Jenis-Jenis Pembiayaan Pembiayaan 1. Pengertian
barang modal, keperluan untuk perluasan usaha atau pendirian proyek baru serta fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan itu.
b. Pembiayaan menurut
jangka waktu, diantaranya:
13
1. Pembiayaan jangka waktu pendek yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun.
2. Pembiayaan jangka waktu menengah yaitu pembiayaan yang
dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun. 3. Pembiayaan jangka panjang yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan
waktu lebih dari 5 tahun. Kemudian jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan
dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva tidak produktif. a. Jenis aktiva produktif pada bank syariah dialokasikan dalam bentuk
pembiayaan sebagai berikut: 1. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, untuk jenis pembiayaan
dengan prinsip ini meliputi: a Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah atau qiradh secara bahasa
diambil dari kata al-qardhu yang berarti al-qath’u yaitu potongan.
Sebab pemilik memberikan potongan dari hartanya untuk diberikan kepada pengusaha agar menggunakan harta tersebut dan
13
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h. 22.
pengusaha akan memberikan potongan dari laba yang diperoleh. Sedangkan menurut istilah
mudharabah atau qiradh adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama atau
pemilik dana menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
14
Keuntungan usaha berdasarkan akad mudharabah ini
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, jika rugi maka risiko kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian bukan akibat dari kelalaian pengelola. Dengan kata lain
mudharabah adalah perjanjian antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha
tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
b Pembiayaan Musyarakah Istilah lain dari
musyarakah adalah syarikah atau syirkah. Secara etimologi
syirkah berarti pencampuran, yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta lainnya tanpa
dapat dibedakan antara keduanya.
15
14
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi dan Ilustrasi,
Yogyakarta: Ekonisia, 2004, h. 95.
15
Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah untuk IAIN PTAIS PTAIS dan Umum. Bandung:
Pustaka Setia, 2001, h. 183.
Dalam praktik perbankan syariah, musyarakah merupakan
akad bagi hasil ketika kedua atau lebih pengusaha pemilik danamodal bekerjasama sebagai mitra usaha, membiayai
investasi usaha baru atau yang sudah berjalan. Mitra usaha pemilik modal berhak ikut serta dalam menajemen perusahaan,
tetapi itu tidak merupakan keharusan. Para pihak dapat membagi pekerjaan mengelola usaha sesuai kesepakatan dan juga mereka
dapat meminta gajiupah untuk tenaga dan keahlian yang mereka curahkan untuk usaha tersebut.
16
2. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli, untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi:
a Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah istilah dalam Fikih Islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya
perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat
keuntungan margin yang diinginkan.
17
Murabahah pada awalnya merupakan konsep jual-beli yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pembiayaan.
16
Ascarya, akad dan Produk bank Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008,
h. 51.
17
Ibid, h. 82.
Namun demikian, bentuk jual-beli ini kemudian digunakan oleh perbankan syariah dengan menambah beberapa konsep lain
sehingga menjadi bentuk pembiayaan. Sehingga Murabahah
dapat diartikan sebagai suatu perjanjian antara bank dengan nasabah dalam bentuk pembiayaan pembelian atas sesuatu barang
yang dibutuhkan oleh nasabah.
18
Dalam pembiayaan ini, bank sebagai pemilik dana membelikan barang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan
oleh nasabah yang membutuhkan pembiayaan, kemudian menjualnya ke nasabah tersebut dengan penambahan keuntungan
tetap. Sementara itu, nasabah akan mengembalikan utangnya di kemudian hari secara tunai maupun cicil.
19
b Pembiayaan Salam Salam merupakan bentuk jual beli dengan pembayaran di
muka dan penyerahan barang di kemudian hari advanced
payment atau forward buying atau future sales dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal dan tempat penyerahan yang
jelas, serta disepakati sebelumnya dalam perjanjian.
20
18
Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2000, h. 62.
19
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 83.
20
Ibid, h. 90.
Salam bermanfaat bagi penjual karena mereka menerima pembayaran di muka.
Salam juga bermanfaat bagi pembeli karena pada umumnya harga dengan akad
salam lebih murah daripada harga dengan akad tunai.
Sebagai bentuk pembiayaan, akad salam dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan pedagang dan petani kecil sebagai penjual yang membutuhkan modal awal untuk dapat menjalankan
usahanya untuk memenuhi pesanan pembeli. Bentuk pembiayaan salam ini dapat juga dilakukan oleh perbankan syariah modern,
khususnya untuk membiayai sektor pertanian. Bank syariah dapat mengambil keuntungan dari perbedaan harga
salam yang lebih rendah daripada harga tunai. Untuk memastikan penyerahan
barang pada tanggal yang ditentukan, bank dapat meminta jaminan.
c Pembiayaan Istishna
Skim fikih lainnya yang juga populer digunakan dalam perbankan syariah adalah skim jual-beli
istishna. Transaksi istishna ini hukumnya boleh dan telah dilakukan oleh masyarakat
Muslim sejak masa awal tanpa adanya pihak ulama yang meningkarinya.
Dalam fatwa DSN-MUI dijelaskan bahwa jual-beli istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan pembeli dan penjual pembuat.
21
Istishna adalah memesan kepada perusahaan untuk memproduksi barang atau komoditas tertentu untuk
pembelipemesan. Istishna merupakan salah satu bentuk jual beli
dengan pemesanan yang mirip dengan salam yang merupakan
bentuk jual beli forwad yang dibolehkan oleh syariah.
Jika perusahaan mengerjakan untuk memproduksi barang yang dipesan dengan bahan baku dari perusahaan, maka
kontrakakad istishna muncul. Agar akad istishna menjadi sah,
harga harus ditetapkan di awal sesuai kesepakatan dan barang harus memilki sepesifikasi yang jelas yang telah disepakati
bersama. Dalam istishna pembayaran dapat di muka, dicicil
sampai selesai, atau dibelakang, serta istishna biasanya
diaplikasikan untuk industri dan barang manufaktur.
22
3. Pembiayaan dengan prinsip sewa, untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi:
a Pembiayaan Ijarah
21
Adiwarman Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi-III, Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2007, h. 125-126.
22
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 96-97.
Salah satu produk penyaluran dana dari bank syariah kepada nasabah adalah pembiayaan yang berdasarkan
perjanjianakad sewa-menyewa ijarah. Ijarah adalah transaksi
sewa-menyewa atas suatu barang atau upah-mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan
jasa.
23
Ijarah juga diinterpretasikan sebagai suatu akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.
Bentuk pembiayaan ini merupakan salah satu teknik pembiayaan ketika kebutuhan pembiayaan investor untuk
membeli aset terpenuhi, dan investor hanya membayar sewa pemakaian tanpa harus mengeluarkan modal yang cukup besar
untuk membeli aset tersebut.
24
Karena ijarah adalah akad yang
mengatur pemanfaatan hak guna tanpa terjadi pemindahan kepemilikan, maka banyak orang yang menyamakan
ijarah ini dengan
leasing.
25
23
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2007, h. 116.
24
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 101.
25
Adiwarman Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, h.140.
b Pembiayaan Ijarah Muntahia bi Tamlik Ijarah muntahia bi tamlik IMBT adalah transaksi sewa
dengan perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa di akhir periode sehingga transaksi ini diakhiri dengan alih
kepemilikan objek sewa.
26
Dalam ijarah muntahia bi tamlik, pemindahan hak milik
barag terjadi dengan salah satu dari dua cara berikut ini:
27
Pertama, pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa;
Kedua, pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewakan tersebut pada akhir masa sewa.
b. Jenis aktiva tidak produktif pada bank syariah dialokasikan dalam bentuk pembiayaan sebagai berikut:
1. Pinjaman Qardh
Salah satu produk perbankan syariah yang lebih mengarah kepada misi sosial ini adalah
qardh. Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau
dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam fikih klasik,
al-qardh dikategorikan dalam akad ta’awuniyah yaitu akad yang berdasarkan prinsip tolong-menolong.
26
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, h. 103.
27
Adiwarman Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan, h.149.
Dalam PBI No. 746PBI2005 qardh diartikan sebagai pinjam
meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam
jangka waktu tertentu.
28
Qardh termasuk produk pembiayaan yang disediakan oleh bank, dengan demikian bank tidak boleh mengambil keuntungan
berapapun darinya dan hanya diberikan pada saat keadaan emergency.
Bank terbatas hanya dapat memungut biaya administrasi dari nasabah. Nasabah hanya berkewajiban membayar pokoknya saja, dan untuk
jenis qardh al-hasan pada dasarnya nasabah apabila memang dalam
keadaan tidak mampu ia tidak perlu mengembalikannya.
29