2. TBU
Tinggi badan adalah parameter yang dapat melihat status gizi sekarang dan keadaan yang telah lalu. Pertumbuhan tinggi
panjang badan tidak secepat dan sesignifikan berat badan, serta relatif kurang sensitif untuk menilai masalah kekurangan gizi
dalam waktu singkat. Status kekurangan gizi baru terlihat dalam waktu yang relatif lama Anggraeni, 2012.
Beberapa kelebihan dalam indeks TBU ini antara lain baik untuk menilai gizi masa lampau, dan untuk ukuran panjang dapat
dibuat sendiri dan murah. Sedangkan untuk kelemahan indeks ini antara lain tinggi badan tidak cepat naik dan turun, diperlukan
dua orang untuk melakukan pengukuran pada anak agar anak bisa berdiri tegak, serta ketepatan umur yang sulit didapat
Supariasa dkk, 2001.
3. BBTB
Berat badan mempunyai hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan
akan searah dengan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks ini merupakan indeks yang baik untuk menilai status gizi
saat ini. Indeks BBTB merupakan indeks yang independen terhadap umur Anggraeni, 2012.
Indeks BBTB tidak memerlukan data umur dan dapat digunakan untuk membedakan proporsi badan gemuk, normal
dan kurus. Di sisi lain, indeks ini ternyata tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, cukup
tinggi badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya karena indeks ini tidak mempertimbangkan faktor umur.
Terdapat kesulitan juga dalam melakukan pengukuran karena memerlukan dua alat ukur, waktu yang lama, kesulitan dalam
mengukur anak balita serta sering terjadi kesalahan terutama jika dilakukan oleh tenaga non-profesional Supariasa dkk, 2001.
4. LLAU
Lingkar Lengan Atas LLA dapat memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan kulit. LLA biasanya
digunakan untuk menngidentifikasi adanya malturisi pada anak- anak. Pada ibu hamil, LLA digunakan untuk memprediksi
kemungkinan bayi yang dilahirkannya Anggraeni, 2012. Parameter ini biasanya digunakan bersama parameter umur yang
disebut dengan indeks LLAU. Indeks LLAU mempunyai beberapa keuntungan karena
indeks ini merupakan indikator yang baik untuk menilai KEP berat, alat yang digunakan pun murah, sangat ringan dan dapat
dibuat sendiri. Indeks LLAU hanya dapat digunakan untuk mendeteksi KEP berat saja, sulit menentukan ambang batas,
serta sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak umur 2
tahun yang pertumbuhannya tidak nampak nyata Supariasa dkk, 2001.
5. IMT
FAOWHOUNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditemukan berdasarkan nilai
body mass indeks BMI. Di Indonesia BMI biasa disebut dengan Indeks Massa Tubuh IMT Anggraeni, 2012. IMT digunakan
untuk memantau status gizi orang dewasa. Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia menurut RISKESDAS 2007 yang mengacu pada Depkes 1994 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1
Kategori Ambang Batas IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat
17,0 Kekurangan BB tingkat ringan
17,0-18,5 Normal
18,5-25,0 Gemuk
Kelebihan BB tingkat ringan 25,0-27,0
Kelebihan BB tingkat berat 27,0
Sumber:Depkes 1994
IMT tidak dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak dan remaja. Oleh karena itu untuk mengukur status gizi
anak dan remaja saat kini sekarang menggunakan IMTU.
Indeks ini merujuk pada standar antropometri penilaian status gizi anak menurut WHO 2005 yang dikeluarkan oleh
Kepmenkes pada tahun 2010. Indeks IMTU menggunakan ambang batas standar deviasi. Standar deviasi disebut juga
dengan Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan memantau pertumbuhan. Standar deviasi dapat juga
dipakai dalam indeks BBU, TBU dan BBTB. Pada
Keputusan Menteri
Kesehatan tahun
2010 memutuskan bahwa klasifikasi status gizi Anak Bawah Lima
Tahun Balita dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Kategori ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks IMTU pada
Kepmenkes 2010 adalah sebagai berikut: Tabel 2.2
Kategori Ambang Batas Status Gizi Anak menurut Indeks IMTU
Indeks Kategori Status Gizi
Ambang Batas Z-Score
Indeks Massa Tubuh menurut
Umur IMTU Anak Umur
0-60 Bulan Sangat kurus
-3 SD Kurus
-3 SD sampai -2 SD Normal
-2 SD sampai 2 SD Gemuk
2 SD Indeks Massa Tubuh
menurut Umur
IMTU Anak Umur 5-18 tahun
Sangat kurus -3 SD
Kurus -3 SD sampai -2 SD
Normal -2 SD sampai 1 SD
Gemuk 1 SD sampai 2 SD
Obesitas 2 SD
Sumber: Kepmenkes, 2010
6. Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur