Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai PDB pada tahun 1986 merupakan titik terendah berada pada kisaran Rp 92.492,6 milyar kemudian
berdasarkan waktunya terus mengalami peningkatan sampai tahun 2010 sebesar 6.422.900,0 milyar. Namun bila diperhatikan, pada tahun 2009 dan 2010, PDB
Indonesia cenderung mengalami penurunan pertumbuhan. Turunnya pertumbuhan PDB Indonesia tersebut disebabkan adanya pengaruh krisis ekonomi global yang
melanda Amerika Serikat. Gejolak sub-prime mortgage di Amerika Serikat telah membawa dampak kepada melambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat
yang pada gilirannya membawa dampak kepada perlambatan ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Triwulan pertama tahun 2009, ditandai dengan pertumbuhan
negatif di berbagai negara di belahan dunia. Penurunan ekonomi terjadi secara tajam sejak triwulan ketiga tahun 2008, dan semakin memburuk pada triwulan
keempat 2008 dan triwulan pertama pada tahun 2009. Di tengah situasi kontraksi ekonomi dunia yang tajam ini, Indonesia masih dapat tumbuh 4,3 persen, dan
bersama China, India dan Vietnam masih mampu mencetak pertumbuhan ekonomi yang positif.
4.1.4. Perkembangan Ekspor
Ekspor adalah mengeluarkan barang-barang dari peredaran dalam masyarakat dan mengirimkan ke luar negeri sesuai ketentuan pemerintah dan
mengharapkan pembayaran dalam bentuk valuta asing ataupun ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau
negara asing, dengan mengharapkan bayaran dengan valuta asing .Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 pasal 1 angka 11, pengertian
Universitas Sumatera Utara
ekspor adalah setiap kegiatan mengeluarkan barang dari dalam daerah pabean ke luar daerah paben.
Perkembangan ekspor di Indonesia sejak tahun 1986 sampai dengan 2010 dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini :
Tabel 4.4. Perkembangan ekspor di Indonesia tahun 1986 s.d 2010 milyar rupiah
dalam
Tahun Jumlah Ekspor
Tahun Jumlah Ekspor
1986 20.009,9
1999 390.560,0
1987 29.874,3
2000 569.490,0
1988 34.665,6
2001 642.594,0
1989 42.505,0
2002 595.514,0
1990 51.953,1
2003 613.720,0
1991 62.263,8
2004 739.639,0
1992 76.384,4
2005 945.122,0
1993 85.454,3
2006 1.036.316,0
1994 101.331,9
2007 1.162.974,0
1995 119.592,5
2008 1.475.119,0
1996 1997
1998 137.533,0
174.871,0 506.244,0
2009 2010
1.354.409,4 1.580.817,8
Sumber : Badan Pusat Statistik
Perkembangan ekspor Indonesia sejak tahun 1986 sampai dengan tahun 2010 secara umum mengalami kenaikan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
23,75 persen. Namun terdapat juga beberapa tahun yang mengalami penurunan seperti tahun 1999 yang menurun sebesar 22,85 persen dikarenakan lesunya
kegiatan ekspor akibat dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998. Penurunan ekspor juga terjadi pada tahun 2009 sebesar 8,18 persen. Hal ini
diakibatkan krisis ekonomi global yang melanda Amerika Serikat akhir tahun 2008.
Universitas Sumatera Utara
4.1.5. Perkembangan Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua
barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain. Inflasi
diukur dalam persen . Perkembangan inflasi di Indonesia sejak tahun 1986 sampai dengan 2010
dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini :
Tabel 4.5. Perkembangan inflasi di Indonesia tahun 1986 s.d 2010 persen
dalam
Tahun Tingkat Inflasi
Tahun Tingkat Inflasi
1986 8,8
1999 20,7
1987 8,9
2000 9,4
1988 5,5
2001 12,6
1989 6,0
2002 10,0
1990 9,5
2003 5,6
1991 9,5
2004 6,4
1992 4,9
2005 17,1
1993 9,8
2006 6,6
1994 9,2
2007 6,6
1995 8,7
2008 11,1
1996 1997
1998 6,5
11,1 77,6
2009 2010
4,5 17,0
Sumber : Badan Pusat Statistik
Pada awal 90-an inflasi meningkat ke arah 9,53 . Kondisi ini terus bertahan dan terjadi kenaikan yang sangat tajam dengan terjadinya krisis ekonomi
tahun 1998. Pada saat itu inflasi mencapai angka 77,63 . Angka ini adalah angka pencapaian inflasi tertinggi selama kurun waktu terkhir yang dapat terjadi karena
memang situasi dan kondisi perekonomian pada saat itu. Ketika itu nilai mata uang di beberapa negara Asia merosot tajam, khususnya terhadap dolar Amerika
Universitas Sumatera Utara
Serikat. Perbankan merupakan salah satu sektor yang paling parah terkena dampak krisis. Hampir sebagian besar bank nasional mengalami kerugian dalam
waktu yang relatif singkat. Hal ini makin memperparah kondisi ekonomi, keuangan dan perbankan ketika itu, serta makin memperpanjang masa krisis.
Naiknya inflasi disebabkan adanya kenaikkan jumlah uang beredar, turunnya suku bunga dan permintaan masyarakat akan barang juga meningkat.
Tingginya inflasi menyebabkan harga-harga di pasar domestik naik dan selanjutnya meningkatkan nilai dari transaksi bisnis yang pada gilirannya
meningkatkan penerimaan PPN
4.1.6. Perkembangan Tingkat Suku Bunga SBI