kondisi cacat yang dialami penderita. Penderita kelumpuhan pascastroke biasanya menjadi pribadi yang pemurung, putus asa, sedih, mudah tersinggung dan kecewa.
Dari defenisi diatas dapat kita simpulkan bahwa penderita kelumpuhan pascastroke adalah kondisi dimana individu setelah terserang stroke yang
mengakibatkan kelumpuhan pada individu yang berdampak pada fisik dan psikologis individu tersebut. Peneliti memasukkan teori defenisi penderita
kelumpuhan pascastroke, sebagai tambahan informasi kepada peneliti, agar peneliti mengetahui defenisi penderita kelumpuhan pascastroke dan akibat yang
ditimbulkan oleh kelumpuhan pascastroke.
2. Gejala dan Tanda yang Diakibatkan oleh Stroke
Junaidi 2004 menyatakan bahwa stroke mengakibatkan individu mengalami keterbatasan dalam hidupnya. Gangguan fisik tersebut adalah :
a. Adanya serangan defisit neurologis kelumpuhan fokal, seperti: hemispares yaitu kelumpuhan pada sebelah badan yang kanan atau kiri
saja. b. Baal atau mati rasa sebelah badan, sering terasa kesemutan dan
terkadang seperti terasa terbakar. c. Mulut mencong, hal ini disebabkan karena lidah mencong apabila
diluruskan, sehingga individu mengalami kesulitan untuk berbicara, kata-kata yang diucapkan berupa pelo, rero, sengau dan kata-katanya
kurang dapat dipahami.
Universitas Sumatera Utara
d. Sulit untuk makan dan menengguk minuman. Fungsi menelan pada penderita pascastroke mengalami penurunan, karena fungsi menelan
dikendalikan oleh saraf yang berasal dari kedua hemisfer otak. e. Mengalami kekakuan ataupun kesulitan ketika berjalan, hal ini
diakibatkan kelumpuhan pada penderita pascastroke. f. Pendengaran yang kurang baik
g. Gerakan tidak terkoordinasi, kehilangan keseimbangan, sempoyongan, atau kehilangan koordinasi sebelah badan.
h. Gangguan kesadaran seperti pingsan bahkan sampai koma Masalah fisik yang dihadapi oleh penderita kelumpuhan pascastroke
sangat berdampak pada aktivitas sehari-hari individu. Keterbatasan yang dialami oleh penderita kelumpuhan pacsastroke akan sangat mempengaruhi kehidupan
penderita. Untuk melihat tingkat keparahan kelumpuhan atau kecacatan stroke, berikut ada skala yang digunakan yaitu skala kecacatan stroke the modified
rankin scale: 1
Kecacatan derajat 0 Tidak ada gangguan fungsi.
2 Kecacatan derajat 1.
Hampir tidak ada gangguan fungsi pada aktivitas sehari-hari atau gangguan minimal. Pasien mampu melakukan tugas dan kewajiban
sehari-hari. 3
Kecacatan derajat 2 Ringan
Universitas Sumatera Utara
Pasien tidak mampu melakukan beberapa aktivitas seperti sebelumnya, tetapi tetap dapat melakukan sendiri tanpa bantuan
orang lain. 4
Kecacatan derajat 3 Sedang Pasien memerlukan bantuan orang lain, tetapi masih mampu
berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain, walaupun mungkin membutuhkan tongkat.
5 Kecacatan derajat 4 Sedang
Pasien tidak dapat berjalan tanpa bantuan orang lain, perlu bantuan orang lain untuk menyelesiakan sebagian aktivitas diri seperti
mandi, pergi ketoilet, merias diri, dan lain-lain. 6
Kecacatan derajat 5 Berat pasien terpaksa terbaring ditempat tidur dan kegiatan buang air dan
besar dan kecil tidak terasa inkotinesia, memerlukan perawatan dan perhatian.
Peneliti memasukkan skala kecacatan stroke tersebut mengingat bahwa asumsi peneliti yang menganggap bahwa tingkat keparahan dari kelumpuhan yang
dialami oleh penderita pascastroke akan berdampak pada penyesuaian individu tersebut.
3. Masalah Psikologis Pascastroke