Pasar Gede Hardjanagara

G.1. Pasar Gede Hardjanagara

14 Tjahja Tribinuka, pengajar arsitektur ITS

Gambar 14. Pasar Gede Sumber : Dokumen Pribadi

commit to user

58

Pasar Gede berlokasi pada lokasi yang strategis yaitu di persimpangan jalan dari kantor gubernur pada zaman kolonial Belanda yang sekarang berubah fungsi menjadi Balaikota Surakarta. Bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Ir. Thomas Karsten. Dalam sejarahnya, Karsten adalah orang yang menganut paham demokrasi dan sangat menghargai budaya. Arsitektur pasar gede merupakan perpaduan antara gaya belanda dan gaya tradisional.

Bangunan pasar selesai pembangunannya pada tahun 1930 dan diberi nama Pasar Gedhé Hardjanagara. Pasar ini diberi nama pasar gedhé (dalam bahasa Jawa) atau “pasar besar” karena pintu gerbang di bangunan utama menggunakan atap yang besar, terlihat seperti atap singgasana. Pasar gede terdiri dari dua bangunan yang terpisahkan jalan. Masing-masing dari kedua bangunan ini terdiri dari dua lantai. Seiring dengan perkembangan masa, pasar ini menjadi pasar terbesar dan termegah di Surakarta. Pasar Gede dulunya dibangun sebagai mediator perdagangan bagi masyarakat Belanda-Cina- pribumi pada saat itu, dengan harapan hubungan antara etnis-etnis tersebut yang semula penuh konflik dapat berlangsung harmonis.

Bangunan Pasar Gede terdiri dari 2 (dua) bangunan : · Bagian Barat (1.364 m2) : Menyediakan jenis dagangan buah – buahan dan ikan

hias. · Bagian Timur (5.607 m2) : Menyediakan dagangan kebutuhan sehari – hari dan

mempunyai spesifikasi menyediakan makanan khas Solo

Pada desain Pasar Gede kita dapat mencermati beberapa strategi desain Karsten untuk menghasilkan pasar yang nyaman dan sesuai dengan karakter masyarakat Solo. Pasar ini merupakan pasar yang dirancang dengan sangat baik dari segi sirkulasi udara maupun pengguna. Sirkulasi udara diwujudkan dengan bentuk atap dan juga adanya jendela-jendela yang dibuat besar juga pada lantai dua tinggi dinding yang hanya sekitar satu pertiga dari dinding dan diatasnya menggunakan kawat. Untuk sirkulasi udara dan cahaya agar berjalan dengan baik juga untuk memudahkan komunikasi antara pedagang di lantai 1 dan pedagang di lantai 2 maka void dibuat lebar. Void yang luas ini membuat

commit to user

59

bangunan pasar gede terasa lebih longgar dan menjadi pasar yang nyaman untuk pengguna dibandingkan dengan pasar-pasar tradisional lain yang biasanya karena tidak terasa sumpek di dalamnya. Apalagi dengan adanya viod ini maka jarak antara lantai dengan atap akan lebih tinggi maka hal ini juga akan memberikan efek pada sirkulasi udara yang baik juga.

Untuk menjaga kondisi tidak panas di dalam pasar atap-atapnya ke timur-barat sehingga meminimalkan penyerapan radiasi matahari. Walaupun pasar ini dikatakan satu bangunan tetapi menggunakan atap yang banyak pada bagian dalamnya (tiap petak bangunan los pedagang) dapat mengurangi luasan paparan sinar matahari. Atap pada bangunan pasar Gede ini menggunakan rangka baja. Bahan penutup atap yang digunakan yaitu sirap dan juga seng pada bagian atap tertentu namun sebagian besar bangunan beratapkan sirap. Penggunaan atap sirap bertujuan untuk merespon iklim tropis yang panas karena sifat kayu yang melepas udara dingin saat panas dan menyimpan panas yang akan dikeluarkan jika udara disekitarnya dingin. Atap yang menggunakan seng dijumpai hanya dibeberapa bagian saja dan tetap dirancang dengan sedemikian rupa agar tetap mendapatkan cahaya dan juga sinar matahari dengan baik. Fiberglass digunakan sebagai penutup atap pada void sehingga cahaya matahari siang hari dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin sebagai sumber pencahayan alami dan dapat menghemat penggunaan energi listrik.

Gambar 15. Interior dan Eksterior Pasar Gede

Sumber : Dokumen Pribadi

commit to user

60

Bangunan Pasar Gede dibuat tinggi untuk merespon aktivitas pengguna yaitu untuk mempermudah para pedagang membawa gendongannya ke dalam bangunan. Karena pada waktu itu para pedagang membawa barang dagangan dengan digendong sampai tinggi, maka menanggapi hal itu maka desain pasar gede dibuat sedemikian rupa. Selain itu area parkir Pasar Gede dibuat mengelilingi pasar dan berbatasan langsung dengan bangunan pasar merupakan bentuk pendekatan yang dilakukan Karsten pada kebiasaan masyarakat Solo yang pada umumnya menginginkan akses yang cepat, mudah dan bisa langsung sampai pada tempat yang diinginkan.

Dengan adanya Pasar Gede ini mempengaruhi lingkungan sekitar yaitu membentuk lingkungan sekitar menjadi daerah perdagangan / daerah komersial, hal ini dibuktikan dengan banyaknya pertokoan, jasa perniagaan maupun perbankan. Selain itu beralihnya perumahan penduduk menjadi ruko.

Namun seiring dengan semakin meningkatnya tingkat mobilitas sering terjadi kemacetan di sekitar Pasar Gede pada jam-jam kerja. Area parkir pada Pasar Gede umumnya menggunakan bahu jalan sehingga ketika arus transportasi sedang ramai dapat menghambat kendaraan yang lewat.