Ketidakseimbangan Energi Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gizi Lebih

Menurut WHO 2000, perempuan cenderung mengalami peningkatan penyimpanan lemak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung mengonsumsi sumber karbohidrat yang lebih kuat sebelum masa pubertas, sementara laki-laki lebih cenderung mengonsumsi makanan yang kaya protein. Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Proper, Cerin, Brown, dan Owen 2006 menyatakan bahwa laki-laki secara signifikan lebih berkemungkinan untuk menjadi overweight atau obesitas daripada wanita, karena laki-laki cenderung untuk menghabiskan lebih banyak waktu untuk santai pada saat akhir minggu atau waktu senggang.

2.4.2 Ketidakseimbangan Energi

Keseimbangan energi dalam tubuh ditentukan oleh asupan kalori dari makanan dan pengeluaran energi melalui aktivitas fisik. Jika energi melebihi kebutuhan tubuh, maka energi akan diubah menjadi lemak tubuh sehingga tubuh akan mengalami kegemukan atau berlebih. Kegemukan bisa terjadi karena kebanyakan makan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak dan kurang bergerak beraktivitas Almatsier, 2009. Hal selaras juga dikatakan oleh NSW Centre 2005 bahwa peningkatan berat badan dan obesitas berkembang dari akumulasi ketidakseimbangan energi, dimana asupan energi melebihi keluaran energi. Tercapainya keseimbangan energi hingga dapat dicegahnya obesitas menyatakan pentingnya peran orang tua dalam membentuk pola makan anak-anak, aktivitas dan perilaku menetap Davidson dan Birch, 2001. 2.4.3 Asupan Makanan 2.4.3.1 Persen Asupan Lemak Pola diet anak-anak sangat penting dalam mempertahankan berat badan anak. Pemasukan kalori yang berlebih, relatif sedikit pada penggunaan energi akan menghasilkan lemak pada penyimpanan energinya. Selain itu, lemak lebih mudah disimpan sebagai lemak juga dibandingkan dengan makronutrien lainnya seperti karbohidrat dan protein Davidson dan Birch, 2001. Harsono 2013 menyebutkan maksimal kebutuhan lemak kita adalah 30 dan didominasi oleh lemak tidak jenuh. Asupan persen lemak yang lebih tinggi telah dikaitkan dengan peningkatan yang lebih besar pada ketebalam lipatan kulit anak-anak dan peningkatan BMI pada anak lebih dari 2 tahun. Sedangkan Almatsier 2009 menyebutkan bahwa asupan lemak dibagi ke dalam 3 kategori kurang persen lemak dari asupan total kita kurang dari 10, cukup 10-25 dan lebih 25. Anak yang mempunyai konsumsi lemak berlebih memiliki risiko sebesar 4.257 kali dibandingkan dengan anak yang tidak mengkonsumsi lemak berlebih. Konsumsi lemak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap obesitas dengan didapatkannya p value sebesar 0,027 Anggraini, 2008. Penelitian di Amerika dan Finlandia menunjukkan bahwa kelompok dengan asupan tinggi lemak mempunyai risiko peningkatan berat badan 1.7 kali dibanding kelompok dengan asupan rendah lemak OR 1.7. Penelitian lain menunjukkan peningkatan konsumsi daging akan meningkatkan risiko obesitas sebesar 1.46 kali. Keadaan ini disebabkan karena makanan berlemak mempunyai kandungan energi lebih besar dan mempunyai efek pembakaran dalam tubuh yang lebih kecil dibandingkan makanan yang banyak mengandung protein dan karbohidrat Hidayati et.al, 2006. 2.4.4 Kerentanan Terhadap Kenaikan Berat Badan Anak yang salah satu atau lebih orang tuanya mengalami obesitas, akan mempunyai kerentanan untuk mengalami obesitas juga. Seorang anak dari orang tua yang memiliki penyakit jantung memungkinkan untuk mempunyai kebiasaan dalam menghindari makanan yang berlemak karena mengikuti pola diet orang tua mereka yang mulai mengurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak lipid. Pada dasarnya, anak dari salah satu atau lebih orang tua obesitas akan lebih rentan bertambah berat badannya saat mengkonsumsi lemak dibandingkan anak yang salah satu atau lebih orang tuanya tidak obesitas Davidson dan Birch, 2001. WHO 2000 mengatakan bahwa orang tua yang salah satu keduanya mengalami obesitas, maka anaknya akan mengalami obesitas juga sebesar 50-60. Menurut klasifikasi WHO, orang dewasa dikatakan overweight jika IMT nya 25, dan jika IMT nya 30, maka disebut dengan obesitas. Berikut klasifikasi Status gizi orang dewasa menurut WHO CDC,2006. Tabel 2.4 Klasifikasi Status Gizi Orang Dewasa menurut IMT IMT STATUS 18,5 Underweight 18,5-24,9 Healthyweight 25-29,9 Overweight 30 Obese Sumber: Supariasa, 2001 Penelitian dari Permatasari, et.al 2013 yang menghasilkan p value = 0,05 yang berarti adanya hubungan yang signifikan antara status gizi orang tua terhadap kasus obesitas pada anak dengan risiko masing-masing OR=1,1 untuk ayah dan OR=2,5 untuk ibu. Walau demikian menurut penelitian yang dilakukan Internasional Obesity Task Force IOTF yaitu bagian dari WHO yang mengurusi masalah kegemukan pada anak, faktor genetik hanya berpengaruh 1 dari kejadian obes pada anak sedangkan 99 disebabkan faktor lingkungan Anggraini, 2008.

2.4.5 Perilaku Menetap