Tinjauan Pasar Tradisional

B.2. Sejarah dan Perkembangan Pasar

B.2.1. Sejarah Pasar

Sebagai makhluk hidup, manusia senantiasa berupaya untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Kemudian muncullah pasar yang memberikan kemudahan bagi manusia untuk mendapatkan apa yang dia butuhkan. Secara harfiah kata pasar berarti berkumpul untuk tukar menukar barang atau jual beli, yang dilaksanakan sekali dalam 5 hari Jawa. Kata Pasar diduga dari kata Sansekerta Pancawara. Yang utama dalam kegiatan pasar adalah interaksi sosial dan ekonomi dalam satu peristiwa. Berkumpul

commit to user

23

dalam arti saling ketemu muka dan berjual pada hari pasaran menjadi semacam panggilan sosial periodik (Wiryomartono, 1995 dalam Istijabatul Aliyah 2007:112).

Pasar adalah suatu bentuk pusat perbelanjaan yang paling tua dikenal di Indonesia. Banten diketahui telah memiliki pasar di Pelabuhan Karangantu dan Pecinan. Jakarta pada masa pemerintahan Pangeran Jayakarta Wijayakrama telah pula memiliki pasar di utara Alun-alun, kemudian dikembangkan oleh VOC dengan adanya pasar ikan, pasar daging, pasar beras dan sebagainya.

Pasar dikenal sejak masa Jawa Kuno yaitu sebagai tempat berlangsungnya transaksi jual beli atau tukar menukar barang yang telah teratur dan terorganisasi. Hal ini berarti pada masa Jawa Kuno telah ada pasar sebagai suatu sistem (Nastiti, 2003:13). Pasar sebagai sistem maksudnya adalah pasar yang mempunyai suatu kesatuan dari komponen-komponen yang mempunyai fungsi untuk mendukung fungsi secara keseluruhan, atau dapat pula diartikan pasar yang telah memperlihatkan aspek-aspek perdagangan yang erat kaitannya dengan kegiatan jual-beli, misalnya adanya lokasi atau tempat, adanya ketentuan pajak bagi para pedagang, adanya berbagai macam jenis komoditi yang diperdagangkan, adanya proses produksi, distribusi, transaksi dan adanya suatu jaringan transportasi serta adanya alat tukar (Chasanah,2007:3). Menurut Nastiti dalam Pasar di Jawa Masa Mataram Kuna Abad VIII-IX Masehi dikatakan bahwa (2003 :

60) : “Timbulnya pasar tidak lepas dari kebutuhan ekonomi masyarakat setempat. Kelebihan produksi setelah kebutuhan sendiri terpenuhi memerlukan tempat pengaliran untuk dijual. Selain itu pemenuhan kebutuhan akan barang- barang, memerlukan tempat yang praktis untuk mendapatkan barang-barang baik dengan menukar atau membeli. Adanya kebutuhan-kebutuhan inilah yang mendorong munculnya tempat berdagang yang disebut pasar”.

Pada masa lampau hasil produksi suatu masyarakat sering melebihi dari jumlah yang dibutuhkan sementara terdapat kebutuhan lain yang tidak mampu untuk dihasilkan sendiri. Karena hal itulah muncul kerja sama antar masyarakat untuk saling menukar kelebihan hasil produksi mereka dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Dalam

commit to user

24

melakukan transaksi tukar menukar, dibutuhkanlah suatu tempat bertemu yang merupakan kesepakatan sosial. Lalu dari transaksi tukar menukar dalam kuantitas kecil lahirlah pelaku-pelaku lain yang mempunyai tujuan sama yaitu menukarkan kelebihan hasil produksi. Kegiatan inilah yang akhinya melahirkan sebuah sistem yang kemudian disebut dengan pasar.

Sebelum mengenal sistem jual beli dengan mata uang, manusia menggunakan sistem tukar menukar barang untuk memperoleh barang yang dibutuhkan. Sistem saling tukar menukar barang untuk saling memenuhi kebutuhan hidup disebut sistem barter. Setelah manusia mengenal adanya mata uang, muncullah sistem jual beli yang lebih efektif yang kemudian menggeser sistem barter.

B.2.2. Perkembangan Pasar

Salah satu ciri pasar adalah selalu berada pada lokasi strategis yang menjadi kesepakatan bersama. Pada masa lampau sampai masa kolonial tempat bertemunya pelaku pasar bermula di bawah pohon besar seperti pohon asam, pohon munggur, pohon gayam dan sebagainya. Hal ini dikarenakan pohon dijadikan sebagai naungan atau peneduh dari terik matahari. Pada saat itu pembatas area pasar juga belum tampak.

Ketika Indonesia masuk pada masa penjajahan kolonial Belanda, tata ruang pasar mengalami perubahan yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan kepentingan politik dari pemerintah kolonial yang menjadikan pasar sebagai tempat memantau kondisi dalam masyarakat. Pemerintah dalam hal ini berkepentingan untuk mempermudah pengendalian mobilitas sosial.

Penataan pasar yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda memberikan struktur peruangan yang lebih riil. Area pasar diperjelas dengan batas berupa pagar keliling dari kawat berduri dilengkapi dengan kolom-kolom dari balok kayu jati, dan sebagai akses keluar masuk pasar terdapat pintu di salah satu sisinya. Komposisi ruang pasar juga berkembang dengan adanya sumur dan diperkenalkannya unit bangunan los selain tetap adanya ruang terbuka. Bangunan-bangunan los bersifat permanen yaitu berupa konstruksi

commit to user

25

tiang satu berjajar ditengah dari bahan baja, beratap genteng berbentuk pelana dan limasan.

Pada masa ini kegiatan pasar meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan semakin bertambanhnya pedagang dalam pasar hingga melebihi daya tampung bangunan. Sehingga yang terjadi meningkatnya jumlah pedagang di area terbuka sementara luas naungan pohon peneduh terbatas. Karena tuntutan kebutuhan naungan yang lebih nyaman dan memadai muncullah bentuk bangunan peneduh baru yaitu eyup-eyup. Eyup- eyup adalah berupa selembar kepang (anyaman bambu) atau napag (naungan daun tebu) yang salah satu sisinya ditopang dengan sebilah kayu atau bambu dengan ukuran panjang sekedar bisa membentuk ruang dengan skala orang duduk. Konstruksi ini tidak permanen, jika kegiatan telah usai maka konstruksi ini dilipat untuk disimpan.

Setelah masa kolonial Belanda usai dan digantikan masa penjajahan Jepang struktur tata ruang pasar tradisional digunakan sebagai elemen kawasan pertahanan militer. Pagar keliling dari kawat berduri dibongkar untuk keperluan pertahanan perang dan pohon-pohon besar yang berada dalam lokasi pasar juga ikut ditebang. Dengan dirusaknya fasilitas pasar dan eksploitasi terhadap bahan pangan, kondisi ekonomi merosot. Kondisi pasar digambarkan dengan suatu istilah pasar bubrah.

Ketika Indonesia lepas pada masa penjajahan dan masuk era kemerdekaan, perekonomian mulai menunjukkan perbaikan. Indikasi dari perekonomian yang membaik adalah meningkatnya perdagangan dalam pasar yang disertai dengan pedagang yang semakin bertambah. Keberadaan pedagang di area terbuka membutuhkan naungan yang lebih nyaman dan memadai tidak lagi sekedar eyup-eyup atau naungan pohon. Kemudian muncullah bentuk bangunan baru yang disebut bango. Bango adalah bangunan bertinag empat dari bahan bambu atau kayu dengan skala ketinggian yang lebih longgar setinggi orang berdiri.

Pada masa orde baru pemerintah mulai memberikan perhatian yang lebih serius terhadap kedudukan pasar tradisional. Pembenahan mulai dilakukan dengan perluasan pasar dan relokasi. Kemudian dilanjutkan dengan pembangunan dan rehabilitasi los dari

commit to user

26

konstruksi besi ke konstruksi beton. Penataan tata ruang pasar oleh pemerintah diarahkan ke komposisi tunggal yaitu bangunan los. Namun yang terjadi pedagang memiliki kecenderungan melakukan kegiatan di area terbuka. Ketika area terbuka semakin sempit,

pedagang mengalihkan kegiatannya dengan mencari area di luar pasar. 3

Seiring jaman yang semakin berkembang dibutuhkan bentuk bangunan pasar baru yang memberikan keamanan ketika barang dagangan ditinggal setelah selesai kegiatan pasar. Bentuk bangunan ini disebut toko atau kios. Pada umumnya kios didirikan oleh pedagang yang memiliki modal lebih dan menginginkan kepraktisan dari pada membawa barang dagangannya bolak-balik pasar. Kios memiliki kecenderungan didirikan di bagian depan sehingga menutupi pedagang yang berada di dalam. Pedagang yang berada di dalam pasar pada akhirnya mengalami penurunan jumlah pembeli, lalu muncullah perlawanan dengan mendirikan PKL yang bertujuan menjemput kedatangan para pembeli.

Saat ini pasar-pasar tradisional rata-rata sudah beroperasi puluhan tahun dan telah direnovasi beberapa kali. Kondisi pasar tradisional yang kurang layak telah mendorong pemerintah untuk memodernisasi dan merenovasi bangunan pasar dengan struktur bangunan bertingkat demi efisiensi lahan sehingga mampu menampung jumlah pedagang dan pembeli lebih banyak (Newsletter SMERU Edisi No. 22).

Namun pada kenyataan bangunan pasar tradisional yang menggunakan konstruksi bangunan bertingkat menimbulkan permasalahan baru. Dari hasil pengamatan pada beberapa pasar tradisional menunjukkan bahwa kegiatan perdagangan di lantai atas sangat sepi pembeli. Sedikitnya pembeli yang berbelanja di lantai atas disebabkan banyak hal, salah satunya bentuk tangga yang curam yang menyulitkan pembeli saat membawa barang belanjaan. Terlebih pembeli pasar tradisional adalah para ibu rumah tangga yang karena faktor usia memiliki keterbatasan sehingga membutuhkan akses yang seharusnya lebih mudah dan aman. Keadaan inilah yang akhirnya memaksa penjual untuk beralih lokasi berdagang di bawah dengan mendirikan PKL. Selain permasalahan tersebut, konstruksi bangunan bertingkat pada pasar tradisional menghasilkan kondisi dalam pasar yang tidak nyaman. Seperti permasalahan sirkulasi udara yang tidak lancar sehingga

3 Kahar Sunoko, “Perkembangan Tata Ruang Pasar Tradisional”, UGM, Jogjakarta, 2002.

commit to user

27

keadaan menjadi pengab, bau dan panas. Keadaan seperti ini seacara langsung mengganggu kenyamanan pembeli sehingga mengakibatkan pembeli enggan berlama- lama di dalam pasar.

Kemajuan ilmu dan teknologi yang pesat pada kehidupan manusia berdampak sangat besar pada perkembangan ekonomi setiap negara. Masuknya kekuatan ekonomi

besar (multi corporate) tak mungkin terbendung dalam ekspansi ekonomi dunia. Karena proyeksi pemberlakuan pasar bebas melalui AFTA membuka peluang yang besar kearah liberalisasi ekonomi dunia menjadi semakin mapan. Sehingga mempengaruhi strategi dan kebijakan negara dunia ketiga termasuk Indonesia (Wiharto, 2006 dalam Istijabatul Aliyah 2007).

Di Indonesia saat ini muncul dan berkembang jenis pasar baru yang disebut dengan istilah pasar modern. Pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga (www.id.wikipedia.org). Pasar modern seperti hypermart, supermarket, carrefour dan sebagainya semakin menjamur di setiap kota di Indonesia.

Meskipun kehadiran pasar modern berdampak terhadap penurunan jumlah

pembeli pada pasar tradisional namun permasalahan internal yang terjadi pada pasar tradisional menjadi faktor utama beralihnya konsumen ke pasar modern. Temuan dari metode kualitatif menunjukkan bahwa penyebab utama kalah bersaingnya pasar tradisional dengan supermarket adalah lemahnya manajemen dan buruknya infrastruktur pasar tradisional, bukan semata-mata karena keberadaan supermarket. Supermarket sebenarnya mengambil keuntungan dari kondisi buruk yang ada di pasar tradisional (Newsletter SMERU Edisi No. 22:7).

Di tengah sengitnya persaingan antara pasar tradisional dengan pasar modern, keberadaan pasar tradisional masih sangat dibutuhkan bagi kelompok masyarakat tertentu. Keberadaan pasar tradisional pada era modern sekarang ini tidak saja masih dibutuhkan, tetapi juga tidak dapat dipisahkan dari system kehidupan masyarakat

commit to user

28

Indonesia. Kondisi ini disebabkan karena pada sebagian besar masyarakat Indonesia masih banyak yang belum memahami manfaat dari perkembangan ilmu dan teknologi. Sampai saat ini, pasar tradisional masih dominan perannya di Indonesia dan masih sangat dibutuhkan keberadaannya, terutama bagi kelas menengah ke bawah (Yulita, Dwi;1999).

Secara umum, pasar tradisional dan pasar modern memiliki fungsi yang sama yaitu menyediakan barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat. Namun hal pokok yang menjadi pembeda adalah kelas mutu pelayanan yang diberikan kepada pembeli.

Simbolon, M. Ali (2005) karakteristik pasar tradisional dan pasar modern dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel Karakteristik Pasar Tradisional dan Pasar Modern

No Karakteristik

Pasar Tradisional

Pasar Modern

1 Pengelolaan

- Dikelola oleh pemerintah kota (Dinas/PD.Pasar) - Terdiri dari unit-unit usaha kecil yang dimiliki perseorangan bersifat tradisional

- Dikelola oleh suatu perusahaan (grup atau perseorangan)

- Pengelolaan secara profesional

2 Organisasi

- Ada koperasi pedagang pasar

- Ada organisasi pengelolaan manejemen yang jelas

3 Kondisi fisik tempat usaha

- Bangunan temporer, semi permanent atau permanent - Kebersihan tidak terjaga dengan baik - Gang antar kios terlalu sempit - Fasilitas parkir tidak memadai

- Bangunan permanen umumnya dilengkapi dengan fasilitas- fasilitas memadai -Kebersihan dan kenyamanan konsumen lebih diutamakan -Pengaturan rak barang cukup baik

4 Barang

- Barang yang dijual adalah barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari - Umumnya barang yang dijual lebih segar dan bervariasi - Harga relative lebih murah, dapat ditawar

- Barang yang dijual hamper sama dengan pasar tradisional, tapi barang tahan lama lebih menonjol - Mutu barang terjamin - Barang ditata berdasarkan jenisnya

commit to user

29

- Penataan barang seadanya

- Barang dapat dipilih sendiri oleh konsumen

5 Hubungan penjual dan pembeli

-Terdapat interaksi antara penjual dan pembeli -Terjadi proses tawar-menawar

- Interaksi antara penjual dan pembeli terbatas - Transaksi bersifat ekonomis dan efisien

6 Waktu kegiatan

- Pada umumnyadimulai dari pukul 06.00 s.d 18.00 Wib

- Dimulai rata-rata dari pukul 09.00 s.d. 22.00 Wib

7 Mekanisme peroleh komoditas

- Diperoleh melalui pasar induk

- Memiliki akses langsung ke produsen

8 Lokasi

- Tumbuh tanpa perencanaan, lokasi ditempat-tempat yang strategis dan mudah dijangkau

- Strategi lokasi dipertimbangkan dengan matang

B.3. Sifat Kegiatan Pasar Tradisional

Pasar merupakan fasilitas umum yang mempunyai sifat dalam berbagai aspek kegiatan. Sejalan dengan kegiatan utamanya, sifat kegiatan dikelompokkan ke dalam tiga macam sifat, yaitu sifat kegiatan jual-beli, kegiatan obyek wisata, dan kegiatan sosial budaya. Untuk mendapatkan harga serendah mungkin, pengunjung atau pembeli dalam tawar-menawar dituntut keaktifan, kejelian, ketelatenan sehingga tercermin dinamika kehidupan.

a. Sifat Kegiatan Jual-Beli - Dinamis

Ramai, padat, hidup karena ragam kegiatan dengan pergeraka manusia, berbicara, dan tawar-menawar.

- Umum Semua orang dari berbagai lapisan tanpa membedakan gologan, derajat, maupun kedudukan bisa masuk dalam kegiatan ini.

- Terbuka Pengunjung tanpa hambatan visual/fisik dapat melihat dan mencapai barang dagangan, secara visual tidak boleh ada halangan unuk melihat

Tabel 1. Karakteristik Pasar Tradisional dan Pasar Modern Sumber : repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19429/4/Chapter%20II.pdf

commit to user

30

jauh ke depan, hingga pengunjung merasa bebas memilih tujuan dan barang. Demikian juga dapat mencapai keseluruhan unit-unit penjualan dengan lancar tanpa ada daerah kantong ataupun jalur sirkulasi yang buntu.

b. Sifat Kegiatan Pariwisata - Unik

Wisatawan yang datang mengharapkan adanya suasana maupun ragam barang yang digelar mempunyai nilai kedaerahan/setempat yang berbeda dengan yang mereka lihat dan rasakan pada daerah asalnya.

- Dinamis Pengunjung atau wisatawan yang datang ke pasar tersebut adalah untuk kegiatan santai atau refreshing dengan suasana pasar yang semarak.

c. Sifat Kegiatan Aspek Sosial Budaya - Luwes

Perilaku pengunjung dan pedagang yang mengadakan kegiatan tawar- menawar harga barang dagangan yang dijajakan, merupakan ciri khas pasar tradisional. Tidak ada harga mati dalam sistem jual beli di pasar. Harga ditentukan dengan kegiatan tawar-menawar dan turun-naiknya harga tersebut.

B.4. Peranan Pasar Tradidsional

B.4.1. Fungsi Pasar Tradisional 4 · Fungsi Ekonomi

Sebagai pusat penjualan, maka pasar dapat dipahami sebagai arus barang dan jasa, serta sebagai rangkaian mekanisme ekonomi untuk memelihara dan mengatur arus barang dan jasa tersebut (Geertz, 1981:31). Sebagai pusat ekonomi, maka perkembangan pasar tradisional dapat menjadi petunjuk awal untuk melihat perkembangan ekonomi masyarakat setempat.

4 www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19429/4/Chapter% 20II.pdf

commit to user

31

· Fungsi Sosial Sebagaimana dikemukakan Evers (1997:84-85), pasar merupakan lokasi

pertemuan antara sesama kawan, sahabat karib, berkenalan dengan orang dari tempat lain, mencari pacar dan lain-lain. Pasar juga menjadi pusat jaringan sosial dan informasi yang luar biasa. Pertemuan pengunjung di pasar di samping untuk menjual produk pertanian dan membeli barang-barang kebutuhan hidup rumah tangga (keluarga), dijadikan pula sebagai tempat pertemuan dengan seseorang yang berasal dari desa yang berbeda, baik yang ada hubungan keluarga maupun yang tidak sama sekali (Majid, 1989:315). Effendi (1999) dalam penelitiannya menemukan bahwa pasar mingguan merupakan arena bertemunya sanak keluarga yang berasal dari desa yang berbeda. Dari sini tampak bahwa pasar tak hanya sebagai tempat kita mendapatkan barang dan jasa yang kita butuhkan melainkan juga sebagai wadah kita untuk berinteraksi dengan sesama manusia.

· Fungsi Budaya Pasar memiliki multi peran, yaitu tidak hanya berperan sebagai tempat

bertemunya antara penjual dan pembeli tetapi pasar juga memiliki fungsi sebagai tempat bertemunya budaya yang dibawa oleh setiap mereka yang memanfaatkan pasar. Interaksi tersebut tanpa mereka sadari telah terjadi pengaruh mempengaruhi budaya masing-masing individu (Depdikbud, 1993 :4). Pasar, pada masyarakat pedesaan dapat diartikan sebagai pintu gerbang yang menghubungkan masyarakat tersebut dengan dunia luar. Hal ini menunjukkan bahwa pasar mempunyai peranan dalam perubahan-perubahan kebudayaan yang berlangsung di dalam suatu masyarakat. Melalui pasar ditawarkan alternatif-alternatif kebudayaan yang berlainan dari kebudayaan setempat (Sugiarto, 1986 : 2).

· Fungsi Politik Berbagai kebijakan pembangunan pedesaan, termasuk keberadaan pasar

tradisional tidak terlepas dari pengaruh politik berbagai kelompok masyarakat, antara lain : kelompok petani, kelompok pedagang, kelompok kepentingan tertentu, dan juga dari pemerintah sendiri (Effendi, 1999). Pasar sebagai pusat

commit to user

32

keramaian juga sering digunakan sebagi wahana untuk memperkenalkan atribut-atribut politik terhadap masyarakat luas. Pusat-pusat perkumpulan (organisasi) yang bersifat politik juga biasanya ditemui di pasar (Evers, 1997). Institusi pasar yang ramai juga menjadi strategis untuk dijadikan instrument mempengaruhi orang lain mengikuti kemauan politik kelompok yang bersangkutan untuk tujuan perekrutan anggota.

B.4.2. Nilai Strategis Pasar Tradisional di Indonesia

Bagi masyarakat Indonesia, pasar tradisional tak sekedar mewadahi kegiatan jual beli semata. Namun lebih dari itu, pasar tradisional berfungsi juga sebagai tempat berinterasksi sosial dan memperoleh informasi. Kegiatan tawar menawar yang terjadi dalam transaksi jual beli menghasilkan hubungan antara pedagang dan pembeli menjadi lebih akrab. Dari hasil penelitian Geertz, menemukan adanya praktek bahwa tawar- menawar yang tidak ada habis-habisnya antara pembeli dan penjual bukan cuma bersebab dari tidak adanya pembukuan yang lengkap tetapi karena proses tawar-menawar seperti itu yang terefleksi semacam ada kegigihan, adu kekerasan syaraf dan ajang adu pengalaman. Bisa memberikan keasyikan tersendiri masing-masing pihak.

Tak hanya identik dengan sistem sliding price (tawar menawar), pasar tradisional juga mempunyai karakteristik “bazaar type economy”. Menurut Gertz (1963), karakteristik bazaar pada pasar tradisional terlihat dengan banyak pedagang yang menjual berbagai barang dagangan yang sejenis.

Meskipun pasar tradisional memiliki kekhasan yang jarang ditemui pada pusat perbelanjaan modern, namun pasar tradisional saat ini telah identik dengan tempat belanja yang tidak nyaman. Becek, lantai berlubang, gang antarlos sempit, bocor, panas, sampah di mana-mana, bau tak sedap, dan lalat beterbangan merupakan gambaran pasar tradisional pada umumnya. Pasar tradisional dicirikan oleh organisasi pasar yang sederhana, tingkat efisiensi dan spesialisasi yang rendah, volume barang relative kecil, bentuk bangunan yang apa adanya, terkesan sempit, kotor, berlakunya sistem harga luncur, dan interaksi berlangsung secara real (Slamet, 2003:3).

commit to user

33

Pasar tradisional dibentuk oleh masyarakat melalui kesepakatan bersama sebagai kegiatan budaya. Aktivitas dalam pasar tradisional bukan sekedar kegiatan ekonomi, namun ada silaturahmi yang luas. Hal ini tentunya berbeda dengan pasar modern yang merupakan hasil paham kapitas yaitu selalu berorientasi untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.

Pada mulanya pasar tradisional hanya beroperasi pada hari-hari tertentu atau hari pasaran. Satu pasar, misalnya hanya beroperasi pada pasaran Pahing sementara pasar yang lain hanya pada pasaran Kliwon. Jadi pedagang pada saat itu harus membawa barang dagangannya ke pasar sesuai dengan pasaran untuk berjualan. Kegiatan perdagangan yang berpindah-pindah sesuai dengan pasaran ini juga merupakan kekhasan pasar tradisional. Namun seiring fasilitas kegiatan pasar yang berkembang muncullah bentuk bangunan baru yaitu kios yang memungkinkan terjadinya kegiatan menetap. Dan pada perkembangannya semakin banyak pasar tradisional yang beroperasi harian dan tidak lagi menggunakan pasaran.

Seperti diuraikan sebelumnya bahwa pasar tradisional menyangkut hidup orang banyak terutama masyarakat kecil. Di Indonesia, terdapat 13.450 pasar tradisional dengan sekitar 12,6 juta pedagang kecil (Kompas 2006). Pasar tradisional memberikan kemudahan akses bagi pemasok kecil termasuk petani, berbeda dengan pasar modern menjalin kerja sama dengan pemasok besar. Bahan pangan yang langsung dipasok dari petani memiliki keunggulan bahan masih segar dan sehat.

Beberapa pokok positif yang dapat dicatat dari pasar tradisional adalah :

· Pasar tradisional memberikan pelayanan kepada semua tingkat golongan masyarakat dan menjadi tempat bertemu antar golongan itu.

· Pasar tradisional menyediakan berbagai jenis pelayanan dan tingkat fasilitas sehingga pasar jadi tempat berbelanja dan berdagang dari

berbagai golongan masyarakat. · Pasar tradisional menampung padagang-padagang kecil golongan

ekonomi lemah.

commit to user

34

· Pasar tradisional menumbuhkan berbagai kesempatan kerja sampingan

dan pelayanan pengunjung. · Yang paling unik adalah pasar dengan kelanjutan bentuk tradisional ini

menimbulkan suasana bazaar, tradisi tawar menawar dan hubungan langsung antar manusia yang manusiawi.

C. Tinjauan Tata Ruang Pasar 5