Perkembangan Kredit Konsumsi Hasil Penelitian 1. Perkembangan Penerimaan PPN

investasi ditahun ini mencapai 100.735,0 milyar dan 141.464,0 milyar. Namun krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan permasalahan yang besar. Banyak kredit investasi yang diberikan oleh bank umum mengalami kemacetan. Pelaku usaha banyak yang gulung tikar sehingga tidak mampu lagi membayar hutang. Demikian juga dengan pihak perbankan yang banyak dilikuidasi oleh pemerintah. Kondisi ini ini memberikan imbas pada tahun-tahun berikutnya. Kebijakan penyaluran kredit investasi diperketat sehingga realisasi penyaluran kredit investasi menjadi menurun. Tahun 1999 kredit investasi yang disalurkan hanya 57.691,0 milyar atau menurun sebesar 59,22 persen. Dengan demikian wajar apabila melambatnya penyaluran kredit perbankan di Indonesia setelah krisis 1997 dituding sebagai salah satu penyebab lambatnya pemulihan ekonomi Indonesia dibandingkan negara Asia lainnya yang terkena krisis Korea Selatan dan Thailand. Meskipun kondisi makroekonomi dalam beberapa tahun terakhir relatif membaik, namun kredit yang disalurkan perbankan belum cukup menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi untuk kembali pada level sebelum krisis. Tetapi dalam beberapa tahun belakangan ini, pertumbuhan kredit investasi sudah mengalami mengalami peningkatan. Penyaluran kredit investasi tahun 2009 mencapai 297,486 milyar dan 347,627 milyar pada tahun 2010.

4.1.9. Perkembangan Kredit Konsumsi

Perkembangan kredit konsumsi memiliki perbedaan dengan kredit investasi dimana penyaluran kredit konsumsi ini relatif lebih stabil dibandingkan dengan kredit investasi. Sejak tahun 1986 realisasi kredit konsumsi selalu mengalami kenaikan walaupun nilainya lebih rendah dari realiasi kredit investasi. Universitas Sumatera Utara Realisasi kredit konsumsi ini memang sedikit terpengaruh krisis moneter pada tahun 1998 dan 1999, tetapi nilainya tidak terlalu besar. Realisasinya di tahun 1998 sebesar Rp. 26.600,0 milyar atau menurun sebesar 26,72 persen dan realisasi di tahun 1999 sebesar Rp. 24.086,0 milyar atau menurun lagi sebesar Rp. 9,45 persen. Namun pasca krisis moneter, realiasi kredit konsumsi kembali mengalami kenaikan. Ditahun 2000, realisasi naik menjadi Rp. 40.093, milyar hingga tahun 2010 realisainya mencapai rp. 550.921,0 milyar atau lebih besar 58,48 persen dibandingkan realisasi kredit investasi sebesar Rp. 347.627,0 milyar. Perkembangan kredit konsumsi di Indonesia pada tahun 1986 sampai dengan tahun 2010 ditunjukkan pada tabel 4.9 dibawah ini : Tabel 4.9. Perkembangan kredit konsumsi di Indonesia tahun 1986 s.d 2010 Tahun dalam milyar rupiah Kredit Konsumsi Tahun Kredit Konsumsi 1986 2.213,0 1999 24.086,0 1987 2.605,0 2000 40.093,0 1988 3.417,0 2001 58.435,0 1989 4.347,0 2002 79.805,0 1990 6.221,0 2003 112.063,0 1991 7.800,0 2004 150.946,0 1992 8.300,0 2005 212.089,0 1993 11.700,0 2006 231.777,0 1994 18.300,0 2007 290.048,0 1995 24.700,0 2008 376.689,0 1996 1997 1998 30.945,0 36.300,0 26.600,0 2009 2010 448.159,0 550.921,0 Sumber : Bank Indonesia Menurut Allysa Risnandyan Rahmi 2011 perkembangan kredit konsumsi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, meningkatnya kondisi perekonomian secara makro yang didorong oleh tingkat konsumsi yang tinggi dan banyaknya pilihan barang-barang yang diproduksi membuat konsumen ingin Universitas Sumatera Utara meningkatkan konsumsinya. Daya beli yang terbatas kemudian disiasati dengan melakukan kredit untuk menjangkau harga barang yang diinginkan. Kedua, kenaikan pendapatan masyarakat sehingga membuat limit dari purschasing ability masyarakat menjadi lebih besar. Walaupun tidak dapat membayar secara tunai namun dikarenakan pendapatan masyarakat meningkat maka menjadikan masyarakat menggunakan fasilitas kredit konsumsi yang ada dengan pembayaran secara angsur cicil. Ketiga, meningkatnya masyarakat middle class yaitu golongan masyarakat usia produktif yang berada pada golongan menengah namun masih pada tingkatan yang paling bawah atau berbatasan dengan golongan bawah. Kelompok ini akan mengalami perubahan budaya karena pergaulan dan tingkat status ekonomi yang baru seperti budaya berbelanja, makan direstoran mengoleksi gadget baru dan lain-lain. Di Indonesia, kredit konsumsi masyarakat didominasi oleh kredit property KPR dan kredit kendaraan bermotor serta kredit multiguna. Menurut data Bank Indonesia, hingga Pebruari 2012, total kredit konsumsi di Indonesia mencapai Rp. 668,72 triliun. Kredit property mencapai Rp. 319,24 triliun. Kredit KPRKPA mencapai 196,31 triliun. Kredit kendaraan bermotor mencapai 176,82 triliun. Sedangkan belanja dengan kartu kredit dapat mencapai Rp. 17 triliun perbulan atau dapat mencapai Rp. 204 triliuntahun. Menurut penulis meningkatnya kredit konsumsi ini dikarenakan masyarakat yang cenderung menyukai kredit yang memang sangat mudah untuk mendapatkannya. Bayangkan saja, tanpa agunan dan dengan persyaratan yang mudah . Universitas Sumatera Utara 4.2. Hasil Analisis Data 4.2.1. Analisis Persamaan Substruktural 1