Indeks similaritas Pola sebaran spasial spesies

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kekayaan Spesies dan Keanekaragaman Spesies 5.1.1. Kekayaan spesies Kekayaan spesies mengacu pada jumlah spesies yang ditemukan pada suatu komunitas van Dyke 1954. Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui kekayaan spesies adalah rarefaction, yaitu dengan menduga harapan jumlah spesies dalam suatu contoh individu secara acak pada ukuran contoh yang distandarkan. Harapan jumlah spesies pada ukuran plot 40 m x 1 m untuk pancang, 40 m x 5 m untuk tiang dan 100 m x 20 m untuk pohon yang ditemukan di Desa Lubuk Beringin bervariasi tergantung pada tipe tutupan lahan, seperti disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Harapan jumlah spesies dan jumlah spesies aktual yang ditemukan di berbagai tipe tutupan lahan pada tingkat pancang, tiang dan pohon serta nilai simpangan baku Tipe tutupan lahan Pancang Tiang Pohon Kode plot Harapan Aktual S.B Harapan Aktual S.B Harapan Aktual S.B Forest 30 33 2.05 9 10 0.64 22 24 0.78 RAF60-S 42 48 4.08 5 8 1.59 12 13 0.94 RAF30-F 20 23 2.07 2 3 0.70 5 5 0.07 RAF30-S 15 16 1.08 2 2 0.05 2 2 0.00 RAF13-S 13 17 2.97 2 2 0.19 SH25-F 24 27 1.75 9 13 2.48 11 12 1.01 SH10-F 30 31 0.71 6 8 1.17 SH13-S 19 20 0.71 8 11 1.99 Nilai probabilitas p0.001 p0.001 p0.001 p0.001 p=0.008 p0.001 Beda Nyata Terkecil BNT 9.82 7.78 2.688 3.051 8.32 5.79 Keterangan: S.B adalah simpangan baku Kekayaan spesies tingkat pancang tertinggi terdapat pada agroforest karet 60 tahun, yaitu 42 spesies dan berbeda nyata p0,001; BNT = 9,82 dengan tipe tutupan lahan lainnya. Kekayaan spesies di hutan primer, hutan sekunder 25 tahun dan hutan sekunder 10 tahun tidak berbeda nyata, secara berturut-turut yaitu 30, 32 24 dan 30 spesies. Agroforest karet 13 tahun dan 30 tahun serta hutan sekunder 13 tahun memiliki kekayaan spesies lebih rendah, secara berturut-turut 13, 20, 15 dan 19 spesies. Tingginya kekayaan spesies pada agroforest karet 60 tahun terjadi karena masih terdapat sumber biji yang berasal dari induk tingkat pertumbuhan tiang dan pohon yang terdapat pada tipe tutupan lahan tersebut. Ditemukan 15 spesies yang kemungkinan merupakan sumber biji. Artocarpus sp. dan Dacryodes rostrata ditemukan dalam pertumbuhan pancang dan tiang, Styrax benzoin, Litsea grandis, Koompassia malaccensis, Polyalthia subcordata, Madhuca kingiana, Cratoxylon cf. arborescens ditemukan dalam pertumbuhan pancang dan pohon, Syzygium claviflorum, Cephalomappa malloticarpa, Palaquium gutta, Parkia speciosa, Pternanda azurea, Lithocarpus sp. 1 1 dan Hevea brassiliensis ditemukan dalam tingkat pertumbuhan pancang, tiang dan pohon. Selain berasal dari induk yang ditemukan pada tipe tutupan lahan tersebut, spesies tingkat pancang yang tumbuh pada agroforest karet 60 tahun berasal dari induk di tempat lain dan dipencarkan oleh satwa. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa struktur agroforest karet yang menyerupai hutan merupakan habitat atau ’refugia’ bagi berbagai spesies satwa yang beberapa diantaranya berperan sebagai pemencar biji. Jepson dan Djarwadi 2000, menemukan 5 spesies burung pemakan buah pada agroforest karet. Jumlah tersebut sama dengan di hutan primer, tetapi lebih tinggi bila dibandingkan di perkebunan karet monokultur, yaitu hanya 2 spesies. Seperti halnya di hutan alam, pada agroforest karet masih ditemukan spesies burung berukuran besar dengan berat tubuh antara 1.281-2.560 gram. Pada agroforest karet ditemukan beberapa spesies burung yang umum terdapat di hutan alam, namun spesies burung belukar juga ditemukan di sini. Selain burung, agroforest karet juga merupakan habitat yang disukai beberapa spesies mamalia. Maryanto et al. 2000, menemukan 9 spesies mamalia pada agroforest karet dengan indeks keanekaragaman lebih tinggi dari hutan primer, yaitu 2,09 pada agroforest karet dan 1,67 pada hutan primer. Sebanyak 4 1 Angka 1 dibelakang nama Lithocarpus sp. diberikan untuk memberi tanda bahwa dalam pengamatan ditemukan spesies Lithocarpus lain yang belum teridentifikasi sampai tingkat spesies

Dokumen yang terkait

Praktek Nikah Tahlil (Studi Pada Desa Suka Jaya Kecamatan Muko-Muko Bathin Vii, Kabupaten Bungo, Jambi)

2 41 74

Agroforestri ilengi suatu kajian pelestarian dan pemanfaatan jenis pohon (Studi Kasus di Desa Dulamayo Selatan, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo)

0 4 137

Perencanaan usahatani karet dan kelapa sawit berkelanjutan di DAS batang pelepat kabupaten Bungo provinsi Jambi

0 24 195

Peran Agroforest Karet dalam Pelestarian Spesies Pohon : Studi Kasus di Desa Lubuk Beringin Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

0 9 196

Studi Faktor Ekspansi Biomassa dan Massa Karbon Pohon Karet di Hutan Karet Rakyat Desa Bungku Provinsi Jambi

0 3 40

Studi Potensi Biomassa Dan Massa Karbon Pohon Karet (Hevea Brasiliensis Muell Arg) Di Hutan Karet Rakyat Desa Bungku, Provinsi Jambi

0 2 25

MODEL PENGELOLAAN HUTAN ADAT BERKELANJUTAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI DESA LUBUK BERINGIN KECAMATAN BATHIN III ULU KABUPATEN BUNGO (SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATERI PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM PADA BIDANG STUDI GEOGRAFI DI KELAS XI IPS SMA).

0 0 1

Analisis Lubuk Larangan Sebagai Wisata Ekologi Berbasis Kearifan Lokal Desa Lubuk Beringin, Kecamatan Bathin III Ulu, Kebupaten Bungo,Jambi. (Sebagai Pendukung Substansi Materi Pengelolaan Sumber Daya Alam pada Bidang Studi Geografi di Kelas XI SMA).

0 0 3

LPSE Provinsi Jambi BUNGO. BUNGO

0 1 2

PRODUKSI RUANG WISATA DALAM PERSPEKTIF RITME GEOGRAFI DI DESA LUBUK BERINGIN KECAMATAN BATHIN III ULU KABUPATEN BUNGO PROVINSI JAMBI sebagai bahan ajar materiembelajaran kurikulum muatan lokal Lubuk Larangan dan Hutan Desa di Kabupaten Bungo - UNS Institu

0 1 16