Strategi Pengembangan Jangka Panjang
3. Strategi Pengembangan Jangka Panjang
Strategi pengembangan dalam jangka panjang dilakukan dengan periode waktu 10-25 tahun. Strategi pengembangan jangka panjang ini dapat dilakukan dengan mengupayakan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang dan juga untuk mempertahankan komoditi prima agar tetap menjadi komoditi prima. Adapun penjelasan tentang strategi
commit to user
Kabupaten Kebumen yaitu sebagai berikut:
a. Mengupayakan komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang melalui penelitian pengembangan benih/bibit unggul
Komoditi cabe dan jeruk siam memiliki jumlah produksi yang fluktuatif tiap tahunnya. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi iklim yang tidak menentu, sehingga menyebabkan tanaman tersebut mudah terserang hama penyakit. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pengembangan dari komoditi terbelakang menjadi komoditi berkembang yaitu melalui penelitian pengembangan benih/bibit unggul. Untuk menghasilkan tanaman yang memiliki kuantitas dan kualitas tinggi, diperlukan upaya tersebut agar dapat memberikan hasil yang berkesinambungan dalam jangka panjang. Kegiatan penelitian pengembangan benih/bibit unggul ini diarahkan pada benih/bibit unggul cabe dan jeruk siam yang memiliki ketahanan tinggi, sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi, meskipun pada kondisi iklim yang tidak mendukung. Peningkatan mutu benih/bibit ini dilakukan oleh dinas terkait di Kabupaten Kebumen seperti balai pengembangan benih. Penelitian untuk memperoleh mutu benih/bibit dengan kualitas baik diperlukan waktu yang tidak cepat, maka dalam jangka panjang upaya ini tetap harus dijalankan sehingga kedepannya dapat diperoleh benih/bibit dengan varietas unggul. Dengan dihasilkannya benih/bibit dengan varietas unggul, diharapkan dapat meningkatkan produksi maupun produktivitas komoditi terbelakang, sehingga dapat meningkatkan kontribusi dan laju pertumbuhannya di Kabupaten Kebumen.
b. Mengupayakan komoditi prima agar tetap menjadi komoditi prima
Strategi pengembangan jangka panjang juga mengupayakan komoditi prima agar tetap menjadi komoditi prima. Untuk mempertahankan peran dari komoditi jagung, ketela pohon, kacang hijau dan pisang agar tetap menjadi komoditi prima diperlukan strategi pengembangan yang tepat dalam jangka panjang yaitu dengan
commit to user
yang besar. Adapun alternatif upaya pengembangan dari komoditi prima agar tetap menjadi komoditi prima yaitu:
1) Pengembangan agroindustri Agroindustri adalah suatu industri di bidang pengolahan hasil- hasil pertanian yang mengolah/mengubah bahan mentah menjadi bentuk lain agar memiliki nilai tambah lebih. Pengembangan agroindustri dapat diterapkan pada komoditi prima seperti jagung, ketela pohon, dan pisang. Pada komoditi jagung dan ketela pohon dapat diolah lebih lanjut menjadi produk lain seperti tepung, keripik, dan aneka jajanan lain. Sedangkan pada komoditi pisang dapat dibuat keripik atau sale. Pada umumnya, makanan pokok masyarakat Kabupaten Kebumen adalah nasi. Namun, kebutuhan akan pangan tersebut yang tinggi dapat menyebabkan kerawanan pangan pada komoditi padi. Oleh karena itu, melalui upaya pengembangan agroindustri ini, sehingga dapat mengurangi terjadinya kerawanan pangan di masa mendatang. Dalam agroindustri pangan, ketela pohon dan jagung dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat sekunder atau pengganti setelah padi, dengan cara diolah menjadi sumber pangan alternatif seperti nasi jagung instan, tiwul instan, atau makanan nikmat lainnya, sehingga digemari masyarakat. Dengan adanya pengembangan agroindustri tersebut, sehingga dapat menambah diversifikasi pangan.
Agroindustri makanan di Kabupaten Kebumen berupa keripik atau camilan lainnya yang berasal dari komoditi tersebut sudah cukup banyak, salah satunya makanan khas dari Kabupaten Kebumen yang terkenal yaitu Lanting. Makanan ringan yang berbentuk angka delapan ini memiliki beraneka macam rasa dan berbahan dasar ketela pohon. Namun produk-produk agroindustri yang dihasilkan di Kabupaten Kebumen tersebut memiliki sentuhan kualitas produk yang kurang menarik, seperti pada pengemasan dan jenis produk, sehingga
commit to user
agroindustri di Kabupaten Kebumen, diperlukan kegiatan pendampingan dari Pemerintah Daerah, seperti pelatihan untuk pelaku
usaha, pengembangan teknologi produksi, dan program magang ke luar daerah yang produknya lebih unggul.
Dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk yang ditawarkan makanan olahan ini serta dapat meningkatkan nilai tambah komoditi prima, sehingga dapat bersaing dengan produk-produk lain di luar daerah. Selain itu juga juga dapat meningkatkan peran dari komoditi jagung dan ketela pohon sebagai altenatif pangan sumber karbohidrat selain padi agar dapat dikonsumsi masyarakat lebih banyak. Dengan meningkat dan berkembangnya usaha mikro, kecil dan menengah serta koperasi yang berbasis pada agroindustri, sehingga dapat meningkatkan diversifikasi jenis-jenis makanan olahan yang berasal dari komoditi jagung, ketela pohon dan pisang. Selain itu juga dapat memacu petani dalam mengusahakan komoditi jagung, ketela pohon dan pisang lebih optimal agar produksinya dapat meningkat, sehingga dapat meningkatkan laju pertumbuhan dan kontribusinya dalam jangka panjang.
2) Mengurangi adanya alih fungsi lahan pada lahan subur
Bertambahnya jumlah penduduk dan struktur perekonomian dapat menyebabkan banyaknya alih fungsi lahan pertanian. Hal ini harus diperhatikan dan diantisipasi karena semakin sempitnya lahan pertanian sebagai sumber pangan manusia dapat mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan karena jika produksi menurun sedangkan jumlah penduduk meningkat maka dapat terjadi kerawanan pangan. Produksi padi gogo yang ditanam di lahan tegalan di beberapa kecamatan Kabupaten Kebumen bagian Selatan, seperti Kecamatan Ambal, Mirit, Ayah, dan Buluspesantren semakin lama semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh banyaknya lahan tegalan milik
commit to user
atau toko. Hal tersebut dapat mempengaruhi penurunan jumlah produksi padi di Kabupaten Kebumen. Oleh karena itu kegiatan
pembangunan seperti perumahan, pertokoan ataupun fasilitas umum sebaiknya dilakukan di lahan yang tidak produktif sehingga tidak mempengaruhi produktivitas komoditi prima. Dengan mengurangi adanya alih fungsi lahan pertanian pada lahan subur, diharapkan dapat tetap menjaga kontinuitas produksi dan produktivitas komoditi prima di Kabupaten Kebumen, sehingga dapat mempertahankan komoditi prima tetap menjadi komoditi prima dalam jangka panjang.
3) Peningkatan kerja sama antara petani dengan pihak swasta
Dalam usaha budidaya tanaman, tidak banyak petani di Kabupaten Kebumen yang melakukan kerjasama dengan pihak swasta. Misalnya dalam kebutuhan pupuk, petani hanya mengandalkan ketersediaan pupuk yang ada di KUD. Selain itu, kebutuhan benih unggul biasanya didapatkan dari program-program pemerintah maupun menangkar benih sendiri yang sudah ada sebelumnya. Dalam teknik budidaya, petani juga hanya mengandalkan kemampuan dari pengalaman-pengalaman yang dimilikinya. Oleh karena itu, dalam usaha pengembangan komoditi prima perlu adanya kerjasama antara petani dan pihak swasta. Misalnya dalam pengadaan sarana produksi (benih, pupuk, alat-alat pertanian) dan transfer teknik budidaya dapat dilakukan kerjasama dengan perusahaan penangkar benih maupun pembuatan pupuk. Selain itu kegiatan pengolahan hasil produksi padi perlu dilakukan kerjasama dengan tempat penggilingan padi maupun perusahan dan industri besar pengolahan makanan untuk memperoleh bahan baku secara terus menerus.
Sedangkan permasalahan kurangnya modal yang dimiliki petani dapat dilakukan kerja sama dengan lembaga keuangan, agar petani memperoleh kemudahan dalam pengadaan modal dengan bunga yang rendah dan sistem prosedur yang sederhana sehingga petani tidak
commit to user
dimaksudkan agar diantara petani dan pihak swasta dapat terjalin kerjasama yang saling menguntungkan sehingga kontinuitas
kerjasama ini dapat terjalin dalam jangka panjang. Dengan adanya peningkatan kerjasama tersebut, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dari komoditi prima, sehingga dapat meningkatkan laju pertumbuhan maupun kontribusinya terhadap subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Kebumen.