Konformitas Permainan Kecil dengan Pembelajaran Penjasorkes

B. Konformitas Permainan Kecil dengan Pembelajaran Penjasorkes

Penjasorkes merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di pendidikan dasar maupun menengah (SD, SMP, dan SMA) dengan menggunakan pendekatan permainan dan olahraga. Andil mata pelajaran Penjasorkes pun besar dalam menyiapkan siswa dalam menghadapi tantangan dan tuntutan zaman mendatang. Sebagai bagian dari kurikulum pendidikan, maka pembelajaran Penjasorkes pun memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama dengan mata pelajaran lainnya guna mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan secara nasional oleh pemerintah.

Jauh sebelum kegiatan jasmani ini dilembagakan menjadi disiplin ilmu (Penjasorkes), manusia telah melakukannya dalam rutinitas kehidupan. Kegiatan berjalan, berlari, melompat, berenang, berguling, memanjat, berburu, berkelahi, bermain dilakukan silih berganti untuk menjaga keberlangsungan hidupnya dalam evolusi kebudayaan. Hal inilah yang membuat

Jusuf Blegur & M. Rambu P. Wasak  255

Kumar, et al . (2011:65) menuturkan secara tegas bahwa bermain merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan memiliki dampak yang berharga pada kehidupan sosial. Demikian pula pola sosial seluruh masyarakat dapat tercermin dalam kegiatan bermainnya.

Pesatnya perkembangan Ipteks menghendaki kegiatan jasmani untuk dilembagakan menjadi disiplin ilmu, baik itu dalam disiplin ilmu pendidikan, ilmu kesehatan, ilmu rekreasi, maupun ilmu olahraga. Ilmu pendidikan sendiri, kita kenal dengan istilah Penjasorkes. Penjasorkes lebih menekankan pada unsur pendidikan formal (intra kurikuler) sedangkan ilmu olahraga pada unsur pendidikan non formal (ekstra kurikuler). Meskipun keduanya bergerak dalam ruang lingkup yang berbeda, namun mememiliki kompabilitas tujuan akhir dari kegiatan jasmaninya. Walhasil, keduanya tidak dapat dipisahkan, seperti halnya dua mata “koin” dua sisi yang berbeda namun tetap saling

berdampingan. Untuk manarik benang merah permainan kecil dengan Penjasorkes, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu permainan kecil dan Penjasorkes. Definisi permainan kecil sendiri telah di bahas pada bab 1 tulisan ini. Sehingga pada kesempatan ini, hanya didifinisikan tentang Penjasorkes. Dua penulis asal Amerika, Dauer & Pangrazi (1986:2) menjelaskan Penjasorkes sebagai pendidikan dan melalui kegiatan jasmani yang bermanfaat untuk kehidupan. Penjasorkes merupakan program pembelajaran yang memberikan perhatian yang memadai dan proporsional atas semua domain belajar, seperti psikomotor, kognitif, dan afektif. Selanjutnya Wasak (2014:38-39) menambahkan pembelajaran Penjasorkes adalah bentuk pembelajaran yang menggunakan kegiatan jasmani sebagai media dalam pembelajaran untuk

256  Peningkatan Kualitas Pembelajaran via Permainan Kecil 256  Peningkatan Kualitas Pembelajaran via Permainan Kecil

Meskipun Penjasorkes secara definisi menjelaskan melalui kegiatan jasmani siswa mencapai perkembangannya secara holistik dan seimbang (domain hasil belajar). Namun, realitas tidak berjalan searah dengan ekspektasi pada umumnya, dikarenakan berbagai faktor yang tendensinya pada guru. Guru masih menggunakan metode pembelajaran yang tidak feasibel, media pembelajaran yang tidak memadai, maupun interaksi sosial emosional yang tidak harmonis. Melihat hal ini, sejumlah penulis dan peneliti untuk menggagas dan menyajikan pendekatan- pendekatan mutakhir melalui tulisan-tulisan ilmiahnya guna mendongkrak kualitas pembelajaran Penjasorkes. Pendekatan- pendekatan dinamis dan menekankan pada keaktifan siswa telah menjadi trend pembelajaran saat ini, metode konvensional yang

selalu didominasi oleh guru ( teacher center ) perlahan-lahan mulai luntur. Salah satu pendekatan yang santer direkomendasikan dalam pembelajaran Penjasorkes dalam berbagai litaratur ilmiah antara lain bermain dan permainan. Dituturkan oleh Zellawati (2011:164) bahwa bermain adalah rekreasi serta menjadi alat untuk belajar. Banyak aspek dapat diasah saat bermain, misalnya motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosial dan kognitif. Bermain adalah metode terapi yang menggunakan permainan sebagai alat dalam situasi yang telah disiapkan untuk membantu anak-anak mengekspresikan perasaannya, seperti senang, sedih, marah, dendam, depresi, atau perasaan lainnya. Selanjutnya, guna

Jusuf Blegur & M. Rambu P. Wasak  257 Jusuf Blegur & M. Rambu P. Wasak  257

throw ), Basuki, dkk. (2013:358) mengembangan model permainan tembak kaleng sebagai alternatif permainan bola kecil, Susilo (2013:56) menerapkan permainan pakaranjang untuk meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok, Neolaka (2013:67) menggunakan permainan kartu ceria untuk meningkatkan motivasi belajar dan konsep diri siswa.

Guided

Game

discovery categories and inquiry

Learning

Transferable Game

physical,

game development

cognitive, social,

and emotional

understanding

Principles questions

Use of

of play

Gambar 7.1

Conceptual overview: playing with purpose (Pill dalam Pill, 2011:94)

258  Peningkatan Kualitas Pembelajaran via Permainan Kecil

Permainan kecil dan pembelajaran Penjasorkes memiliki tingkat konformitas yang tinggi. Baik dalam permainan maupun Penjasorkes melibatkan kegiatan bermain dan permainan dalam penggarapannya. Husdarta (2011:7) menyatakan bermain, olahraga, dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Pill (Pill, 2011:94) telah mengembangkan enam konsep bermain ( conceptual overview: playing with purpose ) yang bertujuan meningkatkan pembelajaran jasmani, kognitif, sosial, dan emosional untuk siswa (lihat gambar 7.1).

Penjasorkes sendiri memiliki tujuan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif melalui pelaksanaan tugas- tugas pembelajaran, mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani, permainan, dan olahraga (Nurhasan, dkk., 2005:6), pengembangan budaya hidup sehat (Lu & Lisio, 2009:170), meningkatkan kemampuan fisik dan pembudayaan perilaku sportif (Mahardika, 2010:35), menciptakan manusia seutuhnya dengan mengembangkan aspek jasmani dan rohani (Rosdiani, 2012:64).

Masih bertalian dengan tujuan pembelajaran, Hartati, dkk. (2012:22) menjelaskan tujuan pembelajaran Penjasorkes dilakukan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai kegiatan jasmani dan olahraga yang terpilih; 2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik; 3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar; 4) Meletakkan landasan karakter moral

Jusuf Blegur & M. Rambu P. Wasak  259 Jusuf Blegur & M. Rambu P. Wasak  259

Jika mencermati tujuan pembelajaran di atas, idealnya permainan adalah bagian dari proses pembelajaran Penjasorkes. Hal ini memeberikan jaminan kepada guru untuk menggunakan pendekatan bermain dan permainan secara proporsional dalam proses pembelajaran. Khasanah, dkk. (2011:91) menemukan bahwa TK Tunas Rimba I Semarang menggunakan lima jenis permainan tradisional dalam pembelajarannya. Jenis-jenis permainan tradisional tersebut merupakan sarana dalam mengembangkan aspek perkembangan dasar anak, seperti: fisik- motorik, kognitif, sosial-emosional, dan bahasa.

Selain itu, Hidayat, dkk. (2013:281) juga menemukan model permainan tradisional gobak sodor bola (masyarakat NTT mengenal dengan istilah gala ase) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Yaitu pada domain afektif 73%, domain kognitif 71%, dan domain psikomotor 68%. Ada juga Ardisusilo (2013:73) yang menerapkan permainan kasbol untuk meningkatkan hasil belajar bola kasti. Dengan demikian, konformitas tujuan antara permainan dan pembelajaran Penjasorkes sangat tinggi, tidak hanya mengarsir daerah psikomotor, melainkan dapat mengarsir pula daerah afektif dan kognitif seperti yang tercermin dalam tiga penelitian di atas.

260  Peningkatan Kualitas Pembelajaran via Permainan Kecil