9 populasi tidak selalu terjadi karena struktur habitat, tetapi lebih disebabkan karena
keterbatasan penyebaran propagul tanaman Tilman et al. 1997.
2.4. Ancaman Kepunahan Spesies
Tata et al. 2008 menemukan bahwa pada hutan dan agroforest karet di Kabupaten Bungo dan Tebo, terdapat 19 spesies yang masuk dalam IUCN Red
List, 7 spesies dikategorikan kritis yaitu Dipterocarpus gracilis, Dipterocarpus grandiflorus, Hopea nigra, Parashorea aptera, Parashorea lucida, Parashorea
malaononan, Shorea johorensis, 6 spesies genting yaitu Anisoptera costata, Anisoptera laevis, Shorea bracteolate, Shorea lerosula, Vatica lowii, Vatica
stapfiana dan 6 spesies rawan yaitu Agathis dammara, Dalbergia latifolia, Eusideroxylon zwageri, Aglaia angustifolia, Aquilaria malaccensis dan
Gonystylus macrophyllus. Spesies-spesies pohon tersebut umumnya hanya ditemukan di hutan. Sejumlah 13 spesies yang termasuk kategori kritis dan
genting merupakan kelompok famili Dipterocarpaceae penghasil kayu yang bernilai ekonomi.
Para ahli berpendapat bahwa ancaman kepunahan suatu spesies bukan terjadi karena proses alam, tetapi karena dampak kerusakan akibat kegiatan
manusia Wildlife Extinction and Endangered Species 2008. Kegiatan manusia yang berpengaruh terhadap kepunahan lokal spesies pohon dapat dikelompokan
menjadi: 1 Faktor fisik dan mekanik, 2 Faktor bioekologi dan 3 Faktor ekonomi dan demografi.
2.4.1. Faktor fisik-mekanik
Alih guna lahan yang melibatkan pembukaan hutan menimbulkan kerusakan habitat, fragmentasi habitat dan perubahan iklim yang selanjutnya akan
menimbulkan ancaman kepunahan terhadap suatu spesies. Kerusakan habitat merupakan faktor utama penyebab kepunahan spesies, karena menyebabkan
penurunan sekitar 95 spesies yang telah terdaftar. Wildlife Extinction and Endangered Species 2008.
Alih guna lahan hutan menjadi agroforest karet di Indonesia umumnya melibatkan proses tebang-bakar Wibawa et al. 2005. Proses pembakaran
tersebut dapat mengakibatkan matinya sumber benih yang ada di dalam tanah
10 Tabarelli et al. 2004. Dengan demikian anakan yang tumbuh menjadi berkurang,
baik jumlah individu maupun jumlah spesiesnya. Selain pembukaan lahan, pengelolaan lahan yang melibatkan penyiangan pada agroforestry karet
mempunyai peranan yang cukup besar terhadap kepunahan spesies pohon van Noordwijk 2008, komunikasi pribadi.
Perubahan iklim mikro seperti kelembaban udara, cahaya dan suhu yang terjadi akibat alih guna lahan menyebabkan beberapa spesies pohon tidak mampu
beradaptasi dan meningkatkan kompetisi dengan spesies bukan pohon. Akibat persaingan tersebut, kematian anakan spesies pohon hutan akan meningkat
Tabarelli et al. 2004.
2.4.2. Faktor bioekologi
Fragmentasi habitat yang terjadi akibat alih guna lahan berpengaruh nyata terhadap spesies, karena menyebabkan terisolasinya spesies dengan populasi kecil
sehingga tidak mampu menyebar dari satu habitat ke habitat lainnya IUCN 2008. Pada vegetasi, keberadaan agen pemencar biji penting bagi keberlangsungan
regenerasi Rasnovi 2008.
Agen Pemencar Biji
Biji dari suatu spesies tumbuhan dapat terpencar dengan beberapa cara antara lain melalui perantara hewan zoochory, angin anemochory, air
hydrochory dan memencar sendiri autochory Turner et al. 2001. Hampir 90 spesies pohon dan belukar yang menghasilkan buah lunak beradaptasi dengan
hewan pemencar biji Frankie et al. 1974. Kegagalan tumbuhnya anakan dari suatu spesies pohon berkaitan erat
dengan berkurangnya biji yang terpencar akibat punahnya vertebrata pemencar biji seperti primata dan burung karena perburuan dan hilangnya habitat Tabarelli
et al. 2004. Sementara itu, tiap-tiap biji beradaptasi dengan agen pemencarnya. Biji yang dipencarkan oleh angin biasanya berukuran relatif kecil, ringan dan
memiliki alat tambahan seperti sayap atau serat. Biji yang memiliki pelindung kuat seperti kulit tebal, tidak tembus air dan dapat mengapung serta memiliki
viabilitas yang tinggi umumnya dipencarkan oleh air. Sedangkan satwa, menjadi