Similaritas spesies antar tipe tutupan lahan

55 Perunema canescens, Piper aduncum, Pternandra azurea, Rhodamnia cinerea, Saurauia cf. pentapetala, Teras bukit, Vitex pinnata dan Hevea brasiliensis. Spesies yang ditemukan pada agroforest karet 60 tahun memiliki kemiripan paling dekat dengan hutan sekunder 25 tahun. Sebanyak 30 spesies 18 yang ditemukan pada agroforest karet 60 tahun juga ditemukan di hutan sekunder 25 tahun. Spesies-spesies tersebut sebagian besar merupakan spesies pioner dan umum dijumpai pada berbagai tipe tutupan lahan. Spesies spesifik yang hanya ditemukan pada kedua tipe tutupan lahan tersebut adalah Parashorea malaanonan dan Urophyllum hirsutum. Spesies tingkat pertumbuhan lanjut yang ditemukan pada kedua tipe tutupan lahan adalah Diospyros lanceifolia, Elaeocarpus stipularis, Lithocarpus sp. dan Madhuca kingiana. Agroforest karet 60 tahun dan hutan sekunder 25 tahun memiliki similaritas spesies terdekat dengan hutan sekunder 10 tahun dan hutan primer. Hasil pengamatan menemukan 20 spesies yang sama terdapat pada agroforest karet 60 tahun, hutan sekunder 25 tahun dan hutan sekunder 10 tahun. Beberapa spesies tingkat pertumbuhan lanjut seperti Diospyros lanceifolia, Elaeocarpus stipularis, Lithocarpus sp. dan Madhuca kingiana sudah ditemukan pada hutan sekunder 10 tahun, tetapi Parashorea malaanonan tidak ditemukan lagi. Spesies tingkat suksesi lanjut yang ditemukan adalah spesies-spesies ’zoochory’. Similaritas pancang antara agroforest karet 60 tahun, hutan sekunder 25 dan 10 tahun mengalami penurunan bila dibandingkan dengan hutan primer. Sebanyak 16 spesies 5 dari totalditemukan pada keempat tipe tutupan lahan tersebut. Spesies-spesies tersebut adalah spesies yang memiliki kisaran habitat luas, karena ditemukan hampir pada tiap tipe tutupan lahan di Lubuk Beringin. Sementara itu, agroforest karet 30 tahun dekat hutan primer memiliki similatitas spesies dengan hutan sekunder 13 tahun yang jauh dari hutan primer. Sebanyak 16 spesies 19 ditemukan pada kedua tipe tutupan lahan tersebut. Spesies yang ditemukan pada kedua tipe tutupan lahan hampir semuanya adalah spesies pioner, kecuali Shorea venulosa. Keberadaan S. venulosa yang memiliki ciri penyebaran biji ’anemochory’ kemungkinan dapat terjadi karena pohon induk berada tidak jauh dari lokasi ditemukannya. Agroforest karet 30 tahun berada 56 sekitar 300 m dari hutan primer dan hutan sekunder 13 tahun berbatasan dengan agroforest karet 50 tahun. Tipe tutupan lahan yang ada di sekitar kedua tipe tutupan lahan tersebut merupakan sumber biji dari S. venulosa. Pada tingkat tiang, similaritas spesies terdekat adalah antara hutan sekunder 10 tahun 13 tahun. Pada kedua tipe tutupan lahan ditemukan 6 spesies 21 yang sama dan semuanya merupakan spesies pioner. Agroforest karet 60 tahun memiliki silimaritas spesies terdekat dengan hutan sekunder 10 dan 13 tahun, meskipun hanya ada 2 spesies 4 sama yang ditemukan pada ketiga tipe tutupan lahan tersebut. Spesies yang ditemukan pada agroforest karet 60 tahun, hutan sekunder 10 dan 13 tahun adalah Macaranga peltata dan Macaranga sp. yang merupakan tumbuhan pioner. Diagram pengelompokan similaritas spesies tingkat tiang disajikan pada Gambar 25. 0.80 RA13S RA30S Forest SH25F SH10F 1.00 RA60S 0.98 0.95 0.93 SH13S 0.90 RA30F 0.88 0.85 0.82 Gambar 25. Diagram pengelompokan similaritas spesies tingkat tiang pada berbagai tipe tutupan lahan Hutan primer memiliki similaritas spesies tingkat tiang terdekat dengan hutan sekunder 25 tahun. Pada kedua tipe tutupan lahan tersebut ditemukan 8 spesies 17 yang sama yaitu Gymnacranthera contracta, Lithocarpus sp., Mitrephora maingayi, Scaphium macropodum, Shorea sp., Sterculia foetida, 57 Dacryodes laxa dan Elaeocarpus lanceifolius. Spesies-spesies tersebut merupakan spesies yang hanya ditemukan pada hutan sekunder 25 tahun dan hutan primer kecuali Lithocarpus sp. dan Elaeocarpus lanceifolius. Bila dibandingkan dengan agroforest karet 60 tahun, hanya ditemukan satu spesies tiang 1 yang sama dengan hutan primer dan hutan sekunder 25 tahun yaitu Elaeocarpus lanceifolius. Agroforest karet 30 tahun yang jauh dari hutan primer memiliki similaritas spesies terdekat dengan agroforest karet 30 tahun dekat hutan primer dan agroforest karet 13 tahun. Pada ketiga tipe tutupan lahan tersebut hanya ditemukan satu spesies yang sama yaitu karet Hevea brasiliensis. Pada tingkat pohon, agroforest karet 60 tahun memiliki similaritas spesies terdekat dengan hutan primer. Pada kedua tipe tutupan lahan tersebut ditemukan 7 spesies 11 yang sama yaitu Dacryodes rostrata, Eugenia papilosa, Lithocarpus sp., Diospyros sp., Koompassia malaccensis, Palaquium gutta dan Parkia speciosa. Spesies-spesies tersebut sengaja dibiarkan tumbuh pada agroforest karet 60 tahun, karena memiliki manfaat sebagai penghasil kayu bangunan, resin dan buah. Diagram pengelompokan similaritas spesies tingkat pohon disajikan pada Gambar 26. RA60S 0.65 SH25F RA30S Forest 1.00 0.95 0.90 0.85 RA30F 0.80 0.75 0.70 Gambar 26. Diagram pengelompokan similaritas spesies tingkat pohon pada berbagai tipe tutupan lahan 58 Hutan sekunder 25 tahun memiliki similaritas spesies terdekat dengan hutan primer. Pada kedua tipe tutupan lahan ditemukan 10 spesies 15 yang sama, yaitu Ficus sp., Lithocarpus sp., Litsea firma, Melanochyla sp., Parashorea malaanonan, Scaphium macropodum, Shorea sp., Sterculia cordata, Xanthophyllum incertum dan Shorea dasyphylla. Spesies-spesies tersebut hanya ditemukan pada hutan primer dan hutan sekunder 25 tahun, kecuali Lithocarpus sp. Agroforest karet 60 tahun memiliki similaritas spesies pohon paling dekat dengan hutan primer dan hutan sekunder 25 tahun, meskipun hanya ditemukan satu spesies yang sama yaitu Lithocarpus sp. Agroforest karet 30 tahun yang dekat dan jauh dari hutan primer hanya ditemukan satu spesies yang sama yaitu kareta Hevea brasiliensis.

5.4. Potensi Kepunahan Lokal Spesies Kayu

Suatu spesies berpotensi mengalami kepunahan apabila tidak mampu beregenerasi. Hasil pengamatan menemukan 7 spesies yang hanya memiliki tingkat pertumbuhan pohon dengan populasi 1 batang pada luasan sekitar 4,5 hektar, yaitu Anisoptera costata, Shorea acuminata, Lithocarpus sp., Santiria conferta dan 3 spesies yang belum teridentifikasi yang diberi nama Sp7, Sp27 dan Sp30. Lithocarpus sp. dan Santiria conferta ditemukan pada agroforest karet 60 tahun, sedangkan 5 spesies lainnya hanya ditemukan di hutan primer. Rendahnya populasi pohon dan tidak ditemukannya tingkat pertumbuhan pancang serta tiang merupakan suatu indikasi bahwa spesies tersebut tidak mampu beregenerasi. A. costata hanya ditemukan di hutan primer, sedangkan tiga spesies lainnya ditemukan hanya pada agroforest karet 60 tahun. Anisoptera costata Anisoptera costata yang dikenal dengan nama dagang mersawa merupakan spesies kayu yang sangat penting di Indonesia dan digolongkan dalam kelompok kayu paling komersial. Anakan dari A. costata memerlukan intensitas cahaya yang tinggi dan tidak dapat bertahan hidup pada kanopi yang rapat. Pemencaran bijinya sangat terbatas, 90 anakan ditemukan di bawah pohon induknya. Viabilitas 59 bijinya sangat cepat menurun, dalam waktu 2-3 minggu laju perkecambahannya hampir 0 atau tidak dapat berkecambah Soerianegara Lemmens 1994. Beberapa penduduk lokal juga mengatakan bahwa anakan yang tumbuh di hutan tidak pernah berhasil hidup apabila dipindahkan ke lahan mereka Baiki, petani di Lubuk Beringin, komunikasi pribadi. Karakteristik pertumbuhannya yang unik menyebabkan spesies tersebut tidak mampu beregenarasi sehingga memiliki potensi mengalami kepunahan. Bahkan A. costata sudah termasuk dalam status kritis menurut IUCN Red List of Treathened Species 2007. Shorea acuminata Shorea merupakan genus penghasil kayu yang secara ekonomi dianggap paling penting di Asia. Shorea merupakan spesies yang dipencarkan oleh angin. Pada kondisi angin normal dan hutan rapat, biji Shorea dapat terpencar pada jarak 30 m. Hingga saat ini, meranti merah masih dikembangbiakkan dengan biji. Namun demikian, biji meranti cepat menurun viabilitasnya Soerianegara Lemmens 1994. Penurunan viabilitas biji, keterbatasan penyebaran dan persyaratan tumbuh lain seperti keberadaan mikorisa menjadi kendala dalam regenerasi Shorea acuminata. Oleh karena itu, spesies ini sekarang dalam status kritis menurut IUCN Red List. Lithocarpus sp. Beberapa spesies Lithocarpus termasuk kayu bernilai ekonomi dan dapat merupakan komoditi ekspor, tetapi kemampuan regenerasinya rendah. Viabilitas bijinya sangat rendah, perkecambahan bijinya memerlukan waktu 1-9 bulan. Lithocarpus juga merupakan spesies yang tidak tahan terhadap kebakaran Lemmens et al. 1995. Karakteristik spesies tersebut menyebabkan populasi saat ini di Desa Lubuk Beringin sangat rendah dan hanya ditemukan pada tingkat pohon berdiameter lebih dari 30 cm. Proses tebas-bakar yang dilakukan ketika membuka lahan, baik untuk kebun karet maupun hanya dibiarkan tumbuh menjadi hutan sekunder menyebabkan Lithocarpus sp. tidak dapat bertahan hidup. Pemencaran biji Lithocarpus sp. terjadi dengan bantuan mamalia selain kelelawar Webb Peart 2001. Hasil pengamatan yang menemukan bahwa spesies Lithocarpus sp. ini hanya ditemukan pada agroforest karet kompleks 60

Dokumen yang terkait

Praktek Nikah Tahlil (Studi Pada Desa Suka Jaya Kecamatan Muko-Muko Bathin Vii, Kabupaten Bungo, Jambi)

2 41 74

Agroforestri ilengi suatu kajian pelestarian dan pemanfaatan jenis pohon (Studi Kasus di Desa Dulamayo Selatan, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo)

0 4 137

Perencanaan usahatani karet dan kelapa sawit berkelanjutan di DAS batang pelepat kabupaten Bungo provinsi Jambi

0 24 195

Peran Agroforest Karet dalam Pelestarian Spesies Pohon : Studi Kasus di Desa Lubuk Beringin Kecamatan Bathin III Ulu Kabupaten Bungo Provinsi Jambi

0 9 196

Studi Faktor Ekspansi Biomassa dan Massa Karbon Pohon Karet di Hutan Karet Rakyat Desa Bungku Provinsi Jambi

0 3 40

Studi Potensi Biomassa Dan Massa Karbon Pohon Karet (Hevea Brasiliensis Muell Arg) Di Hutan Karet Rakyat Desa Bungku, Provinsi Jambi

0 2 25

MODEL PENGELOLAAN HUTAN ADAT BERKELANJUTAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI DESA LUBUK BERINGIN KECAMATAN BATHIN III ULU KABUPATEN BUNGO (SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATERI PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM PADA BIDANG STUDI GEOGRAFI DI KELAS XI IPS SMA).

0 0 1

Analisis Lubuk Larangan Sebagai Wisata Ekologi Berbasis Kearifan Lokal Desa Lubuk Beringin, Kecamatan Bathin III Ulu, Kebupaten Bungo,Jambi. (Sebagai Pendukung Substansi Materi Pengelolaan Sumber Daya Alam pada Bidang Studi Geografi di Kelas XI SMA).

0 0 3

LPSE Provinsi Jambi BUNGO. BUNGO

0 1 2

PRODUKSI RUANG WISATA DALAM PERSPEKTIF RITME GEOGRAFI DI DESA LUBUK BERINGIN KECAMATAN BATHIN III ULU KABUPATEN BUNGO PROVINSI JAMBI sebagai bahan ajar materiembelajaran kurikulum muatan lokal Lubuk Larangan dan Hutan Desa di Kabupaten Bungo - UNS Institu

0 1 16