PEMBAHASAN 1. Pembahasan Pengetahuan Perawat tentang Perilaku Asertif dalam

Ratih Sufra Rizkani : Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Asertif Perawat dalam Membina Hubungan Interpersonal di Ruang Rawat Inap Mawar Nusa Indah RSUD. dr. Djoelham Binjai, 2010. 5.2. PEMBAHASAN 5.2.1. Pembahasan Pengetahuan Perawat tentang Perilaku Asertif dalam Membina Hubungan Interpersonal di Ruang Rawat Inap Mawar Nusa Indah RSUD. dr. Djoelham Binjai. Pengetahuan perawat tentang perilaku asertif, yang telah dibahas sebelumnya menunjukkan bahwa 7 orang memiliki pengetahuan yang rendah, 6 orang dengan pengetahuan asertif yang baik, sedangkan sisanya sebanyak 28 orang dalam katagori pengetahuan sedang. Sebanyak 75,6 atau 31 perawat ruang rawat inap Mawar Nusa Indah RSUD.dr. Djoelham Binjai ternyata tidak memahami bahwa perilaku asertif tidak hanya merupakan perilaku verbal, tetapi juga nonverbal dapat dilihat pada tabel 3 nomor1. Jumlah ini cukup besar, dapat disimpulkan lebih banyak yang tidak mengetahui daripada yang mengetahui. Perilaku asertif adalah perilaku verbal maupun non-verbal yang menyatakan kejujuran akan kebutuhannya, melalui pesan langsung dan jelas, mendengarkan aktif, postur tubuh relaks dan terbuka, suara tegas dan meyakinkan, menatap pandangan mata lawan, bicara dengan mantap, dan menghargai orang lain Carrol, 2004 dalam mitrariset, 2008. Apa yang dikatakan oleh Carrol 2004 ini juga sejalan dengan Monica 1998, bahwa asertif adalah perilaku verbal dan nonverbal. Perilaku asertif merupakan bentuk komunikasi, dan komunikasi pada umumnya dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal. Selain itu, mayoritas perawat 24 orang atau 58,5 di ruang rawat inap Mawar Nusa Indah RSUD.dr. Djoelham Binjai, berasumsi bahwa berbisik adalah perilaku asertif, ini dapat dilihat pada tabel 3 nomor 2. Hal ini bertentangan dengan konsep yang menyatakan bahwa berbisik bukan perilaku asertif. Menurut Ratih Sufra Rizkani : Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Asertif Perawat dalam Membina Hubungan Interpersonal di Ruang Rawat Inap Mawar Nusa Indah RSUD. dr. Djoelham Binjai, 2010. De Janasz 2002, suara yang pelan tergolong dalam perilaku pasif. Ciri-ciri asertif adalah ketegasannya penuh kelembutan, dan tanpa arogansi Susanto,2005. Pada situasi-situasi yang memerlukan perilaku asertif ketegasan, bersikap lembut bukan berarti berkomunikasi dengan suara pelan atau berbisik yang menyebabkan pesan tidak terdengar jelas oleh penerima pesan, sehingga dapat terjadi salah penafsiran. Tetapi, juga bukan berarti harus keras-keras. Menurut Monica 1998 dan De Janasz 2002, nada yang cepat dan keras tergolong agresif, selain nada yang terlalu keras biasanya membuat pendengar tidak nyaman. Perawat ruang rawat inap Mawar Nusa Indah RSUD. dr. Djoelham Binjai pada umumunya memiliki pemahaman yang benar bahwa perilaku asertif adalah bentuk perilaku yang bertanggungjawab atas keadaan emosi pribadi, dan bukan menyalahkan atau memojokkan orang lain. Pemahaman perawat tentang hal ini dapat terlihat pada nomor 12, yaitu sebanyak 27 perawat mengetahui bahwa mengatakan saya kecewa pada anda, adalah salah bentuk komunikasi asertif. Sesuai yang dikatakan oleh Supardi dan Sadarjoen dalam kompas 2005, bahwa ekspresi asertif pada umumnya mengandung unsur berita tentang aku, seperti saya sebal, saya kesal, saya marah. Dalam berita tentang aku tersebut terkandung makna bahwa saya mempunyai perasaan emosi dan perasaan saya itu adalah tanggung jawab saya. Sebaliknya ekspresi agresif selalu mengandung unsur berita tentang kamu, karena akibat perasaan emosi di dalam dirinya maka lawan bicara diserang atau diberi sebutan yang bermakna negatif. Kalimat yang mengandung berita tentang kamu dapat dicontohkan sebagai berikut : Ratih Sufra Rizkani : Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Asertif Perawat dalam Membina Hubungan Interpersonal di Ruang Rawat Inap Mawar Nusa Indah RSUD. dr. Djoelham Binjai, 2010. Kamu seharusnya tidak melakukan hal itu”, ”kamu orang jahat”, atau ”sombong sekali kamu. Apabila kemarahan sudah memuncak, biasanya seseorang akan lebih sering menggunakan komunikasi yang didominasi oleh berita tentang kamu. Oleh karena seorang yang asertif tidak akan pernah menyertakan berita tentang kamu, jadi tidak ada yang merasa disalahkan dan dicerca oleh keberadaan emosi negatif secara agresif, dari lawan bicaranya. Pada pembahasan prinsip asertif sesuai Berko, dkk 1985 dalam Tubbs Moss 2005, diidentifikasi bahwa perilaku asertif bukan sebuah cara untuk membahagiakan orang lain, tetapi juga bukan sebuah cara untuk melukai menyakiti perasaan orang lain. Perawat ruang rawat inap Mawar Nusa Indah RSUD. dr. Djoelham Binjai sebanyak 30 orang atau 73,2,dapat dilihat pada tabel 1 nomor 16 masih memiliki pemahaman yang belum baik mengenai asertif seutuhnya, karena beranggapan bahwa perilaku asertif bertujuan untuk membuat orang lain senang. Ini adalah pemahaman yang salah. Asertif adalah kejujuran, dan tujuannya bukan untuk menyenangkan orang lain, melainkan mencari solusi dari perbedaan pendapat atau menolak keinginan orang lain yang tidak kita sukai dengan cara yang santun. Mencoba membina interaksi dengan konsep “menang- menang” De Janasz, 2002 atau win-win solution dalam memanajemen konflik yang ada. Sehingga, adakalanya perilaku asertif tidak selalu disukai oleh orang- orang yang tidak bisa berlapang hati untuk ditolak. Itulah sebabnya Rini 2001 berpendapat, bahwa kebanyakan orang tidak mau bersikap asertif karena dalam dirinya ada rasa takut mengecewakan orang lain, takut jika akhirnya dirinya tidak lagi disukai ataupun diterima. Selain itu alasan “untuk mempertahankan Ratih Sufra Rizkani : Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Asertif Perawat dalam Membina Hubungan Interpersonal di Ruang Rawat Inap Mawar Nusa Indah RSUD. dr. Djoelham Binjai, 2010. kelangsungan hubungan” juga sering menjadi alasan karena salah satu pihak tidak ingin membuat pihak lain sakit hati. Padahal, dengan membiarkan diri untuk bersikap non-asertif memendam perasaan, perbedaan pendapat, justru akan mengancam hubungan yang ada karena salah satu pihak kemudian akan merasa dimanfaatkan oleh pihak lain. 5.2.2. Pembahasan Perilaku Asertif Perawat dalam Membina Hubungan Interpersonal di Ruang Rawat Inap Mawar Nusa Indah RSUD. dr. Djoelham Binjai. Perilaku adalah hal yang unik, yang dapat berbeda-beda antar satu individu dengan lainnya. Menurut Sarwono, 1983, dalam Sunaryo, 2004, ciri- ciri perilaku manusia yang membedakannya dari perilaku makhluk lain adalah kepekaan sosial, kelangsungan perilaku, orientasi pada tugas, usaha dan perjuangan, serta uniknya tiap individu manusia. Pada pembahasan perilaku asertif perawat ini kita telah mengetahui sebelumnya bahwa, sebanyak 4 orang perawat dapat berperilaku asertif, 35 perawat dapat dikatakan berperilaku asertif sedang, sedangkan sisanya 2 perawat kurang baik dalam berperilaku asertif. Perilaku dapat terlihat saat seseorang membina hubungan interpersonal. Dalam hal ini, perilaku asertif perawat dapat terlihat saat perawat membina hubungan interpersonal dengan pasien, dokter, sesama perawat, dan lain-lain. Sebagai contoh pada item nomor 10 dan 15 dalam tabel 5 membahas hubungan interpersonal antara perawat-dokter. Dalam hubungan interpersonal perawat- dokter terdapat kegiatan ”kolaborasi”. Lindeke dan Sieckert 2005, mendefinisikan kolaborasi ini sebagai proses komplek yang membutuhkan Ratih Sufra Rizkani : Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Asertif Perawat dalam Membina Hubungan Interpersonal di Ruang Rawat Inap Mawar Nusa Indah RSUD. dr. Djoelham Binjai, 2010. sharing pengetahuan yang direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga profesional kesehatan. Ternyata, sebanyak 13 perawat di ruang rawat inap Mawar Nusa Indah RSUD. dr. Djoelham Binjai tidak dapat berperilaku asertif yaitu menolak permintaan dokter, apabila permintaan tersebut dalam keadaan bertentangan dengan fungsi advokat seorang perawat. Sesuai dengan kode etik keperawatan pada bagian perawat-teman sejawat tertulis bahwa, perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis, illegal PPNI, 2000. Sejalan dengan kode etik keperawatan PPNI, 2000 pula, perawat memiliki kewajiban belajar terus menerus dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar profesional dalam tugasnya. Sehingga, dengan ilmu dan keterampilan yang dimilikinya, perawat dapat menegakkan fungsi advokatnya. Selain dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang profesional, dibutuhkan pula perilaku asertif. Dengan ilmu dan keterampilan, namun tanpa bisa berperilaku asertif, perawat dapat gagal menjalankan fungsi advokat jika dihadapkan pada situasi yang memerlukan ketegasan, baik ketegasan terhadap pasien maupun saat berkolaborasi dengan profesional lainnya. Sedangkan pada nomor 15, sebanyak 34,2 atau 14 perawat ruang rawat inap Mawar Nusa Indah RSUD.dr. Djoelham Binjai, belum dapat bersikap asertif karena tidak dapat mengajukan haknya, terbelenggu oleh perasaan segan, yang bukan termasuk perilaku asertif. Menurut Calhoun Acocella 1995, sikap Ratih Sufra Rizkani : Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Asertif Perawat dalam Membina Hubungan Interpersonal di Ruang Rawat Inap Mawar Nusa Indah RSUD. dr. Djoelham Binjai, 2010. tegas meliputi setiap tindakan yang dinggap benar dan perlu dikemukakan. Dalam kehidupan sehari-hari dan dalam hubungan interpersonal, seseorang kadang dihadapkan pada konflik antara keinginan untuk mempertahankan hak pribadi dan keharusan untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain. Hal ini terjadi karena adanya saling ketergantungan antara individu yang satu dengan yang lain. Individu seringkali mengalami kesalahan dalam menghadapi suatu konflik. Kesalahan yang seringkali dibuat oleh individu adalah dengan berperilaku non- asertif dan agresif. Situasi yang mengandung konflik itulah yang biasanya mendahului individu dalam mengambil keputusan, untuk itu diperlukan suatu bentuk keterampilan sosial yang efektif seperti asertif Hastiarni, 2004. Jadi, selayaknya perawat tidak segan untuk menyatakan apa yang menjadi kebutuhannya apakah itu informasi yang lengkap, instruksi yang jelas, yang merupakan kebutuhan penting saat perawat membina hubungan interpersonal demi tercapainya perawatan yang maksimal untuk pasien. 5.2.3 Pembahasan Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Asertif Perawat dalam Membina Hubungan Interpersonal di Ruang Rawat Inap Mawar Nusa Indah RSUD. dr. Djoelham Binjai. Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan, didapat nilai yang tidak signifikan untuk terjadinya hubungan, sehingga Ho gagal ditolak atau tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku asertif perawat ruang rawat inap Mawar Nusa Indah RSUD.dr. Djoelham Binjai. Ini dapat dijelaskan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Menurut Sunaryo 2004, faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang, meliputi faktor endogen dari dalam individu itu sendiri dan faktor eksogen dari luar individu Ratih Sufra Rizkani : Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Asertif Perawat dalam Membina Hubungan Interpersonal di Ruang Rawat Inap Mawar Nusa Indah RSUD. dr. Djoelham Binjai, 2010. itu. Faktor endogen antara lain jenis ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian, bakat pembawaan, serta inteligensi. Beberapa faktor eksogennya antara lain : lingkungan, pendidikan, agama, sosial ekonomi dan kebudayaan. Perilaku asertif sendiri adalah perilaku yang perlu dipelajari. Dalam Swanburg 2000, dijelaskan bahwa perilaku asertif perlu dilatih, antara lain dengan mempelajari studi kasus, bermain peran dan diskusi kelompok. Hal ini dapat diasumsikan mungkin saja seseorang mempunyai pengetahuan tentang perilaku asertif dengan baik, tetapi tetap membutuhkan waktu dan latihan untuk menerapkan pengetahuan itu menjadi perilaku asertif bagi dirinya sendiri. Herawani, dkk 2001 menyatakan bahwa perubahan intensional merupakan perubahan yang terjadi dalam proses belajar berkat pengalamanpraktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari bukan secara kebetulan. Asertif adalah cara komunikasi yang perlu diketahui oleh semua orang, setelah mengetahui asertif, perlu melakukan latihan-latihan, sehingga mampu berkomunikasi secara asertif khususnya dalam situasi-situasi yang memiliki konflik. Berdasarkan tabel 4 dan tabel 6 yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dilihat meskipun pengetahuan perawat tentang asertif mayoritas dalam katagori cukup dan perilaku asertif perawat dalam katagori sedang, tetapi frekuensi perawat yang memiliki pengetahuan rendah tentang asertif lebih banyak 7 perawat dibanding dengan perawat yang perilaku asertifnya kurang baik yaitu 2 perawat. Ini mengindikasikan bahwa 7 orang perawat yang pengetahuannya tentang asertif rendah, belum tentu perilaku asertifnya kurang baik, karena Ratih Sufra Rizkani : Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Asertif Perawat dalam Membina Hubungan Interpersonal di Ruang Rawat Inap Mawar Nusa Indah RSUD. dr. Djoelham Binjai, 2010. perawat yang perilaku asertifnya kurang baik hanya 2 perawat bukan 7 orang perawat. Selain itu, jika dilihat skor total tiap responden perawat antara skor pengetahuan dengan perilakunya, yang terlihat adalah perawat yang pengetahuannya rendah, memiliki perilaku asertif yang cukup atau malah baik, sedangkan perawat yang memiliki pengetahuan sedang memiliki perilaku asertif yang kurang baik, sedang dan baik dan pada perawat yang pengetahuannya baik, malah memiliki perilaku asertif yang sedang, bukan perilaku asertif katagori baik. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 6. Sejalan dengan Notoatmodjo 2003, pengetahuan terdiri dari 6 tingkatan domain kognitif, dimana tingkat ketiga setelah tahu dan paham adalah aplikasi, yang berarti seseorang yang mengerti asertif seharusnya dapat mengaplikasikannya. Peneliti berasumsi bahwa sebelum domain pengetahuan dalam diri seseorang sampai pada tahap tingkat aplikasi, ini memungkinkan seseorang yang sudah pada domain kognitif tahu dan paham, belum mampu mengaplikasikan sesuatu tersebut. Dalam hal ini mengaplikasikan perilaku asertif menjadi perilaku dirinya ketika berhadapan pada situasi konflik. Ratih Sufra Rizkani : Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Asertif Perawat dalam Membina Hubungan Interpersonal di Ruang Rawat Inap Mawar Nusa Indah RSUD. dr. Djoelham Binjai, 2010.

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN STRES KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

2 5 113

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH Hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan perilaku perawat dalam pengelolaan sampah medis di ruang rawat inap RSUD Sukoharjo.

0 5 17

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENGELOLAAN Hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan perilaku perawat dalam pengelolaan sampah medis di ruang rawat inap RSUD Sukoharjo.

0 6 13

PENDAHULUAN Hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan perilaku perawat dalam pengelolaan sampah medis di ruang rawat inap RSUD Sukoharjo.

0 3 7

DAFTAR PUSTAKA Hubungan antara tingkat pengetahuan perawat dengan perilaku perawat dalam pengelolaan sampah medis di ruang rawat inap RSUD Sukoharjo.

0 13 4

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA.

0 1 7

HUBUNGAN ANTARA ETIKA PELAYANAN PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP Hubungan Antara Etika Pelayanan Perawat Dengan Kepuasan Pasien Di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Moewardi Surakarta.

0 0 16

HUBUNGAN PERILAKU BULLYING DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD PROF. DR. MA. HANAFIAH, SM BATUSANGKAR.

0 6 11

Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Tim Perawat Pelaksana Dalam Pendokumentasian Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.RM.Djoelham Binjai Tahun 2017

0 0 15

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PERILAKU CARING PERAWAT DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP RSUD JOMBANG TAHUN 2013 Nita Arisanti Y STIKES Insan Cendekia Medika Jombang ABSTRAK - HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PERILAKU CARING PERAWAT DI RUANG INSTALASI

0 0 10