Financing to Deposit Ratio FDR
Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pembiayaan Yang Disalurkan FDR =
--------------------------------------- x 100
Dana Pihak Ketiga
FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat diimbangi
kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan
kredit.
31
Semakin besar tingkat FDR maka semakin baik pula bank tersebut dapat menjalankan fungsi intermediasinya, dikarenakan dana pembiayaan
adalah dana yang dibutuhkan dalam investasi sehingga dapat menggerakkan sektor riil dan diharapkan mampu untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Begitu pula sebaliknya, bila FDR syariah tidak disalurkan dengan baik maka dampaknya adalah pergerakkan sektor riil menjadi terhambat,
begitu juga dengan dana masyarakat yang menganggur idle money, dapat
31
Iim Fatimah, “Analisis Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Tbk”, Skripsi S1 Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 43.
berpengaruh terhadap jumlah uang yang beredar atau dapat digunakan sebagai tujuan spekulatif yang bisa menekan nilai tukar rupiah bahkan
infalsi.
32
Akan tetapi semakin tinggi rasio tersebut, memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini
disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.
33
Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Sedangkan praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman
dari FDR Financing to Deposit Ratio suatu bank adalah sekitar 80.
Namun, batas toleransinya antara 85 sampai 100.
34
Berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam surat edaran Bank Indonesia No. 265BPPP
tanggal 29 mei 1993, besarnya FDR atau LDR ditetapkan oleh BI tidak boleh melebihi 110. Dengan ketentuan ini berarti bank boleh memberikan kredit
atau pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga asalkan tidak melebihi dana pihak ketiga.
35
32
Iim Fatimah, “Analisis Pengaruh CAR, FDR, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas pada PT. Bank Muamalat Indonesia. Tbk”, h. 43.
33
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h. 116.
34
Ibid, h. 117.
35
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h.55.
Dengan ditetapkannya batas maksimum pemberian kredit pembiayaan dan FDR yang harus diperhatikan oleh bank syariah, maka
bank syariah tidak dapat begitu saja serampangan melakukan ekspansi pembiayaan dengan hanya bertujuan untuk memperoleh keuntungan sebesar-
besarnya atau untuk secepatnya dapat membesarkan jumlah asetnya. Karena hal itu akan membahayakan kelangsungan hidup bank tersebut dan lebih
lanjut akan membahayakan dana simpanan para nasabah yang menyimpan dana pada bank itu.
36