Fase dalam Stres Reaksi- Reaksi Terhadap Stres

nonspesifik membantu tubuh menyesuaikan diri dan kembali pada keadaannya yang normal yang disebut homeostatis. Stres mengaktifkan sistem syaraf simpatik dan sistem neurohormonal yang kompleks yang disebut hypothalamic-pituitary- adrenocortical axis untuk mempersiapkan individu itu untuk berjuang atau lari dari masalah. Stres juga diterangkan sebagai suatu istilah yang digunakan dalam ilmu perilaku dan ilmu alam untuk mengindikaskan situasi atau kondisi fisik, biologis dan psikologis organisme yang memberikan tekanan pada organisme itu sehingga ia berada diatas ambang batas kekuatan adaptifnya. Menurut Lazzarus dalam Kumolohadi, 2001 stres terjadi ketika seseorang individu dihadapkan dengan situasi yang dinilai sebagai yang mengancam secara pribadi dan dimana sumber- sumber penanganan yang adekuat tidak tersedia. Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu respon dari organisme yang mengindikasikan situasi atau kondisi fisik, biologis dan psikologis individu dihadapkan dengan sutuasi yang dinilai mengancam secara pribadi sehingga ia berada diatas ambang batas kekuatannya. Peneliti memasukkan teori defenisi stres, sebagai tambahan informasi kepada pembaca mengenai stres

2. Fase dalam Stres

Ada tiga fase dalam stres Kumolohadi ,2001 yaitu : 1. Fase Reaksi yang Mengejutkan Alarm Reaction yaitu reaksi yang mengejutkan, individu secara fisiologis merasakan adanya ketidakberesan Universitas Sumatera Utara seperti jantungnya berdegup kencang,keluar keringat dingin,muka pucat, leher tegang,nadi bergerak cepat dan sebagainya. Fase ini dengan mudah dapat dikenali, fase ini merupakan pertanda awal seseorang terkena stres. Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa individu yang berada pada fase ini akan menunjukkan reaksi fisiologis dan fase ini merupakan tanda awal seseorang terkena stres. 2. Fase Perlawanan yaitu tubuh membuat mekanisme perlawanan terhadap stres, sebab pada tingkat tertentu, stres akan membahayakan. Tubuh dapat mengalami disfungsi, bila stres dibiarkan berlarut-larut. Selama masa perlawanan tersebut, tubuh harus cukup tersuplai oleh gizi yang seimbang, karena tubuh sedang melakukan kerja keras. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa individu yang berada pada fase ini akan melawan stres agar tidak membahayakan. 3. Fase Keletihan yaitu fase disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan perlawanan. Akibat yang parah bila seseorang sampai pada fase ini adalah bagian-bagian tubuh yang lemah seperti dapat terserang penyakit jantung koroner, kalau lambungnya lemah dapat terkena maag atau bahkan tukak lambung dan sebagianya. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa individu yang berada pada fase ini akan cenderung pasrah terhadap stres. Peneliti memasukkan teori fase-fase yang terjadi dalam stres karena fase- fase dalam stres akan mempengaruhi reaksi penderita kelumpuhan pascastroke terhadap stres mereka. Universitas Sumatera Utara

3. Reaksi- Reaksi Terhadap Stres

Reaksi- reaksi seseorang terhadap stres dapat dikategorikan dalam tiga bentuk deviasi Kumolohadi, 2001 yaitu : 1. Deviasi Fisiologis yaitu stres berdampak secara fisik yaitu mempengaruhi kesehatan. Stres telah dilibatkan sebagai sebuah faktor dalam masalah- masalah. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa menurut deviasi ini stres akan berdampak kepada masalah kesehatan individu yang terkena stres. 2. Deviasi Perilaku yaitu stres dapat terlihat dari perilaku, yaitu cenderung untuk makan berlebihan atau tidak mau makan sama sekali, tidak dapat tidur insomnia, banyak mengkonsumsi rokok dan minuman keras atau memakai obat-obat terlarang. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa menurut deviasi ini stres akan berdampak kepada masalah perilaku orang yang terkena stres. 3. Deviasi Psikologis yaitu stres dapat mengakibatkan munculnya reaksi- reaksi emosi yaitu rasa cemas, terlalu sensitif, mudah marah, tertekan, dan merasa bersalah. Pada saat muncul reaksi-reaksi emosi ini, individu kurang dapat berpikir secara sistematis untuk memecahkan masalah, selain itu juga penilaian negatif tentang diri sendiri. Luthans Kumolohadi, 2001 mengatakan bahwa gejala yang nampak pada individu yang stres berat adalah mudah marah,mudah cemas,gugup,cepat tersinggung dan merasa bosan. Universitas Sumatera Utara Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa menurut deviasi ini stres akan berdampak kepada masalah psikologis orang yang terkena stres. Peneliti memasukkan teori reaksi–reaksi terhadap stres karena reaksi penderita terhadap stres yang dialami akan mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis penderita kelumpuhan pascastroke .

D. Coping 1. Defenisi Coping