Keanekaragaman Spesies Pohon pada Agroforest Karet

8

2.3. Kepunahan dan Kolonisasi Spesies

Kepunahan terhadap suatu spesies terjadi karena degradasi habitat, fragmentasi habitat, eksploitasi secara berlebihan, invasi spesies dan perubahan iklim global yang sebagian besar terjadi pada daerah tropis dengan kepadatan penduduk tinggi Wildlife Extinction and Endangered Species 2008, Rasnovi 2006. Fragmentasi lanskap yaitu terpecahnya suatu hamparan habitat yang luas menjadi habitat-habitat kecil yang umumnya terjadi karena aktitas manusia seperti pembukaan lahan dan alih guna lahan dari satu tipe vegetasi menjadi lain Franklin et al. 2002. Beberapa studi telah menyimpulkan bahwa fragmentasi lanskap cenderung menyebabkan penurunan keanekaragaman spesies tumbuhan Roy Joshi 2008. Dalam ekologi lanskap fragmentasi habitat tidak hanya berpengaruh terhadap keanekaragaman hayati dalam skala habitat yang terfragmen tetapi juga terhadap keanekaragaman dalam skala lanskap secara keseluruhan Rasnovi 2006. Fargmentasi lanskap akibat alih guna lahan menyebabkan perubahan iklim mikro pada suatu habitat. Adanya perubahan tersebut, spesies yang mampu beradaptasi akan dapat berkembang, sehingga bersaing dengan spesies lainnya. Sementara, spesies yang tidak mampu bersaing tidak dapat bertahan hidup Eldredge 1986. Apabila individu dari suatu spesies tidak mampu bertahan hidup dan bereproduksi, maka individu tersebut dikatakan punah. Di dalam ekologi, kepunahan secara non formal mengacu pada kepunahan lokal di suatu tempat yang diteliti Indrawan et al. 2000. Fragmentasi lanskap menyebabkan terjadinya habitat ‘tepi’. Pada habitat tepi tersebut spesies bukan asli non-native species berkembang dengan baik dan menginvasi spesies asli serta membentuk suatu koloni Wildlife Extinction and Endangered Species 2008. Dinamika kolonisasi-kepunahan memiliki peranan penting dalam terbentuknya struktur spasial suatu spesies tumbuhan Husband Barrett 1996. Populasi tumbuhan kadang-kadang memiliki struktur spasial yang terbagi-bagi ‘patchy’, karena individu suatu tumbuhan dan populasinya tidak tersebar secara kontinyu pada suatu ruang. Hal ini menunjukkan bahwa struktur 9 populasi tidak selalu terjadi karena struktur habitat, tetapi lebih disebabkan karena keterbatasan penyebaran propagul tanaman Tilman et al. 1997.

2.4. Ancaman Kepunahan Spesies

Tata et al. 2008 menemukan bahwa pada hutan dan agroforest karet di Kabupaten Bungo dan Tebo, terdapat 19 spesies yang masuk dalam IUCN Red List, 7 spesies dikategorikan kritis yaitu Dipterocarpus gracilis, Dipterocarpus grandiflorus, Hopea nigra, Parashorea aptera, Parashorea lucida, Parashorea malaononan, Shorea johorensis, 6 spesies genting yaitu Anisoptera costata, Anisoptera laevis, Shorea bracteolate, Shorea lerosula, Vatica lowii, Vatica stapfiana dan 6 spesies rawan yaitu Agathis dammara, Dalbergia latifolia, Eusideroxylon zwageri, Aglaia angustifolia, Aquilaria malaccensis dan Gonystylus macrophyllus. Spesies-spesies pohon tersebut umumnya hanya ditemukan di hutan. Sejumlah 13 spesies yang termasuk kategori kritis dan genting merupakan kelompok famili Dipterocarpaceae penghasil kayu yang bernilai ekonomi. Para ahli berpendapat bahwa ancaman kepunahan suatu spesies bukan terjadi karena proses alam, tetapi karena dampak kerusakan akibat kegiatan manusia Wildlife Extinction and Endangered Species 2008. Kegiatan manusia yang berpengaruh terhadap kepunahan lokal spesies pohon dapat dikelompokan menjadi: 1 Faktor fisik dan mekanik, 2 Faktor bioekologi dan 3 Faktor ekonomi dan demografi.

2.4.1. Faktor fisik-mekanik

Alih guna lahan yang melibatkan pembukaan hutan menimbulkan kerusakan habitat, fragmentasi habitat dan perubahan iklim yang selanjutnya akan menimbulkan ancaman kepunahan terhadap suatu spesies. Kerusakan habitat merupakan faktor utama penyebab kepunahan spesies, karena menyebabkan penurunan sekitar 95 spesies yang telah terdaftar. Wildlife Extinction and Endangered Species 2008. Alih guna lahan hutan menjadi agroforest karet di Indonesia umumnya melibatkan proses tebang-bakar Wibawa et al. 2005. Proses pembakaran tersebut dapat mengakibatkan matinya sumber benih yang ada di dalam tanah

Dokumen yang terkait

Praktek Nikah Tahlil (Studi Pada Desa Suka Jaya Kecamatan Muko-Muko Bathin Vii, Kabupaten Bungo, Jambi)

2 41 74

Agroforestri ilengi suatu kajian pelestarian dan pemanfaatan jenis pohon (Studi Kasus di Desa Dulamayo Selatan, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo)

0 4 137

Perencanaan usahatani karet dan kelapa sawit berkelanjutan di DAS batang pelepat kabupaten Bungo provinsi Jambi

0 24 195

Peran Agroforest Karet dalam Pelestarian Spesies Pohon : Studi Kasus di Desa Lubuk Beringin Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

0 9 196

Studi Faktor Ekspansi Biomassa dan Massa Karbon Pohon Karet di Hutan Karet Rakyat Desa Bungku Provinsi Jambi

0 3 40

Studi Potensi Biomassa Dan Massa Karbon Pohon Karet (Hevea Brasiliensis Muell Arg) Di Hutan Karet Rakyat Desa Bungku, Provinsi Jambi

0 2 25

MODEL PENGELOLAAN HUTAN ADAT BERKELANJUTAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI DESA LUBUK BERINGIN KECAMATAN BATHIN III ULU KABUPATEN BUNGO (SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATERI PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM PADA BIDANG STUDI GEOGRAFI DI KELAS XI IPS SMA).

0 0 1

Analisis Lubuk Larangan Sebagai Wisata Ekologi Berbasis Kearifan Lokal Desa Lubuk Beringin, Kecamatan Bathin III Ulu, Kebupaten Bungo,Jambi. (Sebagai Pendukung Substansi Materi Pengelolaan Sumber Daya Alam pada Bidang Studi Geografi di Kelas XI SMA).

0 0 3

LPSE Provinsi Jambi BUNGO. BUNGO

0 1 2

PRODUKSI RUANG WISATA DALAM PERSPEKTIF RITME GEOGRAFI DI DESA LUBUK BERINGIN KECAMATAN BATHIN III ULU KABUPATEN BUNGO PROVINSI JAMBI sebagai bahan ajar materiembelajaran kurikulum muatan lokal Lubuk Larangan dan Hutan Desa di Kabupaten Bungo - UNS Institu

0 1 16