Pengaruh Keuntungan Relatif terhadap Adopsi Inovasi Program Bina Keluarga Balita BKB

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Inovasi terhadap Adopsi Inovasi Program Bina Keluarga

Balita Karakteristik inovasi dalam penelitian ini adalah keuntungan relatif, keserasian, kerumitan, dapat dicoba dan dapat dilihat.

5.1.1. Pengaruh Keuntungan Relatif terhadap Adopsi Inovasi Program Bina Keluarga Balita BKB

Berdasarkan hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa ada hubungan antara keuntungan relatif dengan adopsi inovasi program BKB, karena nilai p=0,000. Setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik, menunjukkan ada pengaruh keuntungan relatif terhadap adopsi inovasi program BKB karena nilai p=0,0370,05. Artinya suatu inovasi akan diterima apabila mempunyai keuntungan, semakin banyak keuntungan yang dirasakan maka inovasi program BKB semakin mudah diadopsi. Dalam hubungannya dengan tingkat adopsi, semakin tinggi keuntungan relatif yang diperoleh dari suatu inovasi, tingkat adopsi juga semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan oleh Rogers 1983, inovasi akan lebih mudah diterima oleh masyarakat jika memiliki karakteristik inovasi dengan keuntungan baik dari segi ekonomi hingga kepuasan yang dapat diterima oleh masyarakat. Jika dilihat dari jawaban responden sebanyak 53,3 yang mengatakan Universitas Sumatera Utara bahwa program Bina Keluarga Balita BKB memiliki manfaat, sehingga keberadaan inovasi ini dapat bertahan lama dimasyarakat. Proses keputusan inovasi dibuat melalui sebuah cost-benefit analysis yang mana rintangan terbesarnya adalah ketidakpastian uncertainty. Orang akan mengadopsi suatu inovasi jika mereka merasa percaya bahwa inovasi tersebut akan memenuhi kebutuhan. Jadi mereka harus percaya bahwa inovasi tersebut akan memberikan keuntungan relatif pada hal apa yang digantikannya. Ketidakpastian dari hasil-hasil inovasi ini masih akan menjadi masalah. Klien dalam hal ini adalah masyarakat, akan memerlukan bantuan teknis dari agen perubahan untuk mengurangi tingkat ketidakpastian dari suatu inovasi. Rogers menggambarkan The Innovation Decision Process proses keputusan inovasi sebagai kegiatan individu untuk mencari dan memproses informasi tentang suatu inovasi sehingga dia termotivasi untuk mencari tahu tentang keuntungan atau kerugian dari inovasi tersebut yang pada akhirnya akan memutuskan apakah dia akan mengadopsi inovasi tersebut atau tidak. Proses keputusan inovasi ini dimulai dengan Knowledge Stage. Pada tahapan ini suatu individu belajar tentang keberadaan suatu inovasi dan mencari informasi tentang inovasi tersebut. Apa?, bagaimana?, dan mengapa? Merupakan pertanyaan yang sangat penting pada knowledge stage ini. Selama tahap ini individu akan menetapkan “ Apa inovasi itu? bagaimana dan mengapa ia bekerja?. Menurut Rogers, pertanyaan ini akan membentuk tiga jenis pengetahuan knowledge: Universitas Sumatera Utara 1. Awareness-knowledge merupakan pengetahuan akan keberadaan suatu inovasi. Pengetahuan jenis ini akan memotivasi individu untuk belajar lebih banyak tentang inovasi dan kemudian akan mengadopsinya. 2. How-to-knowledge, yaitu pengetahuan tentang bagaimana cara menggunakan suatu inovasi dengan benar. Rogers memandang pengetahuan jenis ini sangat penting dalam proses keputusan inovasi. Untuk lebih meningkatkan peluang pemakaian sebuah inovasi maka individu harus memiliki pengetahuan ini dengan memadai berkenaan dengan penggunaan inovasi ini. 3. Principles-knowledge, yaitu pengetahuan tentang prinsip-prinsip keberfungsian yang mendasari bagaimana dan mengapa suatu inovasi dapat bekerja. Suatu inovasi dapat diterapkan tanpa pengetahuan ini, akan tetapi penyalahgunaan suatu inovasi akan mengakibatkan berhentinya inovasi tersebut. Peranan para agen perubahan sangat memengaruhi dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat akan keuntungan dari sebuah inovasi. Para agen perubahan sangat mempunyai peranan penting pada proses keputusan inovasi. Peran agen perubahan dalam inovasi program Bina Keluarga Balita adalah memperkenalkan pada masyarakat dengan memberikan informasi yang pasti tentang program Bina Keluarga Balita yang tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang program BKB. Dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang program tersebut, maka masyarakat merasakan bahwa program BKB merupakan suatu kebutuhan yang sangat bermanfaat dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan balita sehingga Universitas Sumatera Utara masyarakat dengan mudah memutuskan untuk mengadopsi dan jika informasi yang diberikan kurang maka masyarakat tidak merasa memerlukan akan inovasi tersebut. Menurut Notoadmodjo 2007 yang mengutip pendapat Katz 1960, timbulnya tindakan seseorang dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz juga mengatakan bahwa tindakan itu memiliki fungsi intrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak terhadap obyek demi pemenuhan kebutuhan hidupnya.

5.1.2. Pengaruh Keserasian terhadap Adopsi Inovasi Program Bina Keluarga Balita BKB