Permainan Kecil: Bagaimana Prinsip Pengembangannya?
D. Permainan Kecil: Bagaimana Prinsip Pengembangannya?
Untuk mengatur prinsip-prinsip desain permainan pendidikan, banyak penulis telah menggunakan perspektif yang holistik. Ini berarti bahwa prinsip-prinsip desain harus dilihat dalam konteks koherensi lingkungan fisik dan sosial masyarakat. Prinsip-prinsip desain yang berhubungan dengan dunia di mana permainan ini akan dilaksanakan. Hal ini berarti mengintegrasikan pemikiran, perasaan, pemahaman, berperilaku, kebudayaan, dan konteks dari traiblazer permainan. Yang paling penting dalam mengembangkan prinsip-prinsip desain untuk permainan pendidikan adalah bahwa permainan yang baik melibatkan siswa dan guru, dan interaksi antara bermain permainan, siswa dan guru menciptakan beberapa peluang
74 Permainan Kecil dan Perkembangan Gerak Pada Manusia 74 Permainan Kecil dan Perkembangan Gerak Pada Manusia
1. Menjaga unsur kenyamanan dan keselamatan anak
Unsur kenyamanan dalam keselamatan bagi anak sebagai pertimbangan mutlak bagi guru/ fasilitator dalam tahap penyusunan permainan kecil. Pada saat bergerak atau bermain anak harus dalam situasi dan kondisi yang tidak membahayakan dirinya untuk mengoptimalisasi kegiatan fisik anak. Intensitas gerak yang dominan dan tinggi, maka potensi terjadinya cidera pun relatif tinggi jika tidak dilakukan persiapan terhadap lingkungan (sarana dan prasarana permainan) dan kondisi fisik anak ( warming-up ).
4 Gambar 3.2
Contoh permukaan lapangan yang aman dan nyaman untuk melaksanakan kegiatan permainan kecil
Prasarana (lapangan) yang dipilih untuk melaksanakan permainan kecil, sebaiknya dicarikan lapangan dengan
Jusuf Blegur & M. Rambu P. Wasak 75 Jusuf Blegur & M. Rambu P. Wasak 75
Model implementasi permainan pun (peraturannya) perlu digaris bawahi secara baik selain sarana dan prasarana pendukung kegiatan motorik anak. Misalnya dalam peraturan permainan hitam-hijau jika regu yang namanya disebutkan, maka harus berlari lurus sesuai dengan lintasan yang disiapkan, namun jika anak berlari sesuai keinginannya ( random ), maka potensi cidera sangat tinggi. Karena jika demikian, secara spontanitas anak berlari secara random dan saling berbenturan atau bertabrakan satu dengan yang lainnya karena masing-masing anak berusaha menghindari tangkapan dari regu lawan.
2. Sesuai karakteristik anak
Pada saat mendesain dan mengembangankan permainan, guru/ fasilitator harus secara baik memperhatikan dan mempertimbangkan karakteristik anak. Karakteristik anak mempengaruhi tingkat paritisipasinya dalam permainan
76 Permainan Kecil dan Perkembangan Gerak Pada Manusia 76 Permainan Kecil dan Perkembangan Gerak Pada Manusia
Pengaruh
Kema- belajar
Modal belajar Ras
Pengaruh Asal lainnya geografis
Karakterisitik anak
Pengaruh Jenis keluarga kelamin
Pengaruh Pilihan agama
seksual Kese-
Status
hatan Pengaruh ekonomi budaya
Gambar 3.3
Karakteristik anak dari Lang dan Evans (Musfah, 2011:34) Baik kondisi fisik, gaya belajar, modal belajar,
kesehatan, kebudayaan, agama, jenis kelamin, dan usia antara setiap anak sangat beragam atau bervariasi (lihat gambar 3.3).
Jusuf Blegur & M. Rambu P. Wasak 77
Dari kebergaman ini, guru/ fasilitator harus dapat mendesain permainan yang mampu mengekualisasi keberagaman tersebut sehingga mendorong anak-anak untuk terlibat aktif dalam
pengembangan potensinya. Misalnya guru mendapatkan kelompok belajar yang anak-anaknya memiliki masalah kesehatan (asma, jantung, paru, dsb.), maka kegiatan bermain harus diperhatikan aktivitas geraknya yang tidak terlalu aktif dan berlangsung lama agar tidak menimbulkan masalah berlebihan pada saat anak bermain.
Hal lainnya yang sangat menjadi permasalahan dalam kegiatan bermain adalah perbedaan jenis kelamin/ gender. Masalah ini tidak begitu nampak pada saat anak dalam usia dini. Pada usia ini, anak-anak lebih cenderung pada eksplorasi keadaannya untuk kegiatan bermain, namun ketika memasuki usia remaja atau dewasa anak-anak lebih enggan dengan lawan jenisnya (sensitif dan protektif). Untuk itu, guru/ fasilitator dapat mengelompokkan kegiatan permainan berdasarkan karakteristik jenis kelamin anak sehingga kegiatan bermain lebih luwes dan dinamis.
3. Pemberdayaan kebudayaan secara optimal
Salah satu prinsip yang dituangkan dalam pengembangan permainan kecil adalah permberdayaan kebudayan secara optimal. Pada pembahasan sebelumnya (lihat bab 1) intervensi kebudayaan sangat penting dalam menunjang olahraga prestasi (secara konvensional maupun moderen), meskipun tidak digeneralisasi, namun minimal telah memberikan pengenalan gerak sesuai dengan kecabangan yang menjadi dominasi kegiatan motorik anak.
Guru/ fasilitator hendaknya mengakomodir kebudayaan setempat dalam bentuk permainan yang dimodifikasi untuk
78 Permainan Kecil dan Perkembangan Gerak Pada Manusia 78 Permainan Kecil dan Perkembangan Gerak Pada Manusia
Buku ini juga mencoba untuk mencontohkan beberapa permainan dalam nuansa kebudayaan Sumba yang telah dimodifikasi baik medianya maupun peraturan permainannya seperti dalam permainan pelempar jitu versi 3 (pasola). Pada permainan sebenarnya, di mana setiap pemain akan saling beradu kuat, cepat, dan tepat untuk melakukan lemparan (kayu) ke arah lawan di atas tunggangan seekor kuda. Tentu warisan kebudayaan ini harus dipertahankan karena tersirat nilai antropologis dan sosiologis yang tinggi serta dapat digunakan untuk kepentingan ekonomis.
4. Mobilisasi kegiatan fisik yang tinggi
Prinsip dan esensitas dalam pertumbuhan dan perkembangan anak adalah dengan adanya keterlibatan unsur fisik atau gerak. Kegiatan bermain apapun jenisnya, sudah tentu membutuhkan kegiatan fisik, baik itu sifat kegiatannya rendah (permainan bridge atau sapu tangan gembira), menengah (permainan tarik tambang atau tom and jerry),
sampai pada yang tinggi (permainan benteng atau fast and furious ). Meskipun adanya gradual dalam kegiatan fisiknya, seyogianya pada saat berpartisipasi dalam permainan, intensitas fisiknya harus optimal untuk mendukung
Jusuf Blegur & M. Rambu P. Wasak 79 Jusuf Blegur & M. Rambu P. Wasak 79
Untuk meningkatkan kegiatan fisik anak dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya model permainannya di desain dengan menitikberatkan pada gerak manipulatif anak, menggunakan peraturan permainan yang dinamis, atau menggunakan waktu permainan yang relatif lama. Dicontohkan dalam permainan “tom and jerry versi 3”, untuk mendapatkan pertolongan (hinggap) dapat dilakukan jika telah melewati barisan enam atau tujuh, sehingga anak lebih tinggi dalam melakukan kegiatan fisiknya (berlari). Selain itu, dalam permainan “ fast and furious ” anak melakukan gerakan fisik yang tinggi dengan berlari membawa bola secara zig-zag dan melakukan sprint dapat diperpanjang waktu permainannya untuk kepentingan melatih
motor educability dan kebugaran jasmani anak.
5. Peraturan yang praktis, dinamis, dan bermakna
Salah satu karakteristik permainan kecil adalah peraturan permainan yang tidak kaku, monoton, dan mutlak. Artinya, peraturan permainan seyogianya dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan yang lebih menekankan pada perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor anak. Keluwesan dalam peraturan permainan dibutuhkan untuk tetap menjaga dan meminimalisir berbagai kemungkinan melunturkan semangat kegembiraan anak. Selama peraturan yang digunakan fasilitator terlalu mengikat dan anak tidak mendapatkan kegembiraan, maka peraturan tersebut dapat dimodifikasi kembali karena seyogianya peraturan digunakan bukan untuk menjustifikasi anak, melainkan hanya sebagai pengontrol sehingga permainan menjadi terarah.
80 Permainan Kecil dan Perkembangan Gerak Pada Manusia
Sebagai contoh dalam permainan sapu tangan gembira (lihat bab 5) menggunakan peraturan yang sangat praktis, di mana anak akan melakukan kegiatan gembira (tertawa, bernyanyi, berteriak, berlompat, dsb.) selama sapu tangan beterbangan di udara sebelum menyentuh tanah dan jika telah menyentuh tanah anak diam serta tidak melakukan kegiatan sekecil apapun. Peraturan yang dinamis, misalnya dalam permainan tidak boleh tiga, jika populasinya sangat besar (tidak boleh empat, dst.) atau jika populasinya kecil (tidak boleh dua). Terakhir adalah unsur bermakna dalam permainan (apapun jenis permainannya) misalnya dengan mendiskualifikasi hasil permainan, jika regu yang menang tidak sportif atau berbuat curang, sehingga anggota regu harus menemukan makna bahwa untuk mencapai kemenangan atau prestasi harus melalui cara-cara yang bermartabat sebagai anak bangsa yang berkarakter.
6. Media pendukung yang mudah dijangkau
Permainan dalam pembahasan lanjutan (lihat bab 4 dan
5) dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu permainan tidak menggunakan media dan permainan menggunakan media. Media yang adalah perabot kelengkapan permainan tidak saja sebagai model figuarif yang ada dalam kegiatan bermain anak- anak melainkan adanya unsur “magis” yang mampu menghipnotis anak-anak untuk berpartisipasi. Jika dijumpai pada anak-anak bayi, lebih aktif dan reaktif untuk melaksanakan permainan jika mata atau konsentrasinya tertuju pada media yang digunakan fasilitator sebagai stimulus dalam lingkungan bermainnya.
Pada saat menyusun permainan menggunakan media, guru hendaknya mempertimbangkan kemampuan dan
Jusuf Blegur & M. Rambu P. Wasak 81 Jusuf Blegur & M. Rambu P. Wasak 81