipotesis Ricardian (Hipotesis Pajak) dan Political cost.

2.1.5.1 Hipotesis Ricardian (Hipotesis Pajak)

Classical Ricardian menyatakan bahwa manejer bertujuan tunggal untuk memaksimalkan nilai perusahaan dengan meminimalkan biaya pajak serta tetap respek pada kendala hukum pajak dan kesempatan produksi investasi (lee dan Hsieh dalam Mukhlasin, 2001). Hipotesis ini didasarkan


(34)

pada asumsi bahwa faktor yang paling memengaruhi perusahaan adalah peraturan perpajakan, dengan disajikannya nilai persediaan akhir yang sedikit membuat biaya pajak lebih kecil. Perubahan nilai persediaan diakibatkan dari pemilihan metode akuntansi persediaan karena metode yang berbeda akan menghasilkan pelaporan persediaan, laba dan harga pokok penjualan yang berbeda (Mukhlasin, 2001). Apabila perusahaan menggunakan metode FIFO, maka perusahaan akan menghasilkan laba yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan metode rata-rata sehingga perusahaan tidak dapat melakukan penghematan pajak. Sebaliknya, apabila perusahaan menggunakan metode rata-rata, maka perusahaan akan menghasilkan laba yang lebih kecil dan dapat melakukan penghematan biaya pajak.

Pertimbangan memilih metode akuntansi persediaan didasarakan pada alasan yang rasional bahwa manajer dituntut untuk dapat menghasilkan laba yang besar dan meningkatakan nilai perusahaan (kieso, 2008). Lee dan Hsieh dalam Mukhlasin (2001) berkesimpulan bahwa nilai persediaan akhir dalam sebuah perusahaan tidak sama dan variatif sekali, variasi ini menggambarkan operasional perusahaan yang mencerminkan teknik persediaan dan akuntansi persediaan serta pergerakan persediaan itu sendiri.

2.1.5.2 Political cost

Bahwa semua orang sama, biaya politik yang lebih besar dihadapai oleh manajer lebih menyukai memilih prosedur (metode) akuntansi yang melaporkan earning berbeda dari periode sekarang dengan periode yang


(35)

akan datang (Mukhlasin, 2001). Perbedaan jumlah akuntansi dari perbedaan metode akuntansi akan memicu tindakan politik. Dengan demikian dalam kaitannya dengan pemilihan metode akuntansi persediaan, manajemen akan memilih metode yang memberikan political cost yang rendah. Apabila Profitabilitas perusahaan tinggi maka akan menarik perhatian media dan konsumen sehingga political costnya menjadi besar. Political cost mengurangi dana perusahaan dalam hal investasi, namun dapat pula menjadi insentif bagi perusahaan karena memberikan sinyal bahwa perusahaan berkemampuan tinggi dan kemudian meningkatkan profiatbilitas perusahaan (Bonfigliolo dan Gancia 2010).

1. Pengukuran Persediaan

Exopure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.14 (Revisi Tahun 2008) tentang persediaan paragraf ke 8 menyatakan bahwa (ED PSAK 14 par, IAI, 2009).

“Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah.”

Dalam PSAK No.14 (Revisi tahun 2008) disebutkan pula bahwa ada beberapa biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh persediaan tersebut. Biaya tersebut meliputi biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.

Biaya Pembelian

Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan,


(36)

dan jasa. Diskon dagang, rabat dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.

Biaya Konversi

Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi barang jadi. Biaya-biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk memasukkan overhead nonproduksi atau biaya perancangan produk untuk pelanggan tertentu sebagai biaya persediaan.

Biaya Lain-lain

Biaya yang terjadi hingga persediaan siap digunakan. Dalam situasi tertentu, biaya pinjaman akan diakui sebagai bagian dari harga pokok persediaan ( IAS 23) Metode biaya standar ( standard cost method ) atau metode eceran boleh digunakan untuk menaksir harga pokok persediaan. Standard mengijinkan untuk menggunakan first in first out (FIFO).

2. Penilaian Persediaan

Roberts, et al (2005) menyebutkan bahwa key issues dari IAS 2 adalah penilaian persediaan merupakan aspek penting dalam menentukan sebuah laba bersih sebuah perusahaan. Standar menyatakan bahwa laba akan diakui pada saat terbentuknya (earned) yaitu pada saat persediaan dijual. Harga perolehan persediaan adalah semua biaya yang terjadi hingga persediaan tersebut siap dijual. IAS 2 berisi aturan untuk penilaian persediaan.

1. persediaan diukur dengan nilai terendah lower of antara nilai realisasi bersih (net realizable value) dan harga pokoknya.

2. harga pokok meliputi harga beli, biaya konversi, biaya kirim dan biaya-biaya lain-lain yang terjadi hingga persediaan siap dijual.

3. Harga pokok termasuk biaya yang dialokasikan secara sistematis dari biaya overhead tetap dan variabel yang didasarkan pada kapasitas normal dari fasilitas pabrik yang ada; biaya overhead biaya lain-lain yang terjadi hingga persediaan siap untuk digunakan.


(37)

5. Metode biaya standar ( standard cost method ) atau metode eceran boleh digunakan untuk menaksir harga pokok persediaan.

6. Standard mengijinkan untuk menggunakan first in first out (FIFO)

3. Pengakuan sebagai Beban

Exosure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.14 (Revisi Tahun 2008) tentang persediaan paragraf ke 32 menyatakan bahwa (ED PSAK 14 par, IAI, 2009)

“Jika persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi neto dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi neto, harus diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut”.

2.1.6 Nilai Perusahaan

Dalam jangka panjang, tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan (Gunawan dan Utami, 2008). Nilai perussahaan pada penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar. Semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemegang saham. Bagi perushaan yang menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan.

Pengertian nilai perusahaan sendiri berbeda-beda dalam penilaiannya yaitu : Menurut Christiawan dan Tarigan (2007) definisi dari nilai perusahaan memiliki lebih dari satu konsep, yakni :

1. Nilai nominal

Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif.


(38)

2. Nilai pasar

Nilai pasar, dapat disebut juga kurs. Nilai ini diperoleh dari harga tawar-menawar pasar sehingga nilai pasar dapat diperoleh apabila perusahaan menjual saham kepublik.

3. Nilai intrinsik

Konsep nilai intrinsik mengandung sifat yang lebih kaku dari lainnya karena mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekadar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari.

4. Nilai buku

Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antara total aktiva dan total utang dengan jumlah saham yang beredar.

5. Nilai likuidasi

Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi.

Pengertian lainnya dari nilai perusahaan, apabila seorang investor yang ingin menanamkan modalnya pada suatu perusahaan maka ia akan membayar sebesar nilai perusahaan yang diperhitungkan olehnya. Penelitian Assih, et al (2005) mengungkapkan bahwa sewaktu investor ingin menanamkan uangnya kepada investee-nya yang sedang dalam keadaan IPO maka nilai perusahaan dihitung saat IPO dan pada akhir tahun terjadinya IPO.

Berbeda pula apabila dilihat dari sudut pandang investee ketika ingin menentukan nilai perusahaan. Perusahaan yang berkeinginan melakukan penjualan saham perdana akan menentukan sendiri terlebih dahulu nilai perusahaannya baik melalui corporate Value Model atau Price Ratio Models agar harga saham per lembar yang dijual sesuai dengan kinerja perusahaan (Mello, 2006)

Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah satunya Tobin’s Q. Semakin besar nilai rasio Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan


(39)

memiliki prospek pertumbuhan yang baik dan memiliki intangible asset yang semakin besar. Hal ini terjadi karena semakin besar nilai pasar asset perusahaan, maka semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut. Perusahaan dengan nilai Tobin’s q yang tinggi biasanya memiliki brand image perusahaan yang sangat kuat, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Tobin’s q yang rendah umumnya berada pada industry yang sangat kompetitif atau industri yang mulai melemah. Secara umum Tobin’s Q hampir sama dengan market-to-book-ratio, namun menurut Sukamulja (2004), Tobin’s Q memiliki karakteristik yang berbeda antara lain:

1. Replacement Cost vs Book Value Tobin’s Q menggunakan (estimated) replacement cost sebagai denominator, sedangkan market-to-book-ratio menggunakan book value to total equity. Penggunaan replacement cost membuat nilai yang digunakan untuk menentukan Tobin’s Q memasukkan berbagai faktor, sehingga nilai yang digunakan mencerminkan nilai pasar dari asset yang sebenarnya di masa kini, salah satu factor tersebut misalnya inflasi.

2. Total Assets vs Total Equity Market-to-book-ratio hanya menggunakan factor ekuitas (saham biasa dan saham preferen) dalam pengukuran. Penggunaan factor ekuitas ini menunjukkan bahwa market-to-book-ratio hanya memperhatikan satu tipe investor saja, yaitu investor dalam bentuk saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Sedangkan Tobins’Q memberikan wawasan yang lebih luas terhadap investor. Perusahaan sebagai entitas ekonomi, tidak hanya mennggunakan ekuitas dalam mendanai kegiatan operasionalnya, namun juga dari sumber lain seperti hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

2.1.7 Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah rasio kemampuan memperoleh laba perusahaan tergantung dari laba dan modal mana yang diperhitungkan (Sitanggang, 2012). Bermacam-macamnya tingkatan laba, seperti laba kotor, laba usaha, laba sebelum


(40)

modal, seperti modal usaha/opersional seperti modal utang, modal sendiri, atau modal keseluruhan yang membuat rasio dengan laba dan modal harus disesuaikan dengan darimana laba dan untuk apa modal tersebut ditujukan. Menurut Shaw (2003) dalam Bukit (2012) laba yang tinggi memberikan indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga dapat mendorong investor untuk meningkatkan permintaan saham. Permintaan saham yang meningkat menyebabkan nilai perusahaan meningkat. Berdasarkan pembahasan diatas profitabilitas juga memengaruhi nilai perusahaan (Bukit, 2012).

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai hubungan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan. Daljono dan Puspitaningtyas (2005) melakukan pengujian untuk melihat pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan gros margin terhadap Market Value. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan perioda penelitian tahun 2001 sampai dengan tahun 2002, berjumlah 152 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metoda purposive sampling berjumlah 97 perusahaan. Teknik pengujian data adalah dengan menggunakan regresi linier sederhana untuk menguji secara parsial dan regresi linier berganda untuk menguji secara simultan, dengan tingkat signifikansi alpha 5%. Hasil penelitian membuktikan bahwa Nilai persediaan berpengaruh signifikan positif terhadap market value. Secara parsial metode arus biaya persediaan dan Profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap market value.


(41)

Secara simultan membuktikan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin berpengaruh signifikan terhadap market value.

Purwanto (2007) menguji pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan gross profit margin terhadap Market Value pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan perioda penelitian tahun 2007. Sampel dipilih dengan menggunakan metoda purposive sampling berjumlah 33 perusahaan. Teknik pengujian data adalah dengan menggunakan regresi linier sederhana untuk menguji secara parsial dan regresi linier berganda untuk menguji secara simultan, dengan tingkat signifikansi alpha 5%. Secara simultan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan gross profit margin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap market value perusahaan. Secara parsial metode arus biaya persediaan dan gross profit margin tidak berpengaruh secara signifikan tehadap market value. Nilai persediaan memiliki pengaruh yang signifikan tehadap market value.

Situmorang (2011) memperoleh hasil penelitiannya yang menyebutkan bahwa pengaruh signifikan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan adalah. Meneliti tentang pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin terhadap nilai perusahaan, dengan sampel seluruh perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2007-2009. Metode pengambilan sampel dilakukan berdasarkan tehnik Purposive sampling dengan pertimbangan (judgement sampling). Jumlah 14 perusahaan food and beverages di BEI hingga tahun 2005 adalah 14 emiten, berdasarkan


(42)

kriteria-kriteria purposive sampling, dari populasi tersebut didapatkan 109 emiten yang memenuhi syarat-syarat sebagai sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Secara simultan, tidak ada pengaruh yang signifikan dari metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, nilai persediaan menunjukkan pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan, metode arus biaya persediaan dan profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Somara (2011) memperoleh hasil penelitiannya yang menyebutkan bahwa pengaruh signifikan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan adalah. Meneliti tentang pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin terhadap nilai perusahaan, dengan sampel seluruh perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2009-2011. Metode pengambilan sampel dilakukan berdasarkan tehnik Purposive sampling dengan pertimbangan (judgement sampling. Jumlah 11 perusahaan berdasarkan kriteria-kriteria purposive sampling. Secara simultan, tidak ada pengaruh yang signifikan dari metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, nilai persediaan menunjukkan pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan metode arus biaya persediaan dan profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.


(43)

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu No Nama

Penelitian

Judul Penelitian Variabel penelitian

Hasil Penelitian 1. Daljono dan

Puspitaningt yas (2005) Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan dan Profit Margin terhadap Market Value Perusahaan

Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Variabel independen adalah metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin. Variabel dependen adalah market value

Secara simultan Metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin

berpengaruh signifikan terhadap market value. Secara parsial metode arus biaya

persediaan dan Profit margin tidak

berpengaruh signifikan terhadap market value. Nilai persediaan

berpengaruh signifikan positif terhadap market value. 2. Purwanto (2007) Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan dan Gros Profit Margin Terhadap Market Value

Perusahaan(Studi Empiris : Perusahaan Aneka Industri Di

Variabel independen adalah metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan gross profit margin.

Secara simultan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan gross profit margin tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap market value perusahaan.

Secara parsial metode arus biaya persediaan dan


(44)

Variabel dependen adalah market value. berpengaruh secara signifikan tehadap market value. Nilai persediaan

memiliki pengaruh yang signifikan tehadap market value.

(Lanjutan)

Ringkasan Penelitian Terdahulu 3 . Situmorang (2011) Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan dan Profit Margin Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Variabel independen adalah metode arus biaya persediaan, nilai

persediaan dan profit margin. Variabel dependen adalah nilai perusahaan.

Secara simultan, tidak ada pengaruh yang signifikan dari metode arus biaya

persediaan, nilai persediaan, dan profit margin terhadap nilai perusahaan.

Secara parsial, nilai persediaan menunjukkan pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Sedangkan, metode arus biaya persediaan dan profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 4 . Somara (2013) Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan dan Profit Margin Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Barang Variabel independen adalah metode arus biaya persediaan, nilai

persediaan dan profit margin.

Secara simultan, tidak ada pengaruh yang signifikan dari metode arus biaya

persediaan, nilai persediaan, dan profit margin terhadap nilai perusahaan.


(45)

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

dependen adalah nilai perusahaan

persediaan dan profit margin menunjukkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Sedangkan, metode arus biaya persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitan 2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini tertera seperti gambar 2.3 berikut :

H1 (+)

H2 (+)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan selain untuk mengetahui pengaruh pengungkapan lingkungan terhadap nilai perusahaan, juga untuk menguji apakah profitabilitas sebagai variabel moderasi dapat memperkuat hubungan antara nilai persediaan dengan nilai perusahaan pada saat profitabilitas perusahaan tinggi. Berdasarkan uraian teori yang telah dikemukakan sebelumnya Nilai Perusahaan

(Y) Nilai Persediaan

(X1)

Profitabilitas (X2)


(46)

dan tinjauan penelitian terdahulu, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui satu kerangka konseptual tersebut.

Profitabilitas dalam penelitian ini diduga sebagai variabel moderasi yang memperkuat hubungan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan. Pada saat profitabilitas tinggi maka hubungan antara nilai persediaan pada nilai perusahaan semakin kuat. Profitabilitas dipilih sebagai variabel moderasi karena profitabilitas (kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba) merupakan indikator yang paling mudah dan cepat untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Investor dan kreditor menggunakan laba untuk mengukur prediksi laba dimasa yang akan datang dan kinerja manajemen. Sehingga calon investor dan kreditor dapat dengan mudah melihat kondisi perusahaan dari laba yang dihasilkan perusahaan. Penanaman modal khususnya dalam penelitian ini adalah investor, akan tertarik apabila perusahaan memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba karena investor melakukan investasi diperusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Investor tidak akan tertarik melakukan investasi di perusahaan apabila mereka tidak mendapatkan keuntungan meskipun kinerja dan menajemen persediaaan tepat. Dengan adanya profitabilitas yang tinggi, maka investor akan tertarik menenamkan modalnya dalam bentuk pembelian saham. Permintaan saham yang tinggi akan menaikkan harga saham yang berarti juga naiknya nilai perusahaan.

2.3.2 Hipotesis Penelitian


(47)

Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen persediaan mencakup seluruh kegiatan merencanakan, mengkordinasikan, menyimpan dan memelihara persediaan sebelum sampai ke tangan pihak lain (distributor/agen atau konsumen) atau jika dilihat dalam neraca perusahaan berada dalam posisi aktiva sub “persediaan” sebelum berubah menjadi piutang dagang atau kas (Sitanggang, 2012). Tersedianya persediaan pada waktu jumlah, jenis, dan kualitas yang sesuai akan berdampak pada kegiatan produksi atau kegiatan penjualan. Jika manajemen persediaan tidak akurat dibentuk, maka efek negatifnya berdampak pada keberlangsungan aktivitas perusahaan karena penyediaan persediaan yang terlalu besar akan mengarah pada kenaikan biaya dan pengurangan arus kas dan pada bagian lainnya akan menurukan penjualan perusahaan (Burja dan Burja, 2010). Sebaliknya jumlah persediaan yang terlalu kecil karena pemesanan dalam jumlah yang kecil, meskipun dapat mengurangi biaya penyimpanan, tetapi akan berdampak pada penambahan biaya pemesanan, tidak terpenuhinya permintaan konsumen atau terganggunya proses lanjut produksi (Sitanggang, 2012). Perusahaan yang membuat kebijakan persediaan level minimum dapat membuat operasional perusahaan berjalan lancar, dengan ketentuan, hal tersebut jangan sampai mengganggu ketepatan waktu penerimaan bahan (Heinaman, 1955).

Berdasarkan penjelasan diatas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:


(48)

2.3.2.2 Pengaruh Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi dalam Hubungan antara Nilai Persediaan dengan Nilai Perusahaan. Rasio profitabilitas adalah rasio kemampuan memperoleh laba perusahaan tergantung dari laba dan modal mana yang diperhitungkan (Sitanggang, 2012). ROA menunujukan kinerja perusahaan dan dapat sebagai acuan dari para pihak eksternal yaitu investor berupa sinyal untuk arus kas masa depan perusahaan, karena ROA diperoleh dari net profit after tax, yang dapat menjadi dasar dari kalkulasi arus kas bersih (Alghifari, et al, 2013). Profitabilitas diduga memiliki pengaruh sebagai variabel moderasi (dapat memperkuat) hubungan antara nilai persediaan dengan nilai perusahaan. Nilai persediaan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan apabila profitabilitas perusahaan tinggi (perusahaan mampu menghasilkan keuntungan). Dengan kata lain, nilai perusahaan tidak akan mengalami peningkatan apabila profitabilitas rendah (perusahaan tidak dapat menghasilkan keuntungan) meskipun nilai persediaan yang dilakukan oleh perusahaan baik.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Hubungan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan semakin

kuat pada saat pofitabilitas tinggi.  

   


(49)

               


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kausal. Desain kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi) (Sugiyono, 2011:30)

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:72). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI yang terdiri dari 10 perusahaan.

Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik Purposive Sampling. Pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgement) tertentu atau jatah (quota) tertentu (Jogiyanto, 2004:79). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut :

1. Perusahaan sampel listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013

2. Perusahaan sampel memiliki data-data yang lengkap terkait dengan semua dari variabel yang diteliti.


(51)

3. Perusahaan tersebut tidak keluar (delisting) dari BEI selama tahun 2009-2013

4. Perusahaan memeroleh laba selama masa periode 2009-2013. Peneliti memilih perusahaan yang memperoleh laba selama periode pengamatan karena pada penelitian ini, variabel moderasi yang digunakan adalah profitabilitas, oleh karena itu peneliti menggunakan objek penelitian yang selama periode pengamatan memperoleh laba.

Tabel 3.1

Pemilihan Sampel Penelitian

NO Kode

Perusahaan Populasi

Kriteria Sampel Sampel

1 2 3 4

1 DVLA 1 √ √ √ √ √

2 INAF 2 √ √ √ − −

3 KAEF 3 √ √ √ √ √

4 KLBF 4 √ √ √ √ √

5 MERK 5 √ √ √ √ √

6 PYFA 6 √ √ √ √ √

7 SCPI 7 − √ − − −

8 SIDO 8 − √ − − −

9 SQBB 9 √ √ √ √ √

10 TSPC 10 √ √ √ √ √

Jumlah 10 7

Sumber: Hasil Pemilihan Sampel Penulis

Berdasarkan karateristik penarikan sampel di atas, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 7 perusahaan dan diamati selama periode 5 tahun yang termasuk sebagai data pooling.

3.3 Jenis Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan merupakan data sekunder yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari


(52)

perusahaan. Penelitian ini menggunakan jenis data panel, yakni gabungan antara data runtut waktu (time series) dan data silang (cross section). Data sekunder diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan yang rutin diterbitkan setiap tahun oleh pihak-pihak yang berkompeten yang terdapat di dalam www.idx.co.id.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data eksternal. Pengumpulan data dilakukan dengan mendownload dari www.idx.co.id untuk memperoleh data mengenai laporan keuangan yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau memberikan variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang diperlukan peneliti untuk mengukur. Dilihat dari sudut pandang hubungannya variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen, variabel moderasi, dan variabel dependen.

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono,2011:3). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nilai persediaan. Investasi dalam persediaan biasanya merupakan aktiva lancar paling besar dari perusahaan dagang dan manufaktur (kieso et al, 2008). Jumlah yang sangat material apabila perusahaan keliru dalam penilaiannya. Persediaan membutuhkan


(53)

prinsip kehati-hatian dalam penilaiannya. Persediaan adalah aktiva lancar yang sangat erat kaitannya dengan penjualan perusahaan.

Nilai Persediaan = Ln Nilai persediaan akhir

2. Variabel Moderasi

Profitabilitas merupakan variabel moderating dalam penelitian ini, disimbolkan dengan (X ). Profitabilitas adalah Return on Assets (ROA) yang didapatkan dari laporan keuangan tahunan perusahaan farmasi, selama periode penelitian. ROA menunjukkan perbandingan net profit after tax dan total assets perusahaan (Alghifari, et al, 2013)

Rumus profitabilitas :

3. Variabel dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011:3). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nilai perusahaan. Nilai perusahaan disimbolkan dengan (Y). Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh James Tobin (1967). Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Jika rasio Q di atas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi


(54)

baru. Jika rasio Q di bawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik. Rasio Q merupakan ukuran yang lebih teliti tentang seberapa efektif manajemen memanfaatkan sumber-sumber daya ekonomi dalam kekuasaannya (Kusumadilaga, 2010). Teori ekonomi mengatakan bahwa rasio Q yang lebih besar dari satu akan menarik arus sumber daya dan kompetisi baru sampai rasio Q mendekati satu. Variabel ini diberi simbol Q. Variabel ini telah digunakan oleh Gunawan dan Utami (2008), Kusumadilaga (2010), dan Octavia (2012). Penghitungan menggunakan rumus :

3.6 Metode Analisis

3.6.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui tingkat Nilai persediaan, nilai perusahaan, dan profitabilitas pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai minimum, nilai maximum, mean, dan standar deviasi.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa di dalam model regresi yang digunakan tidak terdapat multikolonieritas dan heteroskedastisitas serta untuk


(55)

3.6.2.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan f mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan :

a. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesi :

H : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

3.6.2.2 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah didalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t


(56)

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Pendeteksian ada atau tidaknya autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Uji durbin-watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya (Ghozali, 2013). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Pengujian autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson (DW-test).Pengambilan keputusan mengenai ada tidaknya autokorelasi yaitu :

1) DW < -2 berarti ada autokorelasi positif 2) -2 > DW <2 berarti tidak ada autokorelasi 3) DW > +2 berarti ada autokorelasi negatif

3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedasitisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskesdatisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat


(57)

grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di – studentized. Dasar analisis : a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.7 Analisis Regresi

Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan alat analisis statistik yakni :

1. Analisis regresi linear sederhana (simple regression analysis). Y = α + βX + e

2. Analisis Uji nilai selisih mutlak.

Y = α + βX + β X + β │ X ─ X │ + e Keterangan :

Y= Nilai Perusahaan

α =Konstanta

β - β =Koefisien Regresi X =Nilai Perusahaan X = Profitabilitas


(58)

X─ X = merupakan interaksi yang diukur dengan nilai absolut perbedaan antara X1 dan X2

Profitabilitas

E=Error Term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian

Uji nilai selisih mutlak Menurut Frucot dan Shearon (1991) dalam Ghozali (2013) uji nilai selisih mutlak lebih disukai oleh karena ekspektasi sebelumnya berhubungan dengan kombinasi antara X1 dan X2 dan berpengaruh terhadap Y. Jika skor tinggi untuk nilai persediaan berasosiasi dengan skor rendah dari profitabilitas, maka akan terjadi perbedaan nilai absolut yang besar Hal ini juga berlaku bagi skor rendah dari nilai persediaan berasosiasi dengan skor tinggi dari nilai profitabilitas. Kedua kombinasi ini diharapkan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang meningkat.

3.8 Uji Hipotesis

3.8.1 Uji R² atau Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi () pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu.Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel


(59)

relatif rendah karena ada variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali,2013).

3.8.2 Uji-t

Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dasar pengambilan keputusannya adalah :

1. Jika t-hitung < t-tabel, maka variabel independen secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (hipotesis ditolak).

2. Jika t-hitung > t-tabel, maka variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen (hipotesis diterima). Uji t dapat juga dilakukan dengan melihat nilai signifikansi t masingmasing variabel pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan significance level 0,05 (α = 5%). Jika nilai signifikansi lebih besar dari α maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan), yang berarti secara individual variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari α maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan), berarti secara individual variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

     


(1)

Bursa Efek Indonesia). Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.

Setijawan, Imam. (2011). “Pengaruh Asset Tidak Berwujud terhadap Nilai

Perusahaan”. Jurnal Fakultas Ekonomi Akuntansi Universitas Islam Sultan

Agung Semarang. Vol. 13, No. 2, hal. 139-154.

 

Situmorang, Rahayu. (2011). “Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya

Persediaan, Nilai Persediaan dan

Profit Margin

Terhadap Nilai Perusahaan

Pada

Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia”.

Skripsi

. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

.

Somara, Galuh. (2013). “Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya

Persediaan, Nilai Persediaan dan

Profit Margin

Terhadap Nilai Perusahaan

Pada

Perusahaan Barang Kosumsi yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia”.

Skripsi

. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Sugiyono, 2011.

Statistika untuk Penelitian

, Edisi Ketiga, ALFABETA, Bandung.

Sundjaja, Ridwan S. dan Inge Barlian, 2002.

Manajemen Keuangan

, Edisi Ketiga,

Salemba Empat, Jakarta.

Thiono, Handri. (2006). “ Perbandingan Keakuratan Model Arus Kas Metoda

Langsung dan Tidak Langsung dalam Memprediksi Arus Kas dan Deviden

Masa Depan”.

Makalah Disampaikan dalam

Simposium Nasional

Akuntansi IX

. Padang, 23 – 26 Agustus.

Yuliana, Rita., Purnomosidini, Bambang., Sukoharsono, Eko Ganis. (2008).

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate

Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya Terhadap Reaksi Investor.

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia.

Vol. 5, No. 2.

http://www.sahamok.com

diakses pada tanggal 29 November 2014

http://www.idx.com

diakses pada tanggal 30 November 2014


(2)

Hasil Output Pengolahan Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

NPS 35 23,78 28,75 25,9982 1,52301

ROA 35 ,0354 ,4116 ,168546 ,1099832

Q 35 ,53 6,34 2,5976 1,83337

Valid N (listwise) 35

Untuk Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 35

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 1,39683153 Most Extreme Differences Absolute ,107

Positive ,107

Negative -,070

Kolmogorov-Smirnov Z ,630

Asymp. Sig. (2-tailed) ,822

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Untuk Uji Autokorelasi

Durbin-Watson

Model Summaryb Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

dimens ion0

1 ,648a ,420 ,383 1,43982 1,517

a. Predictors: (Constant), ROA, N_Ps b. Dependent Variable: TobinsQ


(3)

Uji Korelasi

Correlations

Q NPS ROA

Q Pearson Correlation 1 ,548** ,236

Sig. (1-tailed) ,000 ,086

N 35 35 35

NPS Pearson Correlation ,548** 1 -,187

Sig. (1-tailed) ,000 ,141

N 35 35 35

ROA Pearson Correlation ,236 -,187 1 Sig. (1-tailed) ,086 ,141

N 35 35 35

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Hasil Output Pengolahan Statistik Persamaan 1

Goodness Of Fit

Model Summary Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

ion0 1 ,548

a ,301 ,279 1,55629

a. Predictors: (Constant), NPS

Coefficientsa Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -17,604 4,386 -4,014 ,000

NPS ,739 ,165 ,614 4,478 ,000

ROA 5,852 2,286 ,351 2,560 ,015


(4)

Hasil Output Pengolahan Statistik Persamaan 2

Goodness Of Fit

Model Summary Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

dision0 1 ,853

a

,727 ,701 1,00305

a. Predictors: (Constant), AbsRes_x1x2, Zscore(NPS), Zscore(ROA)

Analisis Regaresi untuk

Selisih Nilai Mutlak

Coefficientsa Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 4,725 ,398 11,876 ,000

Zscore(NPS) 1,359 ,180 ,742 7,573 ,000

Zscore(ROA) 1,906 ,276 1,040 6,901 ,000

AbsRes_x1x2 -1,745 ,295 -,875 -5,911 ,000

a. Dependent Variable: Q

 

 

 

 

 

 

 

 


(5)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

      

Lampiran 2

 

 

KODE

T. Aset*

Persediaan

Akhir*

Laba

Setelah

Pajak*

Jumlah

Saham*

Harga

Saham

Total

Hutang*

Nilai

Persedia

an

(X1)

ROA

(M)

Tobin's

Q

(Y)

DVLA

783.613 118.738 72.272 1.120 1.530 228.692 11,685 0,092 2,479

KAEF

1.565.831 437.406 62.507 5.554 127 570.516 12,989 0,040 0,815

KLBF

6.482.447 1.561.382 929.004 10.156 1.300 1.691.512 14,261 0,143 2,298

MERK

433.971 79.843 146.700 22 80.000 79.787 11,288 0,338 4,313

PYFA

99.937 24.071 3.773 535 110 26.911 10,089 0,038 0,858

SQBB

318.934 32.037 131.259 1 136.800 55.485 10,375 0,412 0,624

TSPC

3.263.103 585.060 360.924 4.500 730 819.647 13,279 0,111 1,258

DVLA

854.110 97.323 110.881 1.120 1.170 213.508 11,486 0,130 1,784

KAEF

1.657.292 386.654 138.716 5.554 159 543.257 12,865 0,084 0,861

KLBF

7.032.497 1.550.829 1.343.799 10.156 3.250 1.260.361 14,254 0,191 4,873

MERK

434.768 125.252 118.794 22 96.500 71.751 11,738 0,273 5,137

PYFA

100.587 21.334 4.199 535 127 100.587 9,968 0,042 1,676

SQBB

320.023 22.963 92.643 1 138.000 50.972 10,042 0,289 0,612

TSPC

3.589.596 595.461 494.761 4.500 1.710 944.863 13,297 0,138 2,407

DVLA

928.291 118.444 120.915 1.120 1.150 200.374 11,682 0,130 1,603

KAEF

1.794.242 456.069 171.763 5.554 340 541.737 13,030 0,096 1,354

KLBF

8.274.554 1.705.189 1.522.957 10.156 3.400 1.758.619 14,349 0,184 4,386

MERK

584.389 123.559 231.159 22 132.500 90.207 11,724 0,396 5,233

PYFA

118.034 29.523 5.172 535 175 35.636 10,293 0,044 1,095

SQBB

361.756 27.905 120.059 1 127.500 59.256 10,237 0,332 0,534

TSPC

4.250.374 726.343 586.362 4.500 2.550 1.204.439 13,496 0,138 2,983

DVLA

1.074.691 1.32.823 148.909 1.120 1.690 233.145 11,797 0,139 1,978

KAEF

2.076.348 530.417 205.764 5.554 740 634.814 13,181 0,099 2,285

KLBF

9.417.957 2.115.484 1.775.099 50.780 1.060 2046.314 14,565 0,188 5,933

MERK

569.431 237.577 107.808 22 152.000 152.689 12,378 0,189 6,247

PYFA

135.850 25.047 5.308 535 176 48.144 10,129 0,039 1,048

SQBB

397.144 35.331 135.249 1 238.000 71.785 10,473 0,341 0,810

TSPC

4.632.985 764.579 635.176 4.500 3.675 1.279.829 13,547 0,137 3,846

DVLA

1.190.054 206.682 125.796 1.120 2.200 275.351 12,239 0,106 2,302

KAEF

2.471.940 640.909 215.642 5.554 1.030 847.585 13,371 0,087 2,657

KLBF

11.315.061 3.053.495 1.970.452 46.875 1.250 2.815.103 14,932 0,174 5,427

MERK

696.946 249.319 175.445 22 189.000 184.728 12,426 0,252 6,340

PYFA

175.119 35.867 6.196 535 138 81.218 10,488 0,035 0,885

SQBB

421.188 41.238 149.521 1 325.000 74.136 10,627 0,355 0,986


(6)

Lampiran 3

Jadwal Penelitian

Tahapan Penelitian

Okt' 14

Nov' 14

Des' 14

Jan' 15

Feb' 15

Mar' 15

Pengajuan Judul

Bimbingan Skripsi dan

Penyelesaian Proposal

Seminar Proposal

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Bimbingan Skripsi

Penyampaian Hasil Penelitian


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi : Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2013

0 78 98

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI)

1 47 22

PENGARUH CSR TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating (Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEI Peri

0 2 13

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi : Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2013

0 0 10

Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Dengan Leverage dan Perputaran Persediaan Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi yang Terdaftar Di BEI Tahun 2011-2013

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis - Analisis Pengaruh Nilai Persediaan Terhadap Value of Firm dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi; Studi Empiris pada Perusahaan Farmasi Terdaftar di BEI

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Nilai Persediaan Terhadap Value of Firm dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi; Studi Empiris pada Perusahaan Farmasi Terdaftar di BEI

1 0 9

Analisis Pengaruh Nilai Persediaan Terhadap Value of Firm dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi; Studi Empiris pada Perusahaan Farmasi Terdaftar di BEI

0 2 12

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN PROFITABILITAS TERHADAP FIRM VALUE DENGAN GROWTH OPPORTUNITY SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN

0 0 16

DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar Di BEI Periode 2013-2015)

0 0 15