19
1 Inventory of Direct Materials persediaan bahan baku
Persediaan dari bahan-bahan yang langsung direct dikerjakan dalam proses produksi akhir sesudah selesai diproses dalam proses produksi.
misalnya: kapas sebagai direct material dari perusahaan pemintalan benang; mori sebagai direct material dari perusahaan batik, dan
sebagainya
2 Inventory of Indirect Material Persediaan Bahan Pembantu
Persediaan dari bahan-bahan yang tidak langsung indirect dikerjakan dalam proses produksi, tetapi hanya bersifat membantu kelancaran
jalannya proses produksi tersebut. Misalnya: bahan bakar, minyak pelumas dan sebagainya.
3 Inventory of Work in Process Persediaan Barang Dalam Proses
Persediaan barang-barang yang belum selesai dikerjakan dalam proses produksi sehingga menjadi “barang jadi” yang siap untuk dijual. Sering
pula dinamakan “Persediaan barang setengah jadi”
4 Inventory of Finished Goods Persediaan Barang Jadi
Persediaan barang-barang yang sudah selesai dikerjakan dalam proses prouksi, dan siap untuk dijual. Sering pula dinamakan “Inventory of Final
Goods”.
Persediaaan perlu untuk dimanajemen untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi perusahaan. Manajemen persediaan mencakup seluruh kegiatan
merencanakan, mengkordinasikan, menyimpan dan memelihara persediaan sebelum sampai ke tangan pihak lain distributoragen atau konsumen atau jika
dilihat dalam neraca perusahaan berada dalam posisi aktiva sub “persediaan” sebelum berubah menjadi piutang dagang atau kas Sitanggang, 2012.
Pengaturan persediaan didasari pada berbagai pendekatan dan teori, yakni hipotesis Ricardian Hipotesis Pajak dan Political cost.
2.1.5.1 Hipotesis Ricardian Hipotesis Pajak
Classical Ricardian menyatakan bahwa manejer bertujuan tunggal untuk memaksimalkan nilai perusahaan dengan meminimalkan biaya pajak
serta tetap respek pada kendala hukum pajak dan kesempatan produksi investasi lee dan Hsieh dalam Mukhlasin, 2001. Hipotesis ini didasarkan
Universitas Sumatera Utara
20
pada asumsi bahwa faktor yang paling memengaruhi perusahaan adalah peraturan perpajakan, dengan disajikannya nilai persediaan akhir yang
sedikit membuat biaya pajak lebih kecil. Perubahan nilai persediaan diakibatkan dari pemilihan metode akuntansi persediaan karena metode
yang berbeda akan menghasilkan pelaporan persediaan, laba dan harga pokok penjualan yang berbeda Mukhlasin, 2001. Apabila perusahaan
menggunakan metode FIFO, maka perusahaan akan menghasilkan laba yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan metode rata-rata sehingga
perusahaan tidak dapat melakukan penghematan pajak. Sebaliknya, apabila perusahaan menggunakan metode rata-rata, maka perusahaan akan
menghasilkan laba yang lebih kecil dan dapat melakukan penghematan biaya pajak.
Pertimbangan memilih metode akuntansi persediaan didasarakan pada alasan yang rasional bahwa manajer dituntut untuk dapat menghasilkan laba
yang besar dan meningkatakan nilai perusahaan kieso, 2008. Lee dan Hsieh dalam Mukhlasin 2001 berkesimpulan bahwa nilai persediaan akhir
dalam sebuah perusahaan tidak sama dan variatif sekali, variasi ini menggambarkan operasional perusahaan yang mencerminkan teknik
persediaan dan akuntansi persediaan serta pergerakan persediaan itu sendiri.
2.1.5.2 Political cost
Bahwa semua orang sama, biaya politik yang lebih besar dihadapai oleh manajer lebih menyukai memilih prosedur metode akuntansi yang
melaporkan earning berbeda dari periode sekarang dengan periode yang
Universitas Sumatera Utara
21
akan datang Mukhlasin, 2001. Perbedaan jumlah akuntansi dari perbedaan metode akuntansi akan memicu tindakan politik. Dengan demikian dalam
kaitannya dengan pemilihan metode akuntansi persediaan, manajemen akan memilih metode yang memberikan political cost yang rendah. Apabila
Profitabilitas perusahaan tinggi maka akan menarik perhatian media dan konsumen sehingga political costnya menjadi besar. Political cost
mengurangi dana perusahaan dalam hal investasi, namun dapat pula menjadi insentif bagi perusahaan karena memberikan sinyal bahwa perusahaan
berkemampuan tinggi dan kemudian meningkatkan profiatbilitas perusahaan Bonfigliolo dan Gancia 2010.
1. Pengukuran Persediaan
Exopure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.14 Revisi Tahun 2008 tentang persediaan paragraf ke 8 menyatakan bahwa ED PSAK 14 par,
IAI, 2009. “Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana
yang lebih rendah.” Dalam PSAK No.14 Revisi tahun 2008 disebutkan pula bahwa ada beberapa
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh persediaan tersebut. Biaya tersebut meliputi biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai
persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
Biaya Pembelian Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya
kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak, biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang
secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan,
Universitas Sumatera Utara
22
dan jasa. Diskon dagang, rabat dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.
Biaya Konversi Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait
dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel
yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi barang jadi. Biaya-biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut
timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk memasukkan overhead
nonproduksi atau biaya perancangan produk untuk pelanggan tertentu sebagai biaya persediaan.
Biaya Lain-lain
Biaya yang terjadi hingga persediaan siap digunakan. Dalam situasi tertentu, biaya pinjaman akan diakui sebagai bagian dari harga pokok
persediaan IAS 23 Metode biaya standar standard cost method atau metode eceran boleh digunakan untuk menaksir harga pokok persediaan.
Standard mengijinkan untuk menggunakan first in first out FIFO.
2. Penilaian Persediaan
Roberts, et al 2005 menyebutkan bahwa key issues dari IAS 2 adalah penilaian persediaan merupakan aspek penting dalam menentukan sebuah laba
bersih sebuah perusahaan. Standar menyatakan bahwa laba akan diakui pada saat terbentuknya earned yaitu pada saat persediaan dijual. Harga perolehan
persediaan adalah semua biaya yang terjadi hingga persediaan tersebut siap dijual. IAS 2 berisi aturan untuk penilaian persediaan.
1. persediaan diukur dengan nilai terendah lower of antara nilai realisasi
bersih net realizable value dan harga pokoknya. 2.
harga pokok meliputi harga beli, biaya konversi, biaya kirim dan biaya- biaya lain-lain yang terjadi hingga persediaan siap dijual.
3. Harga pokok termasuk biaya yang dialokasikan secara sistematis dari
biaya overhead tetap dan variabel yang didasarkan pada kapasitas normal dari fasilitas pabrik yang ada; biaya overhead biaya lain-lain yang terjadi
hingga persediaan siap untuk digunakan.
4. Dalam situasi tertentu, biaya pinjaman akan diakui sebagai bagian dari
harga pokok persediaan IAS 23.
Universitas Sumatera Utara
23
5. Metode biaya standar standard cost method atau metode eceran boleh
digunakan untuk menaksir harga pokok persediaan. 6.
Standard mengijinkan untuk menggunakan first in first out FIFO
3. Pengakuan sebagai Beban
Exosure Draft Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.14 Revisi Tahun 2008 tentang persediaan paragraf ke 32 menyatakan bahwa ED PSAK 14
par, IAI, 2009 “Jika persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui
sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi
neto dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan
kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi neto, harus diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban
persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut”.
2.1.6 Nilai Perusahaan
Dalam jangka panjang, tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan Gunawan dan Utami, 2008. Nilai perussahaan pada penelitian ini
didefinisikan sebagai nilai pasar. Semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemegang saham. Bagi perushaan
yang menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan.
Pengertian nilai perusahaan sendiri berbeda-beda dalam penilaiannya yaitu : Menurut Christiawan dan Tarigan 2007 definisi dari nilai perusahaan memiliki
lebih dari satu konsep, yakni : 1.
Nilai nominal Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran
dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif.
Universitas Sumatera Utara
24
2. Nilai pasar
Nilai pasar, dapat disebut juga kurs. Nilai ini diperoleh dari harga tawar- menawar pasar sehingga nilai pasar dapat diperoleh apabila perusahaan
menjual saham kepublik.
3. Nilai intrinsik
Konsep nilai intrinsik mengandung sifat yang lebih kaku dari lainnya karena mengacu pada perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai
perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekadar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang
memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari.
4. Nilai buku
Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antara total
aktiva dan total utang dengan jumlah saham yang beredar.
5. Nilai likuidasi
Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi.
Pengertian lainnya dari nilai perusahaan, apabila seorang investor yang ingin menanamkan modalnya pada suatu perusahaan maka ia akan membayar
sebesar nilai perusahaan yang diperhitungkan olehnya. Penelitian Assih, et al 2005 mengungkapkan bahwa sewaktu investor ingin menanamkan uangnya
kepada investee-nya yang sedang dalam keadaan IPO maka nilai perusahaan dihitung saat IPO dan pada akhir tahun terjadinya IPO.
Berbeda pula apabila dilihat dari sudut pandang investee ketika ingin menentukan nilai perusahaan. Perusahaan yang berkeinginan melakukan
penjualan saham perdana akan menentukan sendiri terlebih dahulu nilai perusahaannya baik melalui corporate Value Model atau Price Ratio Models agar
harga saham per lembar yang dijual sesuai dengan kinerja perusahaan Mello, 2006
Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah satunya Tobin’s Q. Semakin besar nilai rasio Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan
Universitas Sumatera Utara
25
memiliki prospek pertumbuhan yang baik dan memiliki intangible asset yang semakin besar. Hal ini terjadi karena semakin besar nilai pasar asset perusahaan,
maka semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut. Perusahaan dengan nilai Tobin’s q
yang tinggi biasanya memiliki brand image perusahaan yang sangat kuat, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Tobin’s q yang rendah umumnya
berada pada industry yang sangat kompetitif atau industri yang mulai melemah. Secara umum Tobin’s Q hampir sama dengan market-to-book-ratio, namun
menurut Sukamulja 2004, Tobin’s Q memiliki karakteristik yang berbeda antara lain:
1. Replacement Cost vs Book Value Tobin’s Q menggunakan estimated
replacement cost sebagai denominator, sedangkan market-to-book-ratio
menggunakan book value to total equity. Penggunaan replacement cost membuat nilai yang digunakan untuk menentukan Tobin’s Q memasukkan
berbagai faktor, sehingga nilai yang digunakan mencerminkan nilai pasar dari asset yang sebenarnya di masa kini, salah satu factor tersebut
misalnya inflasi.
2. Total Assets vs Total Equity Market-to-book-ratio hanya menggunakan
factor ekuitas saham biasa dan saham preferen dalam pengukuran. Penggunaan factor ekuitas ini menunjukkan bahwa market-to-book-ratio
hanya memperhatikan satu tipe investor saja, yaitu investor dalam bentuk saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Sedangkan Tobins’Q
memberikan wawasan yang lebih luas terhadap investor. Perusahaan sebagai entitas ekonomi, tidak hanya mennggunakan ekuitas dalam
mendanai kegiatan operasionalnya, namun juga dari sumber lain seperti hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
2.1.7 Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio kemampuan memperoleh laba perusahaan tergantung dari laba dan modal mana yang diperhitungkan Sitanggang, 2012.
Bermacam-macamnya tingkatan laba, seperti laba kotor, laba usaha, laba sebelum bunga dan pajak, laba kena pajak, dan laba bersih perusahaan, begitu juga dengan
Universitas Sumatera Utara
26
modal, seperti modal usahaopersional seperti modal utang, modal sendiri, atau modal keseluruhan yang membuat rasio dengan laba dan modal harus disesuaikan
dengan darimana laba dan untuk apa modal tersebut ditujukan. Menurut Shaw 2003 dalam Bukit 2012 laba yang tinggi memberikan indikasi prospek
perusahaan yang baik sehingga dapat mendorong investor untuk meningkatkan permintaan saham. Permintaan saham yang meningkat menyebabkan nilai
perusahaan meningkat. Berdasarkan pembahasan diatas profitabilitas juga memengaruhi nilai perusahaan Bukit, 2012.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai hubungan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan. Daljono dan Puspitaningtyas
2005 melakukan pengujian untuk melihat pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan gros margin terhadap Market Value. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dengan perioda penelitian tahun 2001 sampai dengan tahun 2002,
berjumlah 152 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metoda purposive sampling
berjumlah 97 perusahaan. Teknik pengujian data adalah dengan menggunakan regresi linier sederhana untuk menguji secara parsial dan
regresi linier berganda untuk menguji secara simultan, dengan tingkat signifikansi alpha 5. Hasil penelitian membuktikan bahwa Nilai persediaan berpengaruh
signifikan positif terhadap market value. Secara parsial metode arus biaya persediaan dan Profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap market value.
Universitas Sumatera Utara
27
Secara simultan membuktikan metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin
berpengaruh signifikan terhadap market value. Purwanto 2007 menguji pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai
persediaan, dan gross profit margin terhadap Market Value pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan perioda penelitian tahun 2007. Sampel dipilih dengan menggunakan
metoda purposive sampling berjumlah 33 perusahaan. Teknik pengujian data adalah dengan menggunakan regresi linier sederhana untuk menguji secara parsial
dan regresi linier berganda untuk menguji secara simultan, dengan tingkat signifikansi alpha 5. Secara simultan metode arus biaya persediaan, nilai
persediaan dan gross profit margin tidak berpengaruh secara signifikan terhadap market value
perusahaan. Secara parsial metode arus biaya persediaan dan gross profit margin tidak berpengaruh secara signifikan tehadap market value. Nilai
persediaan memiliki pengaruh yang signifikan tehadap market value. Situmorang 2011 memperoleh hasil penelitiannya yang menyebutkan
bahwa pengaruh signifikan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan adalah. Meneliti tentang pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persediaan
dan profit margin terhadap nilai perusahaan, dengan sampel seluruh perusahaan food and beverages
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI periode tahun 2007-2009. Metode pengambilan sampel dilakukan berdasarkan tehnik Purposive
sampling dengan pertimbangan judgement sampling. Jumlah 14 perusahaan food
and beverages di BEI hingga tahun 2005 adalah 14 emiten, berdasarkan kriteria-
Universitas Sumatera Utara
28
kriteria purposive sampling, dari populasi tersebut didapatkan 109 emiten yang memenuhi syarat-syarat sebagai sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Secara simultan, tidak ada pengaruh yang signifikan dari metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan profit margin terhadap nilai perusahaan. Secara
parsial, nilai persediaan menunjukkan pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan, metode arus biaya persediaan dan profit margin tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Somara 2011 memperoleh hasil penelitiannya yang menyebutkan bahwa
pengaruh signifikan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan adalah. Meneliti tentang pengaruh metode arus biaya persediaan, nilai persediaan dan
profit margin terhadap nilai perusahaan, dengan sampel seluruh perusahaan
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI periode tahun 2009-2011. Metode pengambilan sampel dilakukan berdasarkan tehnik Purposive
sampling dengan pertimbangan judgement sampling. Jumlah 11 perusahaan
berdasarkan kriteria-kriteria purposive sampling. Secara simultan, tidak ada pengaruh yang signifikan dari metode arus biaya persediaan, nilai persediaan, dan
profit margin terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, nilai persediaan
menunjukkan pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan metode arus biaya persediaan dan profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
29
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama Penelitian
Judul Penelitian Variabel
penelitian Hasil Penelitian
1. Daljono dan
Puspitaningt yas 2005
Analisis Pengaruh Penerapan Metode
Arus Biaya Persediaan, Nilai
Persediaan dan Profit Margin terhadap
Market Value Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
Variabel independen
adalah metode arus
biaya persediaan,
nilai persediaan
dan profit margin.
Variabel dependen
adalah
market value
Secara simultan Metode arus biaya persediaan,
nilai persediaan, dan profit margin
berpengaruh signifikan terhadap market value.
Secara parsial metode arus biaya
persediaan dan Profit margin
tidak berpengaruh signifikan
terhadap market value. Nilai persediaan
berpengaruh signifikan positif terhadap market
value
. 2. Purwanto
2007 Analisis Pengaruh
Penerapan Metode Arus Biaya
Persediaan, Nilai Persediaan dan Gros
Profit Margin Terhadap Market
Value PerusahaanStudi
Empiris : Perusahaan Aneka Industri Di
Bursa Efek Indonesia Variabel
independen adalah
metode arus biaya
persediaan, nilai
persediaan dan
gross profit margin.
Secara simultan metode arus biaya persediaan,
nilai persediaan dan gross profit margin
tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap market value
perusahaan. Secara parsial metode
arus biaya persediaan dan gross profit margin tidak
Universitas Sumatera Utara
30
Variabel dependen
adalah market
value
. berpengaruh secara
signifikan tehadap market value.
Nilai persediaan memiliki pengaruh yang
signifikan tehadap market value.
Lanjutan Ringkasan Penelitian Terdahulu
3 .
Situmorang 2011
Analisis Pengaruh Penerapan Metode
Arus Biaya Persediaan, Nilai
Persediaan dan Profit Margin
Terhadap Nilai Perusahaan Pada
Perusahaan Food and Beverages yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel independen
adalah metode
arus biaya persediaan,
nilai persediaan dan
profit margin. Variabel
dependen adalah
nilai perusahaan.
Secara simultan, tidak ada pengaruh yang
signifikan dari metode arus biaya
persediaan, nilai persediaan, dan profit
margin
terhadap nilai perusahaan.
Secara parsial, nilai persediaan menunjukkan
pengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Sedangkan, metode arus
biaya persediaan dan profit margin
tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan.
4 .
Somara 2013
Analisis Pengaruh Penerapan Metode
Arus Biaya Persediaan, Nilai
Persediaan dan Profit Margin
Terhadap Nilai Perusahaan Pada
Perusahaan Barang Kosumsi yang
Variabel independen
adalah metode
arus biaya persediaan,
nilai persediaan dan
profit margin. Variabel
Secara simultan, tidak ada pengaruh yang
signifikan dari metode arus biaya
persediaan, nilai persediaan, dan profit
margin
terhadap nilai perusahaan.
Secara parsial, nilai
Universitas Sumatera Utara
31
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dependen adalah
nilai
perusahaan
persediaan dan profit margin
menunjukkan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan.
Sedangkan, metode arus biaya persediaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitan
2.3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini tertera seperti gambar 2.3 berikut :
H
1
+
H
2
+
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan selain untuk mengetahui pengaruh pengungkapan lingkungan terhadap nilai perusahaan, juga untuk
menguji apakah profitabilitas sebagai variabel moderasi dapat memperkuat hubungan antara nilai persediaan dengan nilai perusahaan pada saat profitabilitas
perusahaan tinggi. Berdasarkan uraian teori yang telah dikemukakan sebelumnya Nilai Perusahaan
Y Nilai Persediaan
X
1
Profitabilitas X
2
Universitas Sumatera Utara
32
dan tinjauan penelitian terdahulu, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui satu kerangka konseptual tersebut.
Profitabilitas dalam penelitian ini diduga sebagai variabel moderasi yang memperkuat hubungan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan.
Pada saat profitabilitas tinggi maka hubungan antara nilai persediaan pada nilai perusahaan semakin kuat. Profitabilitas dipilih sebagai variabel moderasi karena
profitabilitas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba merupakan indikator yang paling mudah dan cepat untuk mengukur keberhasilan perusahaan
dalam mencapai tujuannya. Investor dan kreditor menggunakan laba untuk mengukur prediksi laba dimasa yang akan datang dan kinerja manajemen.
Sehingga calon investor dan kreditor dapat dengan mudah melihat kondisi perusahaan dari laba yang dihasilkan perusahaan. Penanaman modal khususnya
dalam penelitian ini adalah investor, akan tertarik apabila perusahaan memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba karena investor melakukan investasi
diperusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Investor tidak akan tertarik melakukan investasi di perusahaan apabila mereka tidak mendapatkan
keuntungan meskipun kinerja dan menajemen persediaaan tepat. Dengan adanya profitabilitas yang tinggi, maka investor akan tertarik menenamkan modalnya
dalam bentuk pembelian saham. Permintaan saham yang tinggi akan menaikkan harga saham yang berarti juga naiknya nilai perusahaan.
2.3.2 Hipotesis Penelitian 2.3.2.1 Pengaruh Nilai Persediaan Terhadap Nilai Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
33
Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen persediaan mencakup seluruh kegiatan
merencanakan, mengkordinasikan, menyimpan dan memelihara persediaan sebelum sampai ke tangan pihak lain distributoragen atau
konsumen atau jika dilihat dalam neraca perusahaan berada dalam posisi aktiva sub “persediaan” sebelum berubah menjadi piutang dagang atau kas
Sitanggang, 2012. Tersedianya persediaan pada waktu jumlah, jenis, dan kualitas yang sesuai akan berdampak pada kegiatan produksi atau kegiatan
penjualan. Jika manajemen persediaan tidak akurat dibentuk, maka efek negatifnya berdampak pada keberlangsungan aktivitas perusahaan karena
penyediaan persediaan yang terlalu besar akan mengarah pada kenaikan biaya dan pengurangan arus kas dan pada bagian lainnya akan menurukan
penjualan perusahaan Burja dan Burja, 2010. Sebaliknya jumlah persediaan yang terlalu kecil karena pemesanan dalam jumlah yang kecil,
meskipun dapat mengurangi biaya penyimpanan, tetapi akan berdampak pada penambahan biaya pemesanan, tidak terpenuhinya permintaan
konsumen atau terganggunya proses lanjut produksi Sitanggang, 2012. Perusahaan yang membuat kebijakan persediaan level minimum dapat
membuat operasional perusahaan berjalan lancar, dengan ketentuan, hal tersebut jangan sampai mengganggu ketepatan waktu penerimaan bahan
Heinaman, 1955. Berdasarkan penjelasan diatas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H
1 :
Nilai persediaan berpegaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
34
2.3.2.2 Pengaruh Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi dalam Hubungan antara Nilai Persediaan dengan Nilai Perusahaan.
Rasio profitabilitas adalah rasio kemampuan memperoleh laba perusahaan tergantung dari laba dan modal mana yang diperhitungkan
Sitanggang, 2012. ROA menunujukan kinerja perusahaan dan dapat sebagai acuan dari para pihak eksternal yaitu investor berupa sinyal untuk
arus kas masa depan perusahaan, karena ROA diperoleh dari net profit after tax,
yang dapat menjadi dasar dari kalkulasi arus kas bersih Alghifari, et al, 2013. Profitabilitas diduga memiliki pengaruh sebagai
variabel moderasi dapat memperkuat hubungan antara nilai persediaan dengan nilai perusahaan. Nilai persediaan akan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan apabila profitabilitas perusahaan tinggi perusahaan mampu menghasilkan keuntungan. Dengan kata lain, nilai perusahaan tidak akan
mengalami peningkatan apabila profitabilitas rendah perusahaan tidak dapat menghasilkan keuntungan meskipun nilai persediaan yang
dilakukan oleh perusahaan baik. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut: H
2
: Hubungan antara nilai persediaan terhadap nilai perusahaan semakin kuat pada saat pofitabilitas tinggi.
Universitas Sumatera Utara
35
Universitas Sumatera Utara
35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain kausal. Desain kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independen
variabel yang mempengaruhi dan variabel dependen variabel yang dipengaruhi Sugiyono, 2011:30
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyeksubyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono, 2011:72. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan farmasi yang terdaftar di
BEI yang terdiri dari 10 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan teknik Purposive Sampling.
Pengambilan sampel bertujuan purposive sampling dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang
digunakan dapat berdasarkan pertimbangan judgement tertentu atau jatah quota tertentu Jogiyanto, 2004:79. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut : 1.
Perusahaan sampel listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013 2.
Perusahaan sampel memiliki data-data yang lengkap terkait dengan semua dari variabel yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
36
3. Perusahaan tersebut tidak keluar delisting dari BEI selama tahun 2009-
2013 4.
Perusahaan memeroleh laba selama masa periode 2009-2013. Peneliti memilih perusahaan yang memperoleh laba selama periode pengamatan
karena pada penelitian ini, variabel moderasi yang digunakan adalah profitabilitas, oleh karena itu peneliti menggunakan objek penelitian yang
selama periode pengamatan memperoleh laba
.
Tabel 3.1 Pemilihan Sampel Penelitian
NO Kode
Perusahaan Populasi
Kriteria Sampel Sampel
1 2 3 4
1 DVLA 1
√ √
√ √
√ 2 INAF
2 √
√ √
− −
3 KAEF 3
√ √
√ √
√ 4 KLBF
4 √
√ √
√ √
5 MERK 5
√ √
√ √
√ 6 PYFA
6 √
√ √
√ √
7 SCPI 7
− √
− −
− 8 SIDO
8 −
√ −
− −
9 SQBB 9
√ √
√ √
√ 10 TSPC
10 √
√ √
√ √
Jumlah 10 7
Sumber: Hasil Pemilihan Sampel Penulis
Berdasarkan karateristik penarikan sampel di atas, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 7 perusahaan dan diamati selama periode 5 tahun yang
termasuk sebagai data pooling.
3.3 Jenis Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan merupakan data sekunder yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari
Universitas Sumatera Utara
37
perusahaan. Penelitian ini menggunakan jenis data panel, yakni gabungan antara data runtut waktu time series dan data silang cross section.
Data sekunder diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan yang rutin diterbitkan
setiap tahun oleh pihak-pihak yang berkompeten yang terdapat di dalam www.idx.co.id
.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data eksternal. Pengumpulan data dilakukan dengan mendownload dari www.idx.co.id untuk memperoleh data mengenai
laporan keuangan yang dibutuhkan dalam penelitian. 3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau memberikan variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang
diperlukan peneliti untuk mengukur. Dilihat dari sudut pandang hubungannya variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen,
variabel moderasi, dan variabel dependen. 1.
Variabel Independen Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen Sugiyono,2011:3. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nilai persediaan.
Investasi dalam persediaan biasanya merupakan aktiva lancar paling besar dari perusahaan dagang dan manufaktur kieso et al, 2008. Jumlah yang sangat
material apabila perusahaan keliru dalam penilaiannya. Persediaan membutuhkan
Universitas Sumatera Utara
38
prinsip kehati-hatian dalam penilaiannya. Persediaan adalah aktiva lancar yang sangat erat kaitannya dengan penjualan perusahaan.
Nilai Persediaan = Ln Nilai persediaan akhir
2. Variabel Moderasi
Profitabilitas merupakan variabel moderating dalam penelitian ini, disimbolkan dengan X . Profitabilitas adalah Return on Assets ROA yang
didapatkan dari laporan keuangan tahunan perusahaan farmasi, selama periode penelitian. ROA menunjukkan perbandingan net profit after tax dan total assets
perusahaan Alghifari, et al, 2013 Rumus profitabilitas :
3. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas Sugiyono, 2011:3. Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Nilai perusahaan. Nilai perusahaan disimbolkan dengan Y. Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai
perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh James Tobin 1967. Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena
menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Jika rasio Q di atas satu, ini menunjukkan
bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi
Universitas Sumatera Utara
39
baru. Jika rasio Q di bawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik. Rasio Q merupakan ukuran yang lebih teliti tentang seberapa efektif manajemen
memanfaatkan sumber-sumber daya ekonomi dalam kekuasaannya Kusumadilaga, 2010. Teori ekonomi mengatakan bahwa rasio Q yang lebih
besar dari satu akan menarik arus sumber daya dan kompetisi baru sampai rasio Q mendekati satu. Variabel ini diberi simbol Q. Variabel ini telah digunakan oleh
Gunawan dan Utami 2008, Kusumadilaga 2010, dan Octavia 2012. Penghitungan menggunakan rumus :
3.6 Metode Analisis 3.6.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui tingkat Nilai persediaan, nilai perusahaan, dan profitabilitas pada perusahaan farmasi yang terdaftar di BEI.
Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai minimum, nilai maximum, mean,
dan standar deviasi.
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian
ini juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa di dalam model regresi yang digunakan tidak terdapat multikolonieritas dan heteroskedastisitas serta untuk
memastikan bahwa data yang dihasilkan berdistribusi normal Ghozali, 2013.
Universitas Sumatera Utara
40
3.6.2.1 Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan f mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan
melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan : a. Jika data menyebar jauh dari diagonal danatau tidak mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya.
Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas
residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov K-S. Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesi :
H : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
3.6.2.2 Uji Autokorelasi