Ratih Sufra Rizkani : Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Asertif Perawat dalam Membina Hubungan Interpersonal di Ruang Rawat Inap Mawar Nusa Indah RSUD. dr. Djoelham Binjai, 2010.
Orang yang asertif, dalam jarak mereka dari orang lain, akan berdiri cukup dekat sehingga tidak banyak yang dapat lewat di antara mereka misalnya, tubuh orang
lain, tetapi juga tidak terlalu dekat, sehingga “memecahkan” gelembung atau semburan ludah mereka.
Pada tahun-tahun terakhir ini banyak buku yang mengulas “bahasa tubuh”, yang semuanya berkesimpulan bahwa tubuh kita dapat melakukan banyak
komunikasi, baik disadari maupun tidak. “Apapun yang kita lakukan dengan tubuh kita akan menimbulkan kesan pada orang lain mengenai diri kita. Yang
terpenting, buatlah anda tertarik pada orang lain dengan percakapan itu. Bagaimanapun, tubuh kita itu jujur. Tubuh kita cenderung mengkomunikasikan
apa yang sebenarnya kita rasakan. Bila anda merasa senang, bahagia dan penuh perhatian, secara otomatis, tubuh anda pun akan menyampaikan perasan tersebut
Calhoun Acocella, 1995. Selain itu, Monica 1998 menjelaskan unsur-unsur verbal sikap asertif,
yaitu :
a. Mengatakan tidak
. Pernyataan asertif dapat berupa inisiasi atau reaksi. Terdapat cara-cara
untuk mengatakan “tidak” secara asertif sebagai respon terhadap permintaan orang lain atau kebutuhan orang lain. Banyak orang merasa disudutkan ketika
diminta untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin mereka lakukan. Keluhan yang sering muncul adalah “Saya tidak bisa berkata tidak”. Ada beberapa alasan dari
orang tidak dapat atau tidak mau mengatakan tidak; beberapa merasa takut akan kemarahan atau tidak diakui oleh orang lain; beberapa takut menyakiti perasaan
Ratih Sufra Rizkani : Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Asertif Perawat dalam Membina Hubungan Interpersonal di Ruang Rawat Inap Mawar Nusa Indah RSUD. dr. Djoelham Binjai, 2010.
orang lain; beberapa takut akan penolakan; dan beberapa merasa bahwa mengatakan tidak akan merusak konsep diri mereka sebagai “yang baik”.
b. Menunjukkan sikap.
Unsur dari asertif ini bisa merupakan inisiasi atau respon terhadap suatu situasi. Unsur kunci pada area ini adalah kejelasan dari posisi seseorang,
penghargaan diri dengan mana posisi tersebut dinyatakan, dan pemahaman tentang posisi orang lain, misalnya: “ Saya tahu bahwa anda yakin Nona Lloyd
sedang dalam pemulihan; tetapi saya tidak yakin bahwa ia telah siap untuk dipulangkan, dan saya tidak mendukung kepulangannya”.
c. Meminta Pertolongan.
Banyak orang percaya bahwa mereka tidak mempunyai hak untuk meminta pertolongan. Hal ini tidak benar. Orang mempunyai hak untuk
mendapatkan segala yang dimintanya, tetapi perlu ada ijin untuk memintanya. Bila seseorang merasa sulit untuk meminta pertolongan, hal ini kadang-kadang
berarti ia takut ditolak dan bukan sekedar suasananya yang sulit. Sebagai contoh pada perasaan berikut : “Bila ia mengatakan tidak untuk hal ini, berarti ia tidak
mencintai saya,” atau mungkin dalam hal lain berarti bahwa seseorang akan merasa bersalah, dan yang dimintai pertolongan tadi wajib untuk meminta
kembali sesuatu dari yang ditolongnya meskipun di luar kemampuan kita: “Bila ia meminjamkan mobilnya, saya akan harus melakukan apapun yang diinginkannya
kapanpun dia menginginkannya.” Ketika meminta pertolongan, bersikap asertif berarti menyatakan masalah dengan jelas dan membuat permintaan yang khusus.
Seberapa lama orang harus bertahan dengan permintaannya adalah masalah
Ratih Sufra Rizkani : Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Asertif Perawat dalam Membina Hubungan Interpersonal di Ruang Rawat Inap Mawar Nusa Indah RSUD. dr. Djoelham Binjai, 2010.
penilaian; permintaan harus berakhir dengan persetujuan atau dengan pemahaman mengapa tidak dapat atau tidak boleh disetujui. Jangan mengakhiri permintaan
sebelum titik ini tercapai.
d. Mengajukan Hak