Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Kebumen dengan Pendekatan Tipologi Klassen

B. Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Kebumen dengan Pendekatan Tipologi Klassen

Klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Kebumen dilakukan dengan menggunakan analisis pendekatan Tipologi Klassen. Alat analisis pendekatan Tipologi Klassen ini mengklasifikasikan komoditi tanaman bahan makanan berdasarkan dua indikator utama yaitu laju pertumbuhan komoditi dan kontribusi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Kebumen. Nilai rata-rata laju pertumbuhan dan kontribusi masing-masing komoditi tanaman bahan makanan tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata laju pertumbuhan dan kontribusi PDRB Kabupaten Kebumen terhadap Provinsi Jawa Tengah. Adapun klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Kebumen disajikan pada Tabel 26.

commit to user

Kebumen Tahun 2006-2010

No.

Komoditi Tanaman

Bahan Makanan

Kab. Kebumen

Laju Pertumbuhan

Komoditi

Laju Pertumbuhan

PDRB Kab.

Kebumen

Kategori Komoditi

A. Padi dan Palawija

4,497 Komoditi Prima 2. Ketela Pohon

3,659

12,045

Komoditi Prima 3. Kacang Hijau

2,197

12,536

Komoditi Prima 4. Padi Sawah dan Gogo

43,061

4,018

Komoditi Potensial 5. Kacang Tanah

4,258

2,914

Komoditi Potensial 6. Ketela Rambat

0,031

14,292

Komoditi Berkembang 7. Kedelai

1,414

4,562

Komoditi Berkembang

B. Sayuran

Komoditi Berkembang 2. Tomat

0,104

207,908

Komoditi Berkembang 3. Terung

0,043

32,412

Komoditi Berkembang 4. Cabe

0,992

3,237

Komoditi Terbelakang

C. Buah-buahan

Komoditi Prima 2. Semangka

0,952

558,945

Komoditi Berkembang 3. Duku/Langsat

0,125

170,552

Komoditi Berkembang 4. Salak

0,121

96,102

Komoditi Berkembang 5. Sawo

0,139

84,695

Komoditi Berkembang 6. Jambu Air

0,007

79,356

Komoditi Berkembang 7. Belimbing

0,002

73,284

Komoditi Berkembang 8. Nangka

0,536

69,569

Komoditi Berkembang 9. Alpokat

0,003

48,864

Komoditi Berkembang 10. Bengkoang

0,010

21,059

Komoditi Berkembang 11. Nanas

0,071

19,887

Komoditi Berkembang 12. Durian

0,045

19,171

Komoditi Berkembang 13. Mangga

1,607

15,393

Komoditi Berkembang 14 Pepaya

0,137

11,965

Komoditi Berkembang 15. Rambutan

0,471

7,941

Komoditi Berkembang 16. Jambu Biji

0,103

6,527

Komoditi Berkembang 17. Jeruk Siam

0,112

-0,976

Komoditi Terbelakang

Sumber: Analisis Data Sekunder, 2010 (Lampiran 11)

Berdasarkan Tabel 26. diketahui bahwa nilai kontribusi PDRB Kabupaten Kebumen yaitu sebesar 1,608%. Sedangkan nilai laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kebumen sebesar 4,497%. Oleh karena itu, hasil klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Kebumen dengan analisis pendekatan Tipologi Klassen menghasilkan empat klasifikasi yaitu komoditi

commit to user

Hasil klasifikasi tersebut dapat dilihat pada matriks Tipologi Klassen yang disajikan pada Tabel 27.

Tabel 27. Matriks Tipologi Klassen Komoditi Tanaman Bahan Makanan di

Kabupaten Kebumen

Kontribusi Komoditi

Laju Pertumbuhan Komoditi

Kontribusi Besar

(Kontribusi komoditi i >

Kontribusi PDRB)

Kontribusi Kecil

(Kontribusi komoditi i < Kontribusi PDRB)

Tumbuh Cepat

(r komoditi i >r PDRB )

Komoditi Prima:

Jagung, ketela pohon,

kacang hijau, pisang

Komoditi Berkembang:

Ketela rambat, kedelai, bayam, tomat, terung, semangka, duku/langsat, salak, sawo, jambu air, belimbing, nangka, alpokat, bengkoang, nanas, durian, mangga, pepaya, rambutan, jambu biji

Tumbuh Lambat

(r komoditi i <r PDRB )

Komoditi Potensial:

Padi sawah dan gogo,

kacang tanah

Komoditi Terbelakang:

Cabe, jeruk siam Sumber: Analisis Data Sekunder, 2010

Berdasarkan Tabel 27. dapat diketahui bahwa hasil analisis Tipologi Klassen diperoleh empat klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Kebumen yaitu komoditi prima, komoditi potensial, komoditi berkembang dan komoditi terbelakang. Adapun penjelasan secara rinci mengenai hasil klasifikasi komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Kebumen yaitu sebagai berikut:

1. Komoditi Prima

Komoditi prima merupakan suatu komoditi tanaman bahan makanan yang mempunyai laju pertumbuhan yang cepat dan kontribusi yang besar dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Kebumen. Dari hasil analisis Tipologi Klassen diperoleh empat komoditi tanaman bahan makanan di Kabupaten Kebumen yang termasuk dalam komoditi prima yaitu jagung,

commit to user

tersebut mempunyai peranan penting dalam memberikan sumbangan pendapatan daerah bagi Kabupaten Kebumen.

Komoditi jagung di Kabupaten Kebumen termasuk komoditi prima karena memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan kontribusinya yang besar dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Kebumen. Laju pertumbuhan komoditi jagung sebesar 18,23% memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kebumen sebesar 4,50%. Untuk kontribusi komoditi jagung sebesar 3,35% juga memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan kontribusi PDRB Kabupaten Kebumen yang senilai 1,61%. Komoditi jagung memiliki laju pertumbuhan cepat dan kontribusi besar terhadap PDRB subsektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Kebumen karena tanaman jagung dapat tumbuh pada lahan marginal maupun lahan yang kurang subur, sehingga dapat menghasilkan produksi yang tinggi. Komoditi jagung memiliki jumlah produksi terbanyak kedua diantara komoditi tanaman palawija lainnya di Kabupaten Kebumen pada tahun 2006-2010. Pada tahun 2010 komoditi jagung di Kabupaten Kebumen menghasilkan produksi sebesar 29.824 ton, dengan Kecamatan Karanggayam merupakan produsen terbesar komoditi tersebut (BPS Kabupaten Kebumen, 2010).

Ketela pohon juga termasuk komoditi prima karena memiliki nilai laju pertumbuhan komoditi 12,04% lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kebumen senilai 4,50%. Selain itu, kontribusi komoditi ketela pohon senilai 3,66% juga lebih besar dibandingkan dengan kontribusi PDRB Kabupaten Kebumen yang senilai 1,61%. Ketela pohon memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan kontribusi komoditi yang besar disebabkan oleh jumlah produksinya yang meningkat signifikan pada tahun 2010 yaitu sebesar 106,56%. Tingginya peningkatan produksi ketela pohon pada tahun 2010 ini disebabkan terjadinya peningkatan luas panen komoditi tersebut yaitu sebesar 57,10%. Produksi ketela pohon di Kabupaten Kebumen sebagian besar berasal dari Kecamatan

commit to user

sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan dan banyak ditanami ketela pohon (BPS Kabupaten Kebumen, 2010).

Selain kedua komoditi palawija di atas, kacang hijau juga termasuk kedalam klasifikasi komoditi prima di Kabupaten Kebumen. Dengan nilai laju pertumbuhan sebesar 12,54% yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kebumen senilai 4,50%. Serta kontribusi komoditi kacang hijau senilai 2,20% yang lebih besar dibandingkan dengan kontribusi PDRB Kabupaten Kebumen yang senilai 1,61%. Hal tersebut disebabkan jumlah produksi maupun nilai produksi komoditi kacang hijau yang meningkat tajam pada tahun 2006 dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 100,58%. Peningkatan produksi kacang hijau tersebut didukung dengan meningkatnya luas panen komoditi kacang hijau pada tahun 2006 yaitu sebesar 81,23% (BPS Kabupaten Kebumen, 2006).

Selain dari komoditi tanaman pangan, klasifikasi komoditi prima juga terdapat pada komoditi buah-buahan yaitu komoditi pisang. Komoditi pisang memiliki laju pertumbuhan senilai 23,10% yang lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kebumen yang senilai 4,50%. Disamping itu, kontribusi komoditi pisang yang sebesar 3,15% mempunyai nilai lebih besar dibandingkan dengan kontribusi PDRB Kabupaten Kebumen yang sebesar 1,61%. Komoditi pisang termasuk dalam komoditi prima, karena budidaya tanaman ini yang mudah dan murah, sehingga banyak petani Kabupaten Kebumen yang mengusahakannya. Selain itu, komoditi pisang juga merupakan penghasil produksi terbesar dibandingkan dengan komoditi buah-buahan lainnya di Kabupaten Kebumen dari tahun 2006-2010. Daerah penghasil komoditi pisang yang cukup besar berada di Kecamatan Petanahan, Buayan dan Mirit, dengan total produksi sebesar 24.371.970 ton pada tahun 2010 di Kabupaten Kebumen (BPS Kabupaten Kebumen, 2010).

Secara keseluruhan dari komoditi prima yang mencakup komoditi jagung, ketela pohon, kacang hijau dan pisang memiliki peranan yang

commit to user

dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PDRB subsektor tanaman bahan makanan. Oleh karena itu perlu dikembangkan lebih lanjut

agar kontribusi yang diberikan komoditi prima ini tidak mengalami penurunan serta dapat meningkatkan pendapatan daerah Kabupaten Kebumen.

2. Komoditi Potensial

Komoditi potensial adalah komoditi tanaman bahan makanan yang mempunyai tingkat laju pertumbuhan yang lambat tetapi memiliki kontribusi komoditi yang besar dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Kebumen. Berdasarkan analisis pendekatan Tipologi Klassen diperoleh hasil bahwa terdapat dua komoditi yang termasuk dalam komoditi potensial yaitu komoditi padi sawah dan gogo serta kacang tanah. Kontribusi komoditi padi sawah dan gogo serta kacang tanah masing-masing senilai 43,06% dan 4,26% lebih besar dibandingkan dengan kontribusi PDRB Kabupaten Kebumen yang senilai 1,61%. Tingginya kontribusi komoditi padi disebabkan oleh kondisi wilayah Kabupaten Kebumen yang sebagian besar berupa dataran rendah, sehingga cocok untuk usahatani padi sawah. Oleh karena itu, komoditi padi memiliki jumlah produksi terbesar dibandingkan dengan komoditi tanaman bahan makanan lainnya di Kabupaten Kebumen pada tahun 2006-2010, dengan total produksi sebesar 449.141.700 kg pada tahun 2010. Daerah penyumbang produksi padi yang besar diantaranya yaitu Kecamatan Adimulyo, Puring, Buluspesantren, Ambal, Petanahan dan Kuwarasan. Sedangkan besarnya kontribusi komoditi kacang tanah disebabkan oleh harga rata-rata komoditi tersebut pada tahun 2006-2010 yang cukup tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya di Kabupaten Kebumen, yaitu sebesar Rp 6.900/kg. Tanaman kacang tanah cocok tumbuh pada tanah yang bertekstur lempung liat berpasir, sehingga pada umumnya tanaman kacang tanah banyak dijumpai di sepanjang pesisir selatan Kabupaten Kebumen, diantaranya yaitu Kecamatan Puring dan Petanahan (BPS Kabupaten Kebumen, 2010).

commit to user

tanah ini tidak didukung dengan laju pertumbuhan yang cepat, sehingga keduanya tergolong dalam komoditi potensial. Laju pertumbuhan komoditi

padi sawah dan gogo sebesar 4,02% lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kebumen yaitu sebesar 4,50%. Rendahnya laju pertumbuhan komoditi padi sawah dan gogo ini disebabkan oleh nilai produksi komoditi tersebut yang selalu naik turun dari tahun 2006-2010. Naik turunnya nilai produksi komoditi padi ini disebabkan oleh selama lima tahun tersebut terjadi peningkatan dan penurunan pada produksi, produktivitas dan luas panen padi, sehingga menghasilkan laju pertumbuhan komoditi yang rendah.

Untuk komoditi kacang tanah memiliki nilai laju pertumbuhan sebesar 2,91% lebih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kebumen sebesar 4,50%. Rendahnya laju pertumbuhan komoditi kacang tanah ini disebabkan jumlah produksi dan nilai produksi komoditi tersebut pada tahun 2007 dan 2010 mengalami penurunan, sehingga laju pertumbuhannya bernilai negatif dan mengakibatkan rata-rata laju pertumbuhannya bernilai lebih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kebumen. Penurunan produksi kacang tanah pada tahun 2007 ini disebabkan oleh penurunan luas panen komoditi tersebut yaitu sebesar -16,08% (BPS Kabupaten Kebumen, 2007). Sedangkan pada tahun 2010 disebabkan oleh kondisi iklim pada beberapa bulan di tahun tersebut yang tidak mendukung bagi pertumbuhan tanaman kacang tanah, yaitu curah hujan yang sangat tinggi, sehingga tanaman kacang tanah tidak dapat tumbuh optimal pada kondisi lahan yang cukup basah dan menyebabkan produksinya mengalami penurunan sebesar - 21,21% (BPS Kabupaten Kebumen, 2010).

Dengan melihat laju pertumbuhan serta kontribusi komoditi potensial di Kabupaten Kebumen, maka sangat dimungkinkan komoditi tersebut dapat menjadi komoditi prima di masa mendatang. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut dengan cara meningkatkan laju

commit to user

meningkatkan pendapatan daerah Kabupaten Kebumen.

3. Komoditi Berkembang

Komoditi berkembang adalah komoditi tanaman bahan makanan yang memiliki laju pertumbuhan cepat tetapi kontribusi komoditi yang kecil dibandingkan dengan PDRB Kabupaten Kebumen. Dari hasil analisis Tipologi Klassen, dapat diketahui komoditi tanaman bahan makanan yang termasuk dalam komoditi berkembang yaitu antara lain ketela rambat, kedelai, bayam, tomat, terung, semangka, duku/langsat, salak, sawo, jambu air, belimbing, nangka, alpokat, bengkoang, nanas, durian, mangga, pepaya, rambutan, dan jambu biji.

Pada komoditi palawija, komoditi ketela rambat dan kedelai termasuk dalam komoditi berkembang. Komoditi ketela rambat ini memiliki laju pertumbuhan sebesar 14,29% yang nilainya lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kebumen sebesar 4,50%. Besarnya laju pertumbuhan ini disebabkan pada tahun 2006, 2009 dan 2010 komoditi ketela rambat mengalami peningkatan nilai produksi, sehingga memberikan laju pertumbuhan yang positif dan rata-rata laju pertumbuhan yang tinggi juga. Peningkatan nilai produksi ketela rambat tersebut didukung oleh meningkatnya produksi dan luas panen komoditi ketela rambat pada tahun-tahun tersebut. Sedangkan kontribusi komoditi ketela rambat sebesar 0,03% yang nilainya lebih kecil dibandingkan dengan kontribusi PDRB Kabupaten Kebumen sebesar 1,61%. Rendahnya nilai kontribusi komoditi ketela rambat disebabkan oleh tidak banyak masyarakat Kabupaten Kebumen yang menggemari makanan tersebut, sehingga hanya sedikit petani yang mengusahakan tanaman ketela rambat. Oleh karena itu, jumlah produksi maupun nilai produksi komoditi ini pada tahun 2006-2010 memiliki nilai terkecil dibandingkan dengan komoditi tanaman pangan lainnya di Kabupaten Kebumen.

Komoditi kedelai juga termasuk dalam komoditi berkembang. Komoditi kedelai memiliki laju pertumbuhan 4,56% yang nilainya lebih

commit to user

sebesar 4,50%. Sedangkan kontribusi kedelai sebesar 1,41% nilainya lebih rendah dibandingkan dengan kontribusi PDRB Kabupaten Kebumen sebesar

1,61%. Hal ini disebabkan tanaman kedelai umumnya ditanam di sawah sebagai tanaman ketiga setelah padi serta sangat dipengaruhi oleh iklim pada musim kemarau, sehingga produksi tanaman tersebut sering fluktuatif (BPS Kabupaten Kebumen, 2009).

Pada komoditi sayur-sayuran yang termasuk dalam komoditi berkembang yaitu bayam, tomat, dan terung. Secara keseluruhan dari ketiga komoditi sayur-sayuran tersebut yang mempunyai laju pertumbuhan terbesar adalah komoditi bayam yaitu sebesar 2.626,89%. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kebumen yang hanya sebesar 4,50%. Tingginya laju pertumbuhan bayam disebabkan pada tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah produksi maupun nilai produksi komoditi bayam yang sangat signifikan, sehingga menyebabkan laju pertumbuhan komoditi bayam pada tahun tersebut juga meningkat tajam yaitu sebesar 13.140,63%. Daerah penyumbang terbesar dalam peningkatan produksi komoditi bayam ini pada tahun 2009 yaitu Kecamatan Kutowinangun, dengan produksi sebesar 990.500 kg dari total produksi 1.117.100 kg di Kabupaten Kebumen (BPS Kabupaten Kebumen, 2009). Sedangkan komoditi sayur-sayuran lainnya yang termasuk komoditi berkembang juga memiliki laju pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kebumen. Komoditi bayam juga memiliki kontribusi terbesar diantara komoditi sayur-sayuran yang termasuk komoditi berkembang dengan nilai sebesar 0,274%. Komoditi berkembang tersebut seluruhnya memiliki nilai kontribusi komoditi yang lebih kecil dibandingkan dengan kontribusi PDRB Kabupaten Kebumen sebesar 1,61%.

Untuk komoditi buah-buahan yang termasuk dalam komoditi berkembang memiliki jumlah komoditi yang paling banyak dibandingkan pada komoditi tanaman pangan dan sayur-sayuran, diantaranya yaitu

commit to user

bengkoang, nanas, durian, mangga, pepaya, rambutan, dan jambu biji. Dari komoditi buah-buahan tersebut yang mempunyai laju pertumbuhan paling

besar adalah komoditi semangka yaitu sebesar 558,95% yang nilainya lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kebumen sebesar 4,50%. Tingginya laju pertumbuhan komoditi semangka ini disebabkan oleh pada tahun 2007 terjadi peningkatan produksi komoditi semangka yang sangat signifikan yaitu sebesar 2.895,08%, sehingga menyebabkan rata-rata laju pertumbuhan komoditi yang cukup tinggi juga. Dengan total produksi sebesar 9.380.600 kg pada tahun 2007. Daerah produsen semangka adalah Kecamatan Mirit, Ambal dan Buluspesantren. (BPS Kabupaten Kebumen, 2010). Untuk komoditi buah-buahan lainnya yang tergolong komoditi berkembang juga memiliki nilai laju pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kebumen. Namun kontribusi pada komoditi berkembang tersebut seluruhnya memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan kontribusi PDRB Kabupaten Kebumen sebesar 1,61%.

Berdasarkan uraian di atas, agar dapat meningkatkan peran maupun potensi komoditi berkembang, diperlukan upaya-upaya pengembangan dengan cara meningkatkan nilai kontribusi komoditi tersebut. Diharapkan beberapa upaya dalam pengembangan komoditi berkembang tersebut nantinya dapat meningkatkan kontribusi komoditi berkembang serta dapat membantu dalam peningkatan pendapatan daerah Kabupaten Kebumen.

4. Komoditi Terbelakang

Komoditi terbelakang adalah komoditi tanaman bahan makanan yang dicirikan dengan laju pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kebumen dan memiliki kontribusi yang lebih kecil dibandingkan dengan kontribusi PDRB Kabupaten Kebumen terhadap Provinsi Jawa Tengah. Hasil analisis Tipologi Klassen yang termasuk dalam komoditi terbelakang yaitu cabe dan jeruk siam.

commit to user

terbelakang yaitu cabe. Komoditi cabe memiliki nilai laju pertumbuhan dan kontribusi komoditi sebesar 3,24% dan 0,992% yang nilainya lebih rendah

dibandingkan dengan laju pertumbuhan dan kontribusi PDRB Kabupaten Kebumen sebesar 4,50% dan 1,61%. Rendahnya laju pertumbuhan dan kontribusi komoditi cabe ini disebabkan oleh terjadinya penurunan produksi komoditi tersebut sebesar 42,83% pada tahun 2010. Sentra produksi cabe ada di Kecamatan Mirit dan Puring (BPS Kabupaten Kebumen, 2010).

Sedangkan komoditi buah-buahan yang termasuk dalam komoditi terbelakang adalah jeruk siam. Komoditi jeruk siam memiliki nilai laju pertumbuhan sebesar -0,98% yang nilainya lebih kecil dari laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Kebumen yaitu sebesar 4,50% dan kontribusi komoditi sebesar 0,112% yang nilainya juga lebih kecil dibandingkan dengan kontribusi PDRB Kabupaten Kebumen sebesar 1,61%. Rendahnya laju pertumbuhan dan kontribusi komoditi ini disebabkan oleh terjadinya penurunan produksi dan nilai produksi yang cukup signifikan pada komoditi jeruk siam tahun 2006 yaitu sebesar 96,90% dan 94,97% (BPS Kabupaten Kebumen, 2008).

Komoditi terbelakang dapat dikatakan sebagai komoditi yang paling rawan dan sulit untuk berkembang, karena kecilnya peranan dari komoditi tersebut terhadap sumbangan PDRB subsektor pertanian di Kabupaten Kebumen. Oleh karena itu agar kondisi komoditi terbelakang ini dapat berkembang, diperlukan upaya-upaya pengembangan yang dilakukan dengan cara meningkatkan laju pertumbuhan dan kontribusi komoditi tersebut agar nilainya lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan maupun kontribusi PDRB Kabupaten Kebumen.

commit to user