dapat dimetabolisme menjadi energi dan tidak langsung disimpan dalam bentuk lemak.
6.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Lebih
6.3.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Status Gizi Lebih
Jenis kelamin yang merupakan salah satu karakteristik anak ikut memberi peran dalam penentuan status gizi anak. Anak perempuan
cenderung untuk mengalami gizi lebih dibandingkan dengan anak laki- laki dikarenakan anak laki-laki lebih aktif dibandingkan dengan anak
perempuan Davidson dan Birch, 2001. Nelson 2001 mengatakan ada hubungan antara jenis kelamin
dengan status gizi. Sedangkan menurut Australian Institute of Helath and Welfare AIHW 2003 dalam News South Wales NSW Centre 2005
laki-laki lebih berpotensi untuk mengalami gizi lebih dibandingkan perempuan.
Hal ini selaras dengan penelitian Anggraini 2008 yang dilakukan di Kota Bogor mengenai obesitas pada anak TK menunjukkan bahwa
obesitas cenderung terjadi pada anak laki-laki 58.7 dibandingkan pada anak perempuan 38.9. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi 2011
juga menunjukkan bahwa obesitas cenderung terjadi pada laki-laki. Dari hasil uji yang dilakukan peneliti diperoleh hasil yang berbeda
yaitu ditemukan bahwa anak perempuan cenderung mengalami gizi lebih 20 dibandingkan anak laki-laki 11,5. Penelitian ini ternyata selaras
dengan penelitian Wati 2006 yang menemukan bahwa perempuan cenderung mengalami gizi lebih dibandingkan dengan laki-laki.
Dengan menggunakan α = 5, diperoleh p value = 0,481 yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara gizi lebih anak pra
sekolah dengan jenis kelamin di TK Salman ITB Ciputat tahun 2013. Hasil penelitian ini kembali didukung oleh penelitian Wati 2006 yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara anak laki-laki dan perempuan terhadap status gizi lebih pada anak pra sekolah di TK Al
Azhar p value= 0,633. Dijelaskan oleh WHO 2000, perempuan cenderung mengalami
peningkatan penyimpanan lemak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung mengonsumsi sumber karbohidrat yang lebih kuat
sebelum masa
pubertas, sementara
laki-laki lebih
cenderung mengonsumsi makanan yang kaya protein. Tetapi penelitian yang
dilakukan oleh Proper, Cerin, Brown, dan Owen 2006 menyatakan bahwa laki-laki secara signifikan lebih berkemungkinan untuk menjadi
overweight atau obesitas daripada wanita, karena laki-laki cenderung untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk santai pada saat akhir
minggu atau waktu senggang. Di samping itu, bertambahnya usia hingga mencapai masa pubertas,
perempuan akan mengalami perubahan hormonal yang berpengaruh pada metabolisme lemak dan akhirnya mempengaruhi peningkatan berat
badan. Oleh karena itu, pada masa pra sekolah wajar jika tidak ditemukan
adanya hubungan antara jenis kelamin dengan status gizi lebih karena memang perubahan hormonal yang mempengaruhi pengikatan lemak
belum aktif hingga dicapainya masa pubertas masa remaja Davidson dan Birch, 2001.
Dalam hal kebutuhan asupan kalori antara anak laki-laki dan perempuan pada usia pra sekolah tidak mengalami perbedaan yang
signifikan sehingga peluang untuk mengalami kenaikan berat badan sebenarnya sama. Oleh karena itu dimungkin juga tidak adanya perbedaan
kejadian status gizi lebih ini antara jenis kelamin anak pra sekolah Almatsier, 2001.
Pada dasarnya gizi lebih terjadi akibat tingginya asupan lemak yang dikonsumsi dan rendahnya aktivitas fisik. Walaupun beberapa penelitian
menyebutkan bahwa gizi lebih cenderung kepada salah satu dari jenis kelamin seseorang, persen asupan lemak menyumbang paling besar
terhadap terjadinya gizi lebih. Oleh karena itu penting perlunya untuk memperhatikan asupan lemak yang dikonsumsi sehari-hari, mengkonsumi
sayur dan buah untuk membantu metabolisme lemak serta melakukan aktivitas fisik untuk membakar kalori sehingga lemak tidak tertimbun di
dalam tubuh.
6.3.2 Hubungan antara Persen Asupan Lemak dengan Status Gizi Lebih