Aplikasi Bermain, Permainan, dan Olahraga

C. Aplikasi Bermain, Permainan, dan Olahraga

Buku dengan judul “ The Principles of physical education ” yang ditulis oleh Williams (1990:144) menjelaskan perkembangan kegiatan bermain, permainan, olahraga, dan festival merupakan elaborasi dari kegiatan rasial dahulu kala. Kegiatan yang melibatkan fisik ini sebenarnya bukan merupakan hal yang baru. Dalam kebudayaan dahulu manusia telah melakukannya untuk mempertahankan hidupnya. Deskripsi tersebut koheren dengan teori rekapitulasi yang ditawarkan oleh Granville S. Hall. Ia menjelaskan dalam teori rekapitulasinya bahwa individu yang terlibat dalam kegiatan bermain, permainan, dan olahraga hanya merupakan hasil pengulangan dari pengalaman atau kegiatan yang dilakukan oleh leluhurnya pada masa lampau. Setiap aktivitas dan kegiatan hanya direplikasi kembali dengan sedikit modifikasi sebagai unsur “kekinian”. Namun sejalan dengan perkembangan zaman dan intervensi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks), maka kegiatan fisik ini mulai dikastasisasi pada setiap jenjang kegiatan (bermain, permainan, dan olahraga) dengan tujuan dan kepentingannya masing-masing.

Jusuf Blegur & M. Rambu P. Wasak  49

Dipertandingkan dipertandingkan

Tidak

( contest )

Intelektual Fisik ( sport )

Gambar 2.8

Hubungan antara bermain, permainan, dan olahraga (Guttman dalam Dwiyogo, 2010:18)

Guttman mengeksplanasikan hubungan antara bermain, permainan, dan olahraga. Pendapatnya selanjutnya dikutip oleh Freeman bahwa bermain adalah bentuk kegiatan yang tidak produktif untuk menyenangkan diri sendiri. Bermain sendiri dikelompokkan menjadi dua, yaitu spontanitas dan permainan ( games ). Permainan merupakan kegiatan bermain yang diorganisasikan. Selanjutnya permainan dikelompokkan lagi menjadi dua, yaitu tidak dipertandingkan dan yang

50  Bermain, Permainan, dan Olahraga: Teori dan Aplikasi 50  Bermain, Permainan, dan Olahraga: Teori dan Aplikasi

Meskipun sama-sama menggunakan media fisik dalam implementasinya dan memiliki konformitas yang tinggi satu dengan lainnya, kegiatan bermain, permainan, dan olahraga memiliki karaktertistik mendasar yang dapat dibedakan antara satu dengan lainnya. Bermain merupakan suatu kegiatan sukarela, yang dilakukan dalam batas-batas ruang dan waktu tertentu yang sudah ditetapkan, menurut aturan yang telah diterima secara sukarela, tapi mengikat sepenuhnya, dengan tujuan dalam dirinya, disertai oleh perasaan gembira dan tegang, dan kesadaran “lain daripada kehidupan sehari- hari”. Selanjutnya Kumar, et al . (2011:65) membatasi kegiatan bermain merupakan latihan fisik yang tidak memiliki produk. Hal ini dilakukan pada dasarnya untuk kepentingan diri sendiri. Bermain ( play) memiliki karakteristik: 1) Terpisah dari batasan ruang dan waktu; 2) Bebas dari segala paksaan untuk berpartisipasi dalam bermain; 3) Kegiatan bermain tidak direcanakan sebelumnya dan hasilnya tidak menentu; 4) Hasil dari kegiatan bermain tidak murni dan permanen; 5) Kegiatan bermain tidak bergantung pada peraturan yang baku dan standar, melainkan pada situasi dan kondisi yang terjadi selama kegiatan bermain atau sifatnya kondisional; dan 6)

Jusuf Blegur & M. Rambu P. Wasak  51

Kegiatan bermain merupakan bagian dari kegiatan kehidupan yang nyata dan konkrit.

Keinginan individu untuk terlibat dalam kegiatan bermain adalah untuk mendapatkan “kebahagiaan” (Webb, 1999:25). Ketika anak-anak bermain, sangat jarang mereka mengukur persaingan secara formal atau merayakan kemenangan maupun menyesali kekalahannya. Bermain adalah bermain, tidak lebih maupun tidak kurang untuk simbol materialisnya. Bermain di luar kehidupan sehari-hari adalah normal, memiliki kualitas khusus yang esensial untuk anak-anak. Ini adalah “pelarian” dan “dongeng” serta menjadi kegiatan yang diinginkan anak-anak. Tidak ada aturan, selain yang dikenakan oleh para pemain, tidak ada batas selain imajinasi, dan tidak ada konsekuensi selain kegembiraan (Laker, 2002:10). Salah satu medan yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan permainan adalah dalam pembelajaran Penjasorkes. Desain permainan yang ditawarkan guru dapat meleb urkan perilaku “jenuh” menggunakan intrik kognitif dari anak untuk memulai kegiatan fisiknya selama proses pembelajaran. Intrik kognitif sebagai keajaiban yang merangsang dan memotivasi secara intrinsik individu untuk secara sukarela terlibat dalam kegiatan bermain (Farenga, et al ., 2010:125).

Permainan ( games ) merupakan level lanjutan dari bermain ( play ) yang terorganisasi dan bentuknya lebih kompleks, yaitu semua kegiatan tersebut telah terarah dan terukur dengan membentuk suatu peraturan untuk disepakati secara bersama dengan kelembagaan yang resmi dan terstandarisasi. Senada dengan paparan Bettelheim (Hartati, dkk., 2012:11) bahwa permainan adalah kegiatan yang ditandai oleh aturan serta pesyaratan-persyaratan yang disetujui bersama dan ditentukan dari luar untuk melakukan kegiatan dalam tindakan yang

52  Bermain, Permainan, dan Olahraga: Teori dan Aplikasi 52  Bermain, Permainan, dan Olahraga: Teori dan Aplikasi

Di dalam permainan, faktanya adalah bahwa kebanyakan orang rela terlibat dalam tugas-tugas yang sulit dan bahkan sulit jika tugas-tugas dalam konteks permainan. Ini adalah alasan untuk mengambil keterampilan dan “membungkus” anak dalam kegiatan menyenangkan untuk memanfaatkan kekuatan permainan dalam proses pembelajarannya. Fitur yang membuat beberapa permainan menyenangkan dan mudah, tapi perlu diketahui bahwa anak juga menikmati tantangan, persaingan yang adil, melihat ke realitas lain dalam kehidupan, dan sedikit kejutan. Setiap permainan adalah kesempatan untuk membawa media untuk praktik keterampilan dengan cara yang meningkatkan “kecerdasan menyenangkan” dan pemicu keinginan untuk terlibat dalam permainan lagi (Ludewig & Swan, 2007:xi). Selanjutnya Laker (2002:6) menambahkan bahwa olahraga dalam penyamaran pembelajaran Penjasorkes memiliki peran besar untuk pendidikan orang muda. Dengan demikian, kegiatan permainan dan pembelajaran Penjasorkes memiliki andil yang besar dalam upaya pembangunan manusia seutuhnya.

Olahraga ( sport ) mengandung unsur gerak sebagai prinsip dasar yang bertujuan mengolah manusia seutuhnya. Manusia seutuhnya adalah adalah kesatuan psikofisik dan kesatuan jiwanya. Olahraga bukan hanya mengenai pengetahuan keterampilan dan teknik, akan tetapi juga sikap mental (Nurhasan, dkk., 2005:92). Dari definisi tersebut, maka olahraga juga

Jusuf Blegur & M. Rambu P. Wasak  53 Jusuf Blegur & M. Rambu P. Wasak  53

kecenderungan yang membawanya ke dalam hubungan yang dekat dengan ideologi, profesi, organisasi, pendidikan, dan ilmu.

dilaksanakan

bersama

Play characteristics Separate

Free