Manfaat Penelitian Tinjauan Penelitian Terdahulu

9

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan, antara lain: 1. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah, memperluas wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya mengenai nilai persediaan, profitabilitas, dan nilai perusahaan. 2. Bagi calon peneliti lainnya, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan sebagai bahan referensi dan bahan masukan untuk para akademisi dan penelitian bagi pengembangan dan pengkajian konsep hubungan antara nilai persediaan dan nilai perusahaan. 3. Bagi emiten, ini diharapkan dapat memberikan arti penting bagi perusahaan agar lebih mempertimbangkan penyediaan nilai persediaan yang nantinya akan memengaruhi naik turunnya laba perusahaan. Perusahaan yang memiliki nilai persediaan tinggi bisa saja lebih banyak menggunakan biaya untuk pengendalian internal persediaan tersebut, namun apabila ada pergerakan permintaan yang tiba-tiba diluar dari jadwal perusahaan maka perusahaan tersebut akan lebih cepat merespon permintaan. 4. Bagi investor, dapat dijadikan sebagai sumber informasi pertimbangan investasi pada persediaan yang memiliki kelemahan dan kelebihan dalam berjalannya operasional bisnis. Diharapkan investor juga mengetahui dampak langsung bahwa nilai persediaan menjadi pengaruh penting terhadap penaksiran nilai perusahaan. Universitas Sumatera Utara 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

Terdapat beberapa teori yang dapat menginterpretasikan hubungan antara nilai persediaan dengan nilai perusahaan.

2.1.1 Teori Keagenan Agency Theory

Tahun 1976 Jensen dan Meckling dalam penelitiannya yang berjudul Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure menyebutkan hubungan Keagenan sebagai berikut: “... agency relationship as a contract under which one or more persons the principals engage another person the agent to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”. Hubungan agen terjadi ketika satu individu atau lebih sebagai pemilik principal yang memberikan delegasi otoritas kepada individu lain agent untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan kesejahteraan principal Jensen dan Meckling, 1976. Ketika pemilik perusahaan menunjuk manajer orang yang digaji oleh pemilik perusahaan sebagai pengelola perusahaan maka saat itu pula tindakan – tindakan manajemen bisa saja mengarah untuk kepentingannya sendiri. Manajer mungkin lebih tertarik untuk memaksimalkan kekayaan mereka sendiri daripada kekayaan pemegang sahamnya sehingga mereka mendapat gaji lebih Brigham dan Houston, 2012. Para pemilik perusahaan dapat saja mencegah konflik tersebut dengan memonitor semua tindakan yang dilakukan oleh Universitas Sumatera Utara 11 manajemen. Namun hal itu sangat sulit dilakukan oleh pemilik perusahaan sehingga dibutuhkan biaya agency cost untuk memaksa manajer agar mau melakukan tindakan sesuai dengan kepentingan pemegang saham Lubis dan Putra, 2012. Ada 3 kategori dari agency cost antara lain Lubis dan Putra, 2012 : 1. Biaya auditor untuk memonitor tindakan manajer. 2. Biaya untuk menggaji manajer dari luar sehubungan dengan biaya struktur organisasi. 3. Opportunity Cost, misalnya merupakan persyaratan agar pemegang saham terpaksa memilih isu tertentu, yang merupakan batasan dari manajer untuk mengambil tindakan yang ada hubungannya dengan harta pemegang saham. Salah satu dana perusahaan diperoleh dari investasi modal para pemegang saham dan sudah sewajarnya para pemegang saham menginginkan pengembalian setara dengan dana yang ditanamkannya. Pengambilan keputusan manajer untuk dana yang diinvestasikan pada persediaan bisa menjadi jalan lintas para manajer untuk mencapai keinginan-keinginan bersifat pribadi. Kebijakan perusahaan yang memberikan intensif atau bonus kepada manajer berdasarkan persentasi dari jumlah laba dapat menjadikan seorang manejer berkeinginan untuk meningkatkan laba perusahaan. Berbagai cara dapat dilaksanakan seperti pengefisiensian biaya serta peningkatan volume penjualan melalui diferensiasi produk. Namun, apabila adanya ketidaksesuaian dari apa yang diharapkan manajer, hal ini dapat menjadikan manajer mencari cara yang tidak sesuai dari pendelegasian pemilik perusahaan yaitu mengatur jumlah nilai akhir persediaan. Apabila nilai persediaan suatu perusahaan disajikan overstatment maka laba perusahaan juga akan tersaji Universitas Sumatera Utara 12 overstatment. Dalam hal ini, telah terjadi gap antara pemilik perusahaan sebagai principal dengan manajer perusahaan selaku agency.

2.1.2 Teori Informasi Tidak Simetris Asymmetric Information

Awal dekade 1960-an profesor Harvard University, Gordon Donaldson mengajukan sebuah teori tentang informasi yang tidak simetris atau disebut sebagai asymmetric information. Teori informasi tidak simetris adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain Atmaja, 1994. Dalam kaitannya terhadap informasi pada manajemen perusahaan yang mengetahui lebih banyak tentang kondisi kemampuan perusahaan dibandingkan dengan para investor di pasar modal. Pengertian lain tentang informasi tidak simetris adalah yang dikemukakan oleh Boujelbene dan Besbes 2012 yaitu informasi tidak simetris merupakan suatu kejadian atau kasus di mana kelompok tertentu menyimpan informasi dan mereka tidak mengirimkan ke kelompok lain. Penyajian nilai persediaan tidak luput hubungannya dari teori informasi tidak simetris. Sebagaimana terjadi pada nilai persediaan di suatu perusahaan, pihak manajemen akan lebih memiliki informasi yang kompleks dan prediktif hubungannya dengan mengatur persediaan perusahaan jika dibandingkan dengan pihak investor. Sartono 1997 mengatakan bahwa manajer keuangan sangat berkepentingan dengan persediaan sebagai bagian dari siklus aliran kas secara keseluruhan. Apabila perusahaan dapat memeroleh kepercayaan dari investor dalam penyajian nilai persediaan maka hal ini aka menurunkan risiko kesalahan Universitas Sumatera Utara 13 investor dalam memerediksi laporan keuangan investee. Hal ini sangat penting karena jumlah investasi dalam persediaan biasanya merupakan aset lancar paling besar dari perusahaan manufaktur dan ritel Kieso et al, 2008. Informasi tidak simetris dapat menjadi kendala potensial untuk mengungkapkan nilai modal sebenarnya dalam perusahaan dan diatasi sesegera mungkin agar pihak luar yang berkeinginan berinvestasi mengetahui kondisi perusahaan investee. Informasi asimetris merupakan faktor potensial yang membuat penyajian modal perusahaan terlihat bias di pasar keuangan domestik dan internasional Bellalah dan Aboura, 2006. Manfaat lainnya dari tidak adanya ditemukan Asymmetric Information pada investee adalah investor juga mampu menyerap tujuan sebenarnya dari perusahaan investee.

2.1.3 Teori Sinyal Signaling Theory

Informasi yang diketahui oleh pihak manajemen perusahaan selalu lebih baik dari pihak eksternal. Informasi keuangan yang disampaikan perusahaan bertujuan untuk mengurangi information asymmetry antara perusahaan dengan pihak eksternal perusahaan Wolk, 2001 dalam Thiono, 2006. Adanya information asymmetry ini menjadikan pihak manajemen perusahaan mengeluarkan sinyal-sinyal terhadap para investor tentang pencapaian manajemen selama ini dalam memenuhi kesejahteraan pemegang sahamnya melalui laporan keuangan. Informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan Ilat dan kalalo, 2011. Universitas Sumatera Utara 14 Menurut Saerang dan Pontoh 2011 perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar. Penyajian laporan keuangan yang dapat dipercaya dapat menurunkan kekhawatiran investor mengenai prospek perusahaan dimasa akan datang. Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain Pengungkapan yang dilakukan oleh suatu perusahaan terhadap nilai persediaannya bisa memberikan sinyal baik bagi investor. Jumlah nilai persediaan yang sesuai akan mendukung validitas suatu penjualan pada tahun berjalan perusahaan. Secara rasional investor akan memperhitungkan apabila nilai persediaan yang melimpah namun perusahaan tetap mampu melakukan peningkatan penjualan yang tajam bisa memberikan sinyal buruk kepada investor tentang adanya penyelewengan tersembunyi dalam persediaan. Informasi- informasi yang diungkapkan perusahaan melalui laporan keuangannya sangat memengaruhi daya tarik pihak eksternal. Berdasarkan signaling theory, sinyal positif yang ditangkap oleh investor tersebut bisa meningkatkan nilai perusahaan Setijawan, 2011. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal adalah untuk meningkatan nilai perusahaan dan menunjukkan bahwa perusahaan Universitas Sumatera Utara 15 mempunyai nilai lebihkeunggulan kompetitif dari perusahaan lain Purwanto, 2012. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pihak eksternal sebagai pengguna laporan keuangan.

2.1.4 Teori Stakeholder Stakeholder Theory

Stakeholder Theory yang mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholders. Yuliana et al, 2008. Berjalannya suatu perusahaan tidak hanya bertujuan untuk kepentingan sendiri, namun harus memberikan manfaat bagi para stakeholder. Hubungan perusahaan terhadap para stakeholder yang baik merupakan target utama manajemen yang harus dicapai. Menurut Clarkson 1994 dalam Octavia 2012 mendefinisikan stakeholder menjadi stakeholder primer dan stakeholder sekunder. Stakeholder primer adalah pihak-pihak yang memiliki peranan sangat penting bagi organisasi sehingga apabila tidak ada partisipasi pihak tersebut, maka keberlanjutan organisasi tidak akan bertahan. Contoh dari stakeholder primer yaitu investor, pekerja, pelanggan, dan pemasok. Sedangkan stakeholder sekunder didefinisikan sebagai pihak yang memengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan, tetapi mereka tidak terlibat dalam transaksi dengan perusahaan dan tidak begitu berarti untuk kelangsungan hidup perusahaan. Contoh dari stakeholder sekunder yaitu pemerintah dan media massa. Manajer berperan penting untuk menjaga dukungan dari semua kelompok ini, menyelaraskan kepentingan mereka agar organisasi tempat di mana para pemangku kepentingan dapat dimaksimalkan dari waktu ke waktu Freeman dan Phillips, 2002. Universitas Sumatera Utara 16 Fokus utama dalam teori ini yaitu bagaimana perusahaan memonitor dan merespon kebutuhan para stakeholders-nya. Perusahaan juga harus memahami kelemahan dan kebaikan dari stakeholder agar menjadikan perusahaan tanggap dalam kendala-kendala yang ditemui dari stakeholdernya Yuliana, et al, 2008 Ketika entitas perusahaan menginginkan sejumlah persediaan untuk memenuhi kegiatan operasionalnya maka perusahaan akan membutuhkan partner yang bersedia mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan perusahaan yang bukan dari entitas perusahaan, yakni perusahaan pemasok. Apabila perusahaan memiliki hubungan yang tidak baik terhadap pemasok sebagai stakeholder maka penyediaan persediaan akan terlambat. Keterlambatan ini karena perusahaan membutuhkan waktu untuk pemecahan solusi berupa, pengalihan ke pemasok lain atau tetap memerbaiki hubungan terhadap pemasok yang saat ini. Kendala ini akan menjadikan operasional perusahaan terhambat sehingga akan memungkinkan pengiriman barang ke konsumen yang terlambat pula. Efek domino ini akan membuat hubungan perusahaan terhadap pelanggan stakeholder yang sebelumnya tidak bermasalah terhadap perusahaan, menjadi bermasalah, dikarenakan hubungan perusahaan terhadap pemasok stakholder yang buruk. Penurunan laba perusahaan akan dapat terjadi apabila perusahaan bermasalah dengan para stakeholdernya. Laba perusahaan yang turun dapat berakibat ekspektasi investor berkurang keyakinannya terhadap perusahaan sehingga nilai perusahaan juga akan mengalami penurunan melalui penurunan harga saham di pasar. Ide sentral dari kesuksesan organisasi tergantung pada seberapa baik perusahaan mengelola hubungan dengan kelompok-kelompok kunci Universitas Sumatera Utara 17 seperti pelanggan, pemasok, karyawan, pemodal, dan lain-lain yang dapat memengaruhi realisasi tujuan suatu perusahaan Freeman dan Phillips, 2002.

2.1.5 Nilai Persediaan

Investasi dalam persediaan biasanya merupakan aktiva lancar paling besar dari perusahaan dagang dan manufaktur kieso et al, 2008. Jumlah yang sangat material apabila perusahaan keliru dalam penilaiannya. Persediaan membutuhkan prinsip kehati-hatian dalam penilaiannya. Persediaan adalah aktiva lancar yang sangat erat kaitannya dengan penjualan perusahaan. Menurut Brigham 2006 seeperti halnya piutang usahan, tingkat persediaan pun sangat tergantung pada penjualan. Dengan demikian, sesuai dengan pendapat Brigham maka hubungan penjualan terhadap persediaan saling terkait. Terdapat berbagai pandangan mengenai istilah persediaan. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai persediaan adalah seperti kutipan berikut, Kieso, et al 2008 mengatakan bahwa “persediaan inventory adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual”. Warren, et al 2008 menyatakan bahwa persediaan adalah “barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu”. Universitas Sumatera Utara 18 Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa persediaan tersebut meliputi barang dagang, bahan baku, barang dalam proses danbarang jadi. Ada perbedaan dari jenis persediaan antara perusahaan dagang dengan perusahaan manufaktur jika dilihat dari persediaan yang digunakan. Di dalam perusahaan dagang hanya terdapat barang jadi saja dan tidak merubah wujud dari barang itu dan fungsinya, sedangkan di dalam perusahaan manufaktur meliputi bahan baku, bahan pembantu, barang dalam proses, dan barang jadi. Pada persediaan perusahaan manufaktur adanya ditemukan proses metamorphosis, yaitu perubahan bahan baku menjadi bahan dalam proses, lalu diproses lagi menjadi barang jadi yang siap dijual. Persediaan bahan pembantu sebagai persediaan untuk kelancaran proses produksi. Pendapat yang lebih terperinci disebutkan oleh Munandar 1996 bahwa persediaan adalah semua persediaan barang-barang yang dipergunakan untuk menjalankan usaha operasi perusahaan. Untuk perusahaan perdagangan yang usahanya membeli dan kemudian menjual barang-barang tanpa mengadakan perubahan-perubahan yang prinsipal terhadap barang-barang yang diperjualbelikan tersebut misalnya tanpa mengubah bentuk atau sifat barang-barang tersebut secara prinsipil, sehingga barang yang dibeli tetap sama dengan yang dijual, maka persediaan barang-barang untuk menjalankan usahanya berupa Inventory of merchendise persediaan barang dagang. Bagi perusahaan industri Manufacturing yang mengadakan perubahan- perubahan prinsipiil terhadap barang-barang yang dibeli proses produksi, sebelum nantinya dijual kembali, maka persediaan barang-barang untuk menjalankan hanya berupa : Universitas Sumatera Utara 19 1 Inventory of Direct Materials persediaan bahan baku Persediaan dari bahan-bahan yang langsung direct dikerjakan dalam proses produksi akhir sesudah selesai diproses dalam proses produksi. misalnya: kapas sebagai direct material dari perusahaan pemintalan benang; mori sebagai direct material dari perusahaan batik, dan sebagainya 2 Inventory of Indirect Material Persediaan Bahan Pembantu Persediaan dari bahan-bahan yang tidak langsung indirect dikerjakan dalam proses produksi, tetapi hanya bersifat membantu kelancaran jalannya proses produksi tersebut. Misalnya: bahan bakar, minyak pelumas dan sebagainya. 3 Inventory of Work in Process Persediaan Barang Dalam Proses Persediaan barang-barang yang belum selesai dikerjakan dalam proses produksi sehingga menjadi “barang jadi” yang siap untuk dijual. Sering pula dinamakan “Persediaan barang setengah jadi” 4 Inventory of Finished Goods Persediaan Barang Jadi Persediaan barang-barang yang sudah selesai dikerjakan dalam proses prouksi, dan siap untuk dijual. Sering pula dinamakan “Inventory of Final Goods”. Persediaaan perlu untuk dimanajemen untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi perusahaan. Manajemen persediaan mencakup seluruh kegiatan merencanakan, mengkordinasikan, menyimpan dan memelihara persediaan sebelum sampai ke tangan pihak lain distributoragen atau konsumen atau jika dilihat dalam neraca perusahaan berada dalam posisi aktiva sub “persediaan” sebelum berubah menjadi piutang dagang atau kas Sitanggang, 2012. Pengaturan persediaan didasari pada berbagai pendekatan dan teori, yakni hipotesis Ricardian Hipotesis Pajak dan Political cost.

2.1.5.1 Hipotesis Ricardian Hipotesis Pajak

Classical Ricardian menyatakan bahwa manejer bertujuan tunggal untuk memaksimalkan nilai perusahaan dengan meminimalkan biaya pajak serta tetap respek pada kendala hukum pajak dan kesempatan produksi investasi lee dan Hsieh dalam Mukhlasin, 2001. Hipotesis ini didasarkan Universitas Sumatera Utara 20 pada asumsi bahwa faktor yang paling memengaruhi perusahaan adalah peraturan perpajakan, dengan disajikannya nilai persediaan akhir yang sedikit membuat biaya pajak lebih kecil. Perubahan nilai persediaan diakibatkan dari pemilihan metode akuntansi persediaan karena metode yang berbeda akan menghasilkan pelaporan persediaan, laba dan harga pokok penjualan yang berbeda Mukhlasin, 2001. Apabila perusahaan menggunakan metode FIFO, maka perusahaan akan menghasilkan laba yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan metode rata-rata sehingga perusahaan tidak dapat melakukan penghematan pajak. Sebaliknya, apabila perusahaan menggunakan metode rata-rata, maka perusahaan akan menghasilkan laba yang lebih kecil dan dapat melakukan penghematan biaya pajak. Pertimbangan memilih metode akuntansi persediaan didasarakan pada alasan yang rasional bahwa manajer dituntut untuk dapat menghasilkan laba yang besar dan meningkatakan nilai perusahaan kieso, 2008. Lee dan Hsieh dalam Mukhlasin 2001 berkesimpulan bahwa nilai persediaan akhir dalam sebuah perusahaan tidak sama dan variatif sekali, variasi ini menggambarkan operasional perusahaan yang mencerminkan teknik persediaan dan akuntansi persediaan serta pergerakan persediaan itu sendiri.

2.1.5.2 Political cost

Bahwa semua orang sama, biaya politik yang lebih besar dihadapai oleh manajer lebih menyukai memilih prosedur metode akuntansi yang melaporkan earning berbeda dari periode sekarang dengan periode yang Universitas Sumatera Utara 21 akan datang Mukhlasin, 2001. Perbedaan jumlah akuntansi dari perbedaan metode akuntansi akan memicu tindakan politik. Dengan demikian dalam kaitannya dengan pemilihan metode akuntansi persediaan, manajemen akan memilih metode yang memberikan political cost yang rendah. Apabila Profitabilitas perusahaan tinggi maka akan menarik perhatian media dan konsumen sehingga political costnya menjadi besar. Political cost mengurangi dana perusahaan dalam hal investasi, namun dapat pula menjadi insentif bagi perusahaan karena memberikan sinyal bahwa perusahaan berkemampuan tinggi dan kemudian meningkatkan profiatbilitas perusahaan Bonfigliolo dan Gancia 2010.

1. Pengukuran Persediaan

Exopure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.14 Revisi Tahun 2008 tentang persediaan paragraf ke 8 menyatakan bahwa ED PSAK 14 par, IAI, 2009. “Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah.” Dalam PSAK No.14 Revisi tahun 2008 disebutkan pula bahwa ada beberapa biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh persediaan tersebut. Biaya tersebut meliputi biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Biaya Pembelian Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak, biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, Universitas Sumatera Utara 22 dan jasa. Diskon dagang, rabat dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian. Biaya Konversi Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi barang jadi. Biaya-biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk memasukkan overhead nonproduksi atau biaya perancangan produk untuk pelanggan tertentu sebagai biaya persediaan. Biaya Lain-lain Biaya yang terjadi hingga persediaan siap digunakan. Dalam situasi tertentu, biaya pinjaman akan diakui sebagai bagian dari harga pokok persediaan IAS 23 Metode biaya standar standard cost method atau metode eceran boleh digunakan untuk menaksir harga pokok persediaan. Standard mengijinkan untuk menggunakan first in first out FIFO.

2. Penilaian Persediaan

Roberts, et al 2005 menyebutkan bahwa key issues dari IAS 2 adalah penilaian persediaan merupakan aspek penting dalam menentukan sebuah laba bersih sebuah perusahaan. Standar menyatakan bahwa laba akan diakui pada saat terbentuknya earned yaitu pada saat persediaan dijual. Harga perolehan persediaan adalah semua biaya yang terjadi hingga persediaan tersebut siap dijual. IAS 2 berisi aturan untuk penilaian persediaan. 1. persediaan diukur dengan nilai terendah lower of antara nilai realisasi bersih net realizable value dan harga pokoknya. 2. harga pokok meliputi harga beli, biaya konversi, biaya kirim dan biaya- biaya lain-lain yang terjadi hingga persediaan siap dijual. 3. Harga pokok termasuk biaya yang dialokasikan secara sistematis dari biaya overhead tetap dan variabel yang didasarkan pada kapasitas normal dari fasilitas pabrik yang ada; biaya overhead biaya lain-lain yang terjadi hingga persediaan siap untuk digunakan. 4. Dalam situasi tertentu, biaya pinjaman akan diakui sebagai bagian dari harga pokok persediaan IAS 23. Universitas Sumatera Utara 23 5. Metode biaya standar standard cost method atau metode eceran boleh digunakan untuk menaksir harga pokok persediaan. 6. Standard mengijinkan untuk menggunakan first in first out FIFO

3. Pengakuan sebagai Beban

Exosure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.14 Revisi Tahun 2008 tentang persediaan paragraf ke 32 menyatakan bahwa ED PSAK 14 par, IAI, 2009 “Jika persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi neto dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi neto, harus diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut”.

2.1.6 Nilai Perusahaan

Dalam jangka panjang, tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan Gunawan dan Utami, 2008. Nilai perussahaan pada penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar. Semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemegang saham. Bagi perushaan yang menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan. Pengertian nilai perusahaan sendiri berbeda-beda dalam penilaiannya yaitu : Menurut Christiawan dan Tarigan 2007 definisi dari nilai perusahaan memiliki lebih dari satu konsep, yakni : 1. Nilai nominal Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif. Universitas Sumatera Utara 24 2. Nilai pasar Nilai pasar, dapat disebut juga kurs. Nilai ini diperoleh dari harga tawar- menawar pasar sehingga nilai pasar dapat diperoleh apabila perusahaan menjual saham kepublik. 3. Nilai intrinsik Konsep nilai intrinsik mengandung sifat yang lebih kaku dari lainnya karena mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekadar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari. 4. Nilai buku Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antara total aktiva dan total utang dengan jumlah saham yang beredar. 5. Nilai likuidasi Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Pengertian lainnya dari nilai perusahaan, apabila seorang investor yang ingin menanamkan modalnya pada suatu perusahaan maka ia akan membayar sebesar nilai perusahaan yang diperhitungkan olehnya. Penelitian Assih, et al 2005 mengungkapkan bahwa sewaktu investor ingin menanamkan uangnya kepada investee-nya yang sedang dalam keadaan IPO maka nilai perusahaan dihitung saat IPO dan pada akhir tahun terjadinya IPO. Berbeda pula apabila dilihat dari sudut pandang investee ketika ingin menentukan nilai perusahaan. Perusahaan yang berkeinginan melakukan penjualan saham perdana akan menentukan sendiri terlebih dahulu nilai perusahaannya baik melalui corporate Value Model atau Price Ratio Models agar harga saham per lembar yang dijual sesuai dengan kinerja perusahaan Mello, 2006 Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah satunya Tobin’s Q. Semakin besar nilai rasio Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan Universitas Sumatera Utara 25 memiliki prospek pertumbuhan yang baik dan memiliki intangible asset yang semakin besar. Hal ini terjadi karena semakin besar nilai pasar asset perusahaan, maka semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut. Perusahaan dengan nilai Tobin’s q yang tinggi biasanya memiliki brand image perusahaan yang sangat kuat, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Tobin’s q yang rendah umumnya berada pada industry yang sangat kompetitif atau industri yang mulai melemah. Secara umum Tobin’s Q hampir sama dengan market-to-book-ratio, namun menurut Sukamulja 2004, Tobin’s Q memiliki karakteristik yang berbeda antara lain: 1. Replacement Cost vs Book Value Tobin’s Q menggunakan estimated replacement cost sebagai denominator, sedangkan market-to-book-ratio menggunakan book value to total equity. Penggunaan replacement cost membuat nilai yang digunakan untuk menentukan Tobin’s Q memasukkan berbagai faktor, sehingga nilai yang digunakan mencerminkan nilai pasar dari asset yang sebenarnya di masa kini, salah satu factor tersebut misalnya inflasi. 2. Total Assets vs Total Equity Market-to-book-ratio hanya menggunakan factor ekuitas saham biasa dan saham preferen dalam pengukuran. Penggunaan factor ekuitas ini menunjukkan bahwa market-to-book-ratio hanya memperhatikan satu tipe investor saja, yaitu investor dalam bentuk saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Sedangkan Tobins’Q memberikan wawasan yang lebih luas terhadap investor. Perusahaan sebagai entitas ekonomi, tidak hanya mennggunakan ekuitas dalam mendanai kegiatan operasionalnya, namun juga dari sumber lain seperti hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

2.1.7 Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah rasio kemampuan memperoleh laba perusahaan tergantung dari laba dan modal mana yang diperhitungkan Sitanggang, 2012. Bermacam-macamnya tingkatan laba, seperti laba kotor, laba usaha, laba sebelum bunga dan pajak, laba kena pajak, dan laba bersih perusahaan, begitu juga dengan Universitas Sumatera Utara 26 modal, seperti modal usahaopersional seperti modal utang, modal sendiri, atau modal keseluruhan yang membuat rasio dengan laba dan modal harus disesuaikan dengan darimana laba dan untuk apa modal tersebut ditujukan. Menurut Shaw 2003 dalam Bukit 2012 laba yang tinggi memberikan indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga dapat mendorong investor untuk meningkatkan permintaan saham. Permintaan saham yang meningkat menyebabkan nilai perusahaan meningkat. Berdasarkan pembahasan diatas profitabilitas juga memengaruhi nilai perusahaan Bukit, 2012.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai hubungan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan. Daljono dan Puspitaningtyas 2005 melakukan pengujian untuk melihat pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan gros margin terhadap Market Value. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan perioda penelitian tahun 2001 sampai dengan tahun 2002, berjumlah 152 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metoda purposive sampling berjumlah 97 perusahaan. Teknik pengujian data adalah dengan menggunakan regresi linier sederhana untuk menguji secara parsial dan regresi linier berganda untuk menguji secara simultan, dengan tingkat signifikansi alpha 5. Hasil penelitian membuktikan bahwa Nilai persediaan berpengaruh signifikan positif terhadap market value. Secara parsial metode arus biaya persediaan dan Profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap market value. Universitas Sumatera Utara 27 Secara simultan membuktikan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin berpengaruh signifikan terhadap market value. Purwanto 2007 menguji pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan gross profit margin terhadap Market Value pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan perioda penelitian tahun 2007. Sampel dipilih dengan menggunakan metoda purposive sampling berjumlah 33 perusahaan. Teknik pengujian data adalah dengan menggunakan regresi linier sederhana untuk menguji secara parsial dan regresi linier berganda untuk menguji secara simultan, dengan tingkat signifikansi alpha 5. Secara simultan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan gross profit margin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap market value perusahaan. Secara parsial metode arus biaya persediaan dan gross profit margin tidak berpengaruh secara signifikan tehadap market value. Nilai persediaan memiliki pengaruh yang signifikan tehadap market value. Situmorang 2011 memperoleh hasil penelitiannya yang menyebutkan bahwa pengaruh signifikan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan adalah. Meneliti tentang pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin terhadap nilai perusahaan, dengan sampel seluruh perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI periode tahun 2007-2009. Metode pengambilan sampel dilakukan berdasarkan tehnik Purposive sampling dengan pertimbangan judgement sampling. Jumlah 14 perusahaan food and beverages di BEI hingga tahun 2005 adalah 14 emiten, berdasarkan kriteria- Universitas Sumatera Utara 28 kriteria purposive sampling, dari populasi tersebut didapatkan 109 emiten yang memenuhi syarat-syarat sebagai sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Secara simultan, tidak ada pengaruh yang signifikan dari metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, nilai persediaan menunjukkan pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan, metode arus biaya persediaan dan profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Somara 2011 memperoleh hasil penelitiannya yang menyebutkan bahwa pengaruh signifikan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan adalah. Meneliti tentang pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin terhadap nilai perusahaan, dengan sampel seluruh perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI periode tahun 2009-2011. Metode pengambilan sampel dilakukan berdasarkan tehnik Purposive sampling dengan pertimbangan judgement sampling. Jumlah 11 perusahaan berdasarkan kriteria-kriteria purposive sampling. Secara simultan, tidak ada pengaruh yang signifikan dari metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, nilai persediaan menunjukkan pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan metode arus biaya persediaan dan profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Universitas Sumatera Utara 29 Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No Nama Penelitian Judul Penelitian Variabel penelitian Hasil Penelitian 1. Daljono dan Puspitaningt yas 2005 Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan dan Profit Margin terhadap Market Value Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Variabel independen adalah metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin. Variabel dependen adalah market value Secara simultan Metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin berpengaruh signifikan terhadap market value. Secara parsial metode arus biaya persediaan dan Profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap market value. Nilai persediaan berpengaruh signifikan positif terhadap market value . 2. Purwanto 2007 Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan dan Gros Profit Margin Terhadap Market Value PerusahaanStudi Empiris : Perusahaan Aneka Industri Di Bursa Efek Indonesia Variabel independen adalah metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan gross profit margin. Secara simultan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan gross profit margin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap market value perusahaan. Secara parsial metode arus biaya persediaan dan gross profit margin tidak Universitas Sumatera Utara 30 Variabel dependen adalah market value . berpengaruh secara signifikan tehadap market value. Nilai persediaan memiliki pengaruh yang signifikan tehadap market value. Lanjutan Ringkasan Penelitian Terdahulu 3 . Situmorang 2011 Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan dan Profit Margin Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Food and Beverages yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel independen adalah metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin. Variabel dependen adalah nilai perusahaan. Secara simultan, tidak ada pengaruh yang signifikan dari metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, nilai persediaan menunjukkan pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan, metode arus biaya persediaan dan profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 4 . Somara 2013 Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan dan Profit Margin Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Barang Kosumsi yang Variabel independen adalah metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan profit margin. Variabel Secara simultan, tidak ada pengaruh yang signifikan dari metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, nilai Universitas Sumatera Utara 31 Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dependen adalah nilai perusahaan persediaan dan profit margin menunjukkan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan, metode arus biaya persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi : Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2013

0 78 98

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI)

1 47 22

PENGARUH CSR TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERATING Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating (Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEI Peri

0 2 13

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi : Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2013

0 0 10

Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Dengan Leverage dan Perputaran Persediaan Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi yang Terdaftar Di BEI Tahun 2011-2013

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis - Analisis Pengaruh Nilai Persediaan Terhadap Value of Firm dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi; Studi Empiris pada Perusahaan Farmasi Terdaftar di BEI

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Nilai Persediaan Terhadap Value of Firm dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi; Studi Empiris pada Perusahaan Farmasi Terdaftar di BEI

1 0 9

Analisis Pengaruh Nilai Persediaan Terhadap Value of Firm dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi; Studi Empiris pada Perusahaan Farmasi Terdaftar di BEI

0 2 12

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN PROFITABILITAS TERHADAP FIRM VALUE DENGAN GROWTH OPPORTUNITY SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN

0 0 16

DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar Di BEI Periode 2013-2015)

0 0 15