10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Status Gizi
2.1.1 Pengertian
Status gizi adalah keadaan fisiologis tubuh yang merupakan akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi dalam tubuh. Status gizi dapat
dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih Almatsier, 2009. Gibson 2005 juga menyatakan bahwa status gizi merupakan
keadaan kesehatan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan absorbsi dan penggunaan utilization zat gizi makanan.
2.1.2 Penilaian Status Gizi
Untuk mengetahui status gizi seseorang, diperlukan pengukuran tertentu baik secara langsung maupun tidak. Pengukuran status gizi secara
langsung dibagi ke dalam empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian secara tidak langsungnya dibagi
dalam tiga cara penilaian yaitu dengan survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi Supariasa dkk, 2001.
Status gizi bisa didapatkan dengan melakukan pengukuran pada dimensi tubuh. Pengukuran dilakukan menggunakan parameter umur, berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit Anggraeni, 2012. Menurut standar
antropometri WHO 2005 dalam Kepmenkes 2010, umur dihitung dalam bulan penuh. Contoh : umur 2 bulan 29 hari dihitung sebagai umur 2 bulan.
Berat badan merupakan parameter terpenting dalam antropometri. Berat badan digunakan untuk menggambarkan jumlah protein, lemak, air
dan mineral pada tulang. Parameter tinggi badan penting untuk mengetahui gizi masa lalu dan sekarang jika umur tidak diketahui secara tepat. Lingkar
lengan atas dapat digunakan sebagai salah satu pilihan untuk menilai status gizi. Namun, parameter ini tidak bisa menjadi pilihan tunggal untuk menilai
status gizi karena tidak dapat mewakili perubahan status gizi seseorang dalam jangka pendek Supariasa dkk, 2001.
Dalam kondisi normal, pengukuran berat badan, tinggi badan dan parameter lain berbeda pelaksanaannya pada bayi, balita, remaja hingga
dewasa. Pengukuran pada berat badan pada anak, remaja ataupun dewasa disesuaikan dengan alat dan cara masing-masing. Berat badan bayi diukur
menggunakan timbangan bayi, balita menggunakan timbangan dacin, remaja hingga dewasa menggunakan timbangan injak. Pengukuran tinggi badan dan
parameter lain juga menyesuaikan dengan kondisi yang ada Anggraeni, 2012.
2.1.2.1 Indeks Antropometri
1. BBU
Berat badan merupakan salah satu parameter yang menggambarkan massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif
terhadap perubahan-perubahan kecil. Oleh karena itu parameter
ini sangat labil dan hanya bisa akurat jika tubuh dalam keadaan normal. Saat kondisi normal, berat badan berkembang selaras
dengan umur. Sedangkan saat kondisi abnormal, berat badan mungkin lebih lambat maupun lebih cepat dari yang seharusnya
Anggraeni, 2012 Indeks BBU lebih mudah dimengerti oleh masyarakat.
Indeks ini dapat digunakan untuk menilai status gizi akut atau kronis, sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil dan
dapat mendeteksi kegemukan overweight Supariasa dkk, 2001.
Disamping mempunyai kelebihan, beberapa kekurangan indeks ini antara lain menimbulkan imterpretasi status gizi yang
salah jika ternyata yang diukur mengalami asitesedema, umur tidak dapat ditaksir dengan tepat di daerah pedesaan karena
pencatatan yang kurang baik, sedangkan untuk mengetahui status gizi pada balita memerlukan data umur yang akurat, selain itu
sering terjadi kesalahan dalam pengukuran seperti gerakan anak saat penimbangan, yang terakhir adalah pada pengukuran ini
sering mengalami hambatan dengan sosial dan budaya masyarakat setempat yang merasa anaknya dijadikan sebagai
barang dagangan Supariasa dkk, 2001.
2. TBU
Tinggi badan adalah parameter yang dapat melihat status gizi sekarang dan keadaan yang telah lalu. Pertumbuhan tinggi
panjang badan tidak secepat dan sesignifikan berat badan, serta relatif kurang sensitif untuk menilai masalah kekurangan gizi
dalam waktu singkat. Status kekurangan gizi baru terlihat dalam waktu yang relatif lama Anggraeni, 2012.
Beberapa kelebihan dalam indeks TBU ini antara lain baik untuk menilai gizi masa lampau, dan untuk ukuran panjang dapat
dibuat sendiri dan murah. Sedangkan untuk kelemahan indeks ini antara lain tinggi badan tidak cepat naik dan turun, diperlukan
dua orang untuk melakukan pengukuran pada anak agar anak bisa berdiri tegak, serta ketepatan umur yang sulit didapat
Supariasa dkk, 2001.
3. BBTB
Berat badan mempunyai hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan
akan searah dengan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks ini merupakan indeks yang baik untuk menilai status gizi
saat ini. Indeks BBTB merupakan indeks yang independen terhadap umur Anggraeni, 2012.
Indeks BBTB tidak memerlukan data umur dan dapat digunakan untuk membedakan proporsi badan gemuk, normal
dan kurus. Di sisi lain, indeks ini ternyata tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, cukup
tinggi badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya karena indeks ini tidak mempertimbangkan faktor umur.
Terdapat kesulitan juga dalam melakukan pengukuran karena memerlukan dua alat ukur, waktu yang lama, kesulitan dalam
mengukur anak balita serta sering terjadi kesalahan terutama jika dilakukan oleh tenaga non-profesional Supariasa dkk, 2001.
4. LLAU
Lingkar Lengan Atas LLA dapat memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan kulit. LLA biasanya
digunakan untuk menngidentifikasi adanya malturisi pada anak- anak. Pada ibu hamil, LLA digunakan untuk memprediksi
kemungkinan bayi yang dilahirkannya Anggraeni, 2012. Parameter ini biasanya digunakan bersama parameter umur yang
disebut dengan indeks LLAU. Indeks LLAU mempunyai beberapa keuntungan karena
indeks ini merupakan indikator yang baik untuk menilai KEP berat, alat yang digunakan pun murah, sangat ringan dan dapat
dibuat sendiri. Indeks LLAU hanya dapat digunakan untuk mendeteksi KEP berat saja, sulit menentukan ambang batas,
serta sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak umur 2
tahun yang pertumbuhannya tidak nampak nyata Supariasa dkk, 2001.
5. IMT
FAOWHOUNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditemukan berdasarkan nilai
body mass indeks BMI. Di Indonesia BMI biasa disebut dengan Indeks Massa Tubuh IMT Anggraeni, 2012. IMT digunakan
untuk memantau status gizi orang dewasa. Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia menurut RISKESDAS 2007 yang mengacu pada Depkes 1994 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1
Kategori Ambang Batas IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB tingkat berat
17,0 Kekurangan BB tingkat ringan
17,0-18,5 Normal
18,5-25,0 Gemuk
Kelebihan BB tingkat ringan 25,0-27,0
Kelebihan BB tingkat berat 27,0
Sumber:Depkes 1994
IMT tidak dapat digunakan untuk mengukur status gizi anak dan remaja. Oleh karena itu untuk mengukur status gizi
anak dan remaja saat kini sekarang menggunakan IMTU.
Indeks ini merujuk pada standar antropometri penilaian status gizi anak menurut WHO 2005 yang dikeluarkan oleh
Kepmenkes pada tahun 2010. Indeks IMTU menggunakan ambang batas standar deviasi. Standar deviasi disebut juga
dengan Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan memantau pertumbuhan. Standar deviasi dapat juga
dipakai dalam indeks BBU, TBU dan BBTB. Pada
Keputusan Menteri
Kesehatan tahun
2010 memutuskan bahwa klasifikasi status gizi Anak Bawah Lima
Tahun Balita dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Kategori ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks IMTU pada
Kepmenkes 2010 adalah sebagai berikut: Tabel 2.2
Kategori Ambang Batas Status Gizi Anak menurut Indeks IMTU
Indeks Kategori Status Gizi
Ambang Batas Z-Score
Indeks Massa Tubuh menurut
Umur IMTU Anak Umur
0-60 Bulan Sangat kurus
-3 SD Kurus
-3 SD sampai -2 SD Normal
-2 SD sampai 2 SD Gemuk
2 SD Indeks Massa Tubuh
menurut Umur
IMTU Anak Umur 5-18 tahun
Sangat kurus -3 SD
Kurus -3 SD sampai -2 SD
Normal -2 SD sampai 1 SD
Gemuk 1 SD sampai 2 SD
Obesitas 2 SD
Sumber: Kepmenkes, 2010
6. Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur
Tebal lemak di bawah kulit merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam pengukuran status indeks
antropometri untuk mengukur status gizi. Parameter ini digunakan untuk memperkirakan jumlah lemak di dalam tubuh.
Jumlah tubuh seseorang tergantung dari berat badan, jenis kelamin, umur dan aktivitas. Pengukuran tebal lemak di bawah
kulit disebut dengan skonfold Anggraeni, 2012. Pengukuran tebal lemak dibawah kulit skinfold dilakukan
pada beberapa bagian tubuh, misal pada bagian lengan atas, lengan bawah, tulang belikat, di tengah garis ketiak, sisi dada,
perut, suprailiaka, paha, tempurung lutut dan pertengahan tungkai bawah. Hasilnya dinyatakan dalam persen terhadap
tubuh total. Secara umum jumlah lemak tubuh untuk pria 3,1 kg dan pada wanita 5,1 kg Supariasa dkk, 2001.
7. Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul
Rasio lingkar pinggang dan pinggul adalah cara penilaian obesitas terbaik untuk mengukur risisko serangan jantung.
Tujuan dari pengukuran ini adalah untuk mengetahui seberapa besar risiko seseorang terhadap berbagai penyakit seperti
diabetes tipe II, kolesterol yang tidak terkontrol, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung Anggraeni, 2012.
Rasio lingkar pinggang dan pinggul untuk perempuan adalah 0,77 dan 0,90 untuk laki-laki. Penyakit yang berhubungan
dengan rasio lingkar pinggang dan pinggul ini adalah penyakit kardiovaskuler. Rata-rata rasio orang yang terkena penyakit
kardiovaskuler dengan orang sehat adalah 0,938 dan 0,925 Supariasa dkk, 2001.
2.1.2.2 Figure Rating Scale
Figure Rating Scale FRS atau a novel pictorial method merupakan salah satu cara pengukuran yang dapat digunakan untuk
menilai status gizi berdasarkan BMI seseorang meggunakan gambar ukuran tubuh manusia, laki-laki dan perempuan sehingga bisa
didapatkan status gizi seseorang melalui persepsi yang didapatkan dari gambar pada instrumen Harris et.al, 2008.
Cara ini telah diuji validitas dan rebilitasnya sehingga dapat menjadi salah satu instrumen untuk menilai status gizi seseorang
tanpa melakukan pengukuran secara langsung. FRS menentukan status gizi berdasarkan size seseorang dalam gambar seperti terlihat
dalam gambar 2.1 dan 2.2.
Gambar 2.1 Instrumen Figure Rating Scale untuk Perempuan
Gambar 2.2 Instrumen Figure Rating Scale untuk laki-laki
Instrumen ini sudah diuji validitas dan reabilitasnya sehingga dapat digunakan sebagai salah satu intrumen untuk menentukan status gizi tanpa
melakukan pengukuran secara langsung.
2.1.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
Supariasa 2001 mengatakan bahwa status gizi ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor secara langsung dan tidak langsung. Faktor yang
mempengaruhi secara langsung antara lain faktor kesehatan dan konsumsi makanan. Sedangkan untuk faktor tidak langsung yang mempengaruhi status
gizi adalah: 1. Daya beli keluarga
Kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga untuk membeli bahan pangan dipengaruhi oleh besar kecilnya pendapat
keluarga, harga bahan makanan dan tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan.
2. Kebiasaan makan Pola makan yang benar dengan memperhatikan frekuensi makanan
utama dan makanan selingan serta memperhatikan porsi yang pas akan menjadi salah satu cara seseorang mencapai status gizi yang optimal.
Karena dengan hal tersebut, metabolisme akan lancar dan badan akan terasa lebih sehat.
3. Sosial budaya Penduduk yang tinggal di daerah perkotaan dan mempunyai
pendapatan yang cukup tinggi, akan lebih memilih makanan kaleng
dan olahan pabrik dikarenakan adanya gengsi. Sedangkan penduduk yang tinggal di daerah pedesaan menganggap bahwa ayah mempunyai
kedudukan yang tinggi sehingga ayah mendapatkan bagian yang paling besar.
4. Zat gizi dalam makanan Makanan yang baik adalah yang mengandung zat-zat gizi bagi tubuh.
Terdiri dari makronutrien dan mikronutrien. Dengan asupan makanan yang bergizi diharapkan kesehatan akan terjaga dan status gizi baik.
5. Pemeliharaan kesehatan Seseorang yang sadar akan kesehatannya akan berusaha menjaga
tubuhnya agar tetap dalam kondisi yang prima. Dengan pemeriksaan kesehatan secara rutin, maka secara tidak langsung akan berdampak
baik bagi kesehatannya. Disamping itu individu perlu melakukan kegiatan-kegiatan preventive agar tidak mudah terserang penyakit.
6. Kebersihan lingkungan Penyakit infeksi berhubungan dengan kebersihan lingkungan. Bila
penyakit infeksi ini menyerang pada individu maka akan menyebabkan terganggunya status gizi. Lingkungan yang sehat akan membuat
makanan yang dikonsumsi terbebas dari kuman penyebab penyakit infeksi sehingga gizi baik dapat dicapai.
2.2 Gizi Lebih pada Anak Pra Sekolah
2.2.1 Anak Pra Sekolah
Taman kanak-kanak merupakan salah satu ruang lingkup pendidikan anak dini. Anak-anak yang berada di taman kanak-kanak disebut dengan
anak pra sekolah. Menurut Biechler dan Snowman 1993 yang dimaksud dengan anak
usia pra sekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Sedangkan Solehuddin 1997 batasan tentang masa anakanak usia pra sekolah
tergantung kepada dasar pembatasan yang digunakan dan atau teori yang dirujukinya. Dalam pandangan mutakhir yang lazim dianut di negara-negara
maju, istilah anak usia dini early childhood adalah anak yang berumur antara 0-8 tahun.
Anak dalam usia pra sekolah sudah berani untuk menolak ataupun menerima ajakan. Anak kadang memprotes setiap ajakan, hal ini disebut
dengan negativistik. Oleh karena itu orang tua hendaknya lebih sabar terhadap anak dan tidak memaksakan jika anak memang sedang tidak ingin
makan. Karena dengan cara memaksa, anak malah tidak akan menyukai makanan tersebut seumur hidupnya Uripi, 2004.
2.2.2 Kecukupan Gizi Anak Pra Sekolah
Gizi yang seimbang perlu menjadi perhatian bagi setiap orang tua karena jika gizi yang masuk dalam tubuh anak tidak seimbang akan
menyebabkan berbagai masalah kesehatan di kemudian hari. Anak