Pasien tidak mampu melakukan beberapa aktivitas seperti sebelumnya, tetapi tetap dapat melakukan sendiri tanpa bantuan
orang lain. 4
Kecacatan derajat 3 Sedang Pasien memerlukan bantuan orang lain, tetapi masih mampu
berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain, walaupun mungkin membutuhkan tongkat.
5 Kecacatan derajat 4 Sedang
Pasien tidak dapat berjalan tanpa bantuan orang lain, perlu bantuan orang lain untuk menyelesiakan sebagian aktivitas diri seperti
mandi, pergi ketoilet, merias diri, dan lain-lain. 6
Kecacatan derajat 5 Berat pasien terpaksa terbaring ditempat tidur dan kegiatan buang air dan
besar dan kecil tidak terasa inkotinesia, memerlukan perawatan dan perhatian.
Peneliti memasukkan skala kecacatan stroke tersebut mengingat bahwa asumsi peneliti yang menganggap bahwa tingkat keparahan dari kelumpuhan yang
dialami oleh penderita pascastroke akan berdampak pada penyesuaian individu tersebut.
3. Masalah Psikologis Pascastroke
Pada saat individu mengalami penyakit kronis seperti stroke, maka individu dan keluarganya akan mengalami goncangan dan ketakutan, hal ini
Universitas Sumatera Utara
disebabkan sesuatu yang dialami tidak pernah diduga sebelumnya. Shimberg 1998 menyatakan bahwa penyakit stroke dapat mempengaruhi psikologis
penderita pascastroke, ada beberapa masalah psikologis yang dirasakan oleh penderita pascastroke yaitu :
a. Kemarahan Kebanyakan penderita stroke, mengekspresikan amarahnya adalah
hal yang sulit bahkan seringkali merasa tidak mau patuh, melawan perawat, dokter dan ahli terapinya. Mereka juga bisa memaki-maki
dengan kata-kata yang menyakitkan dan memukul secara fisik. Penderita juga sering memiliki amarah yang meledak-ledak.
b. Isolasi Penderita kelumpuhan akibat stroke dapat mengakibatkan individu
melakukan penarikan diri terhadap lingkungan, karena perasaan mereka sering terluka karena sering tidak diperdulikan oleh orang
lain. Sering sekali teman-teman mereka meninggalkan mereka sendirian karena tidak
tahu bagaimana harus bereaksi dengan penderita kelumpuhan tersebut.
c. Kelabilan Emosi Penderita
stroke memiliki reaksi-reaksi emosional yang membingungkan. Kelabilan emosi merupakan gejala yang aneh,
terkadang penderita stroke tertawa atau menangis tanpa alasan yang jelas.
Universitas Sumatera Utara
d. Kecemasan Yang Berlebihan Sebahagian penderita mungkin memperlihatkan rasa ketakutannya
ketika keluar rumah, keadaan ini dinamakan agorafobia. Hal ini terjadi karena mereka merasa malu ketika bertemu dengan orang
lain, sekalipun dengan teman lamanya. Perasaan malu ini mungkin timbul akibat adanya gangguan pada kemampuan bicara dan
kelumpuhannya. e. Depresi
Depresi adalah perasaan marah yang berlangsung di dalam batin, bebrapa depresi tidak hanya bersifat reaktif, tetapi penderita
kelumpuhan pascastroke akan bereaksi terhadap semua
kehilangannya dan merasa putus asa. Gangguan depresi merupakan gangguan emosi yang paling sering dikaitkan dengan stroke.
Berbagai reaksi yang dapat terjadi pada penderita kelumpuhan pascastroke dapat mengakibatkan masalah psikologis bagi penderita. Peneliti memasukka teori
ini mengingat bahwa masalah psikologis yang dialami oleh penderita kelumpuhan pascastroke dapat menyebabkan individu mengalami penderitaan sehingga dapat
menimbulkan stres.
C. Stres 1. Defenisi Stres