Pengaruh Keserasian terhadap Adopsi Inovasi Program Bina Keluarga Balita BKB

masyarakat dengan mudah memutuskan untuk mengadopsi dan jika informasi yang diberikan kurang maka masyarakat tidak merasa memerlukan akan inovasi tersebut. Menurut Notoadmodjo 2007 yang mengutip pendapat Katz 1960, timbulnya tindakan seseorang dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz juga mengatakan bahwa tindakan itu memiliki fungsi intrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak terhadap obyek demi pemenuhan kebutuhan hidupnya.

5.1.2. Pengaruh Keserasian terhadap Adopsi Inovasi Program Bina Keluarga Balita BKB

Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara keserasian dengan adopsi inovasi program BKB, karena nilai p=0,881, demikian juga pada hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh keserasian terhadap adopsi inovasi program BKB. Hasil uji ini menunjukkan bahwa karakteristik inovasi dengan keserasian, ternyata tidak menjadi bahan pertimbangan dan tidak mempunyai pengaruh dalam memutuskan untuk menentukan pilihan menerima atau menolak inovasi. Program Bina Keluarga Balita yang merupakan inovasi baru tidak akan dengan mudah diterima masyarakat. Faktor keserasian inovasi dengan kebutuhan dan sosial budaya setempat sangat penting diperhatikan dalam mendesiminasi inovasi kepada masyarakat. Suatu unsur budaya seperti tata nilai dan sikap sangat berpengaruh dalam proses difusi inovasi. Tata nilai berhubungan dengan tingkat kepentingan seseorang sehingga menjadi penting dalam mempengaruhi perilaku Universitas Sumatera Utara individu sedangkan sikap merupakan suatu proses dalam bertindak yang berdasarkan pada tata nilai yang ada. Menurut Rogers 1983, pengadopsian ini harus diperkuat oleh karakteristik inovasi yakni keserasian. Mereka sulit mengadopsi inovasi yang tidak dibutuhkan dan tidak sesuai dengan yang sudah mereka miliki sebelumnya. Keserasian program Bina Keluarga Balita sudah ada namun pada kenyataannya program BKB tidak diadopsi dan dimanfaatkan dengan baik. Jika dilihat dari jawaban responden sebanyak 45,0 tidak setuju bahwa program BKB merupakan suatu kebutuhan dan sebanyak 66,7 responden tidak setuju program BKB sesuai dengan kebutuhan ibu balita dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan balita. Bagi masyarakat Kelurahan Kwala Bingai program BKB ini kurang menarik, karena masyarakat berasumsi bahwa pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita dapat dilakukan di rumah tanpa ikut serta dalam program BKB. Pandangan masyarakat sendiri tentang kegiatan program BKB yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga dalam mengusahakan tumbuh kembang anak secara optimal, antara lain dengan stimulus mental dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif APE, masyarakat berasumsi bahwa pengalaman para orang tua mereka sendiri sebagai tempat untuk bertanya karena telah berpengalaman dalam membesarkan dan mendidik anak-anak mereka yang tercermin pada diri mereka sendiri. Universitas Sumatera Utara

5.1.3. Pengaruh Kerumitan terhadap Adopsi Inovasi Program Bina Keluarga Balita BKB