Perkembangan Tingkat Suku Bunga SBI Perkembangan Pengeluaran Konsumsi

Serikat. Perbankan merupakan salah satu sektor yang paling parah terkena dampak krisis. Hampir sebagian besar bank nasional mengalami kerugian dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini makin memperparah kondisi ekonomi, keuangan dan perbankan ketika itu, serta makin memperpanjang masa krisis. Naiknya inflasi disebabkan adanya kenaikkan jumlah uang beredar, turunnya suku bunga dan permintaan masyarakat akan barang juga meningkat. Tingginya inflasi menyebabkan harga-harga di pasar domestik naik dan selanjutnya meningkatkan nilai dari transaksi bisnis yang pada gilirannya meningkatkan penerimaan PPN

4.1.6. Perkembangan Tingkat Suku Bunga SBI

Perkembangan tingkat suku bunga SBI di Indonesia sejak tahun 1986 sampai dengan 2010 dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini : Tabel 4.6. Perkembangan tingkat suku bunga SBI di Indonesia tahun 1986 s.d 2010 Tahun dalam persen Suku Bunga SBI Tahun Suku Bunga SBI 1986 16,9 1999 25,0 1987 15,4 2000 22,0 1988 18,4 2001 13,3 1989 19,0 2002 16,2 1990 17,8 2003 13,8 1991 19,6 2004 8,3 1992 22,7 2005 12,8 1993 17,8 2006 12,9 1994 13,0 2007 8,6 1995 13,0 2008 9,3 1996 1997 1998 17,0 17,0 16,0 2009 2010 7,0 6,5 Sumber : Badan Pusat Statistik Universitas Sumatera Utara Tahun 1986 tingkat bunga SBI 16,88 . Dalam tahun berikutnya turun, namun berikutnya berfluktuasi, mencapai angka cukup tinggi tahun 1992 yaitu 22,65. Saat krisis moneter, suku bunga SBI mencapai 25. Perekonomian yang tidak terkendali, membuat semua sektor melemah. Tahun 2000-an, kondisi makro menuju perbaikan, walaupun krisis terjadi lagi tahun 2005, namun secara keseluruhan mulai membaik. Rendahnya laju inflasi dan terjaganya pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi faktor penguat pulihnya ekonomi nasional. Kondisi ini memberi ruang untuk penurunan suku bunga. Sejak tahun 2007 sampai dengan 2010 suku bunga cenderung mengalami penurunan, walaupun di tahun 2009 sempat mengalami kenaikan, hingga di tahun 2010 suku bunga sebesar 6,50 persen. Kebijakan penurunan suku bunga ini sinyal bagi perbankan untuk meningkatkan peran intermediasinya ke sektor riil dengan menurunkan suku bunga kredit.

4.1.7. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi

Pengeluaran konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa- jasa yang dilakukan baik oleh rumah tangga maupun negara. Konsumsi yang dilakukan oleh negara merupakan konsumsi dalam memenuhi kebutuhan belanja negara dalam semua kementrian atau lembaga negara yang ada setiap tahunnya, sedangkan konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari Universitas Sumatera Utara Perkembangan pengeluaran konsumsi di Indonesia pada tahun 1986 sampai dengan tahun 2010 ditunjukkan pada tabel 4.7 dibawah ini : Tabel 4.7. Perkembangan pengeluaran konsumsi di Indonesia tahun 1986 s.d 2010 Tahun dalam milyar rupiah Pengeluaran Konsumsi Tahun Pengeluaran Konsumsi 1986 74.684,0 1999 858.814,6 1987 83.752,4 2000 947.578,0 1988 93.801,1 2001 1.153.071,1 1989 104.449,9 2002 1.364.183,3 1990 123.884,9 2003 1.535.779,4 1991 145.820,4 2004 1.723.943,0 1992 160.611,6 2005 2.010.577,0 1993 188.099,2 2006 2.380.736,0 1994 259.133,3 2007 2.840.264,0 1995 315.460,6 2008 3.416.824,0 1996 1997 1998 372.393,6 430.122,7 702.239,5 2009 2010 3.828.432,1 4.223.917,8 Sumber : Badan Pusat Statistik Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa terus terjadi peningkatan pengeluaran konsumsi setiap tahun. Pertumbuhan pengeluaran konsumsi dari tahun 1986 sampai dengan 2010 rata-rata sebesar 16,18 persen. Pertumbuhan pengeluaran konsumsi yang paling tinggi terjadi pada tahun 1998 sebesar 63,26 persen. Hal ini dikarenakan terjadinya krisis moneter yang membuat harga barang-barang melonjak tinggi. Setelah tahun 1998, pertumbuhan kenaikan pengeluaran konsumsi berfluktuasi. Pada tahun 2000, pertumbuhan sempat mengalami penurunan sebesar 10,34 persen atau hanya bertambah sebesar Rp. 88.763,40 milyar. Sedangkan pertumbuhan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 20,30 persen atau bertambah sebesar Rp. 576.560,0 milyar. Kenaikan ini dipicu oleh naiknya inflasi yang membuat kenaikan harga barang. Universitas Sumatera Utara

4.1.8. Perkembangan Kredit Investasi