Dasar Hukum PPN Objek PPN

salah satunya diberikan oleh Tait 1988, yaitu ”Nilai Tambah adalah nilai yang dihasilkan oleh produsen ...... yang ditambahkan kepada bahan baku atau pembelian termasuk tenaga kerja sebelum menjual produk atau jasa yang baru atau yang telah diolah”, Ebrill et.al 2001 menyatakan ”.... PPN secara umum tidak ditujukan untuk menjadi pajak terhadap nilai tambah namun biasanya ditujukan sebagai suatu pajak atas konsumsi”. Selanjutnya Schenk dan Oldman 2001 menyatakan ”Dalam praktiknya, pajak atas dasar konsumsi cenderung menjadi pajak atas transaksi ....”. Sedangkan defenisi PPN menurut Untung Sukardji 2003 adalah ”Pengenaan pajak atas pengeluaran untuk konsumsi, baik yang dilakukan oleh perseorangan atau badan baik badan swasta maupun badan pemerintah dalam bentuk belanja barang atau jasa yang dibebankan pada anggaran belanja negara”

2.2.2. Dasar Hukum PPN

Dasar hukum pengenaan PPN adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah menggantikan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1951 tentang Pajak Penjualan PPn. Undang-undang ini disebut Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984. Namun undang-undang ini mulai berlaku sejak 1 Januari 1986 dikarenakan agar persiapan dalam pelaksanaan undang-undang tersebut dapat maksimal. Kemudian Undang-Undang PPN telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan pertama dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994, kemudian perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000, dan perubahan terakhir dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009. Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Objek PPN

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, pada pasal 4 disebutkan bahwa PPN dikenakan atas objek pajak : 1. Penyerahan Barang Kena Pajak BKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh Pengusaha; 2. Impor BKP; 3. Penyerahan Jasa Kena Pajak JKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha; 4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean; 5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean; 6. Ekspor BKP oleh PKP; Selain objek pajak diatas, PPN juga dikenakan atas : 1. Kegiatan Membangun Sendiri KMS yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan oleh pihak lain Pasal 16 C UU PPN; 2. Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.Pasal 16 D UU PPN Tidak semua barang atau jasa yang diserahkan atau dimanfaatkan dikategorikan sebagai BKPJKP. Pada dasarnya semua barang dan jasa adalah BKPJKP, kecuali undang-undang menetapkan sebaliknya. Jenis barang yang Universitas Sumatera Utara tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan peraturan pemerintah didasarkan atas kelompok-kelompok barang sebagai berikut: 1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, seperti minyak mentah, gas bumi, panas bumi, pasir dan kerikil, batu bara belum diproses menjadi briket batu bara, biji besi, biji timah, biji tembaga, dan besi perak serta biji bauksit; 2. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, seperti beras, gabah, jagung, sagu, kedelai, dan garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium; 3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung dan sejenisnya meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi ditempat maupun tidak, tidak termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh jasa boga atau catering; 4. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga saham, obligasi dan lainnya. Sementara jasa-jasa yang tidak dikenakan PPN ditetapkan dengan peraturan pemerintah didasarkan atas kelompok-kelompok jasa sebagai berikut: 1. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik; 2. Jasa di bidang pelayanan sosial; 3. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko; 4. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi; 5. Jasa di bidang keagamaan; 6. Jasa di bidang pendidikan; 7. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan; Universitas Sumatera Utara 8. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan; 9. Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air; 10. Jasa di bidang tenaga kerja; 11. Jasa di bidang perhotelan; 12. Jasa yang disediakan pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum.

2.2.4. Dasar Pengenaan PPN