2. Pendidik. Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya serta bertukar gagasan dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang didampinginya. Membangkitkan
kesadaran masyarakat, menyampaikan informasi, melakukan konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat adalah
beberapa tugas yang berkaitan dengan peran pendidik. 3. Perwakilan masyarakat. Peran ini dilakukan dalam kaitannya dengan
interaksi antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan masyarakat dampingannya. Pekerja
sosial dapat
bertugas mencari
sumber-sumber, melakukan
pembelaan, menggunakan
media, meningkatkan
hubungan masyarakat, dan membangun jaringan kerja.
4. Peran-peran teknis. Mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis. Pendamping dituntut tidak hanya mampu menjadi
‘manajer perubahan” yang mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan
berbagai keterampilan dasar, seperti; melakukan analisis sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi,
berkomunikasi, memberi konsultasi, dan mencari serta mengatur sumber dana.
14
C. KEMISKINAN
14
Ife, Jim 1995, Community Development: Creating Community Alternatives,Vision, Analysis and Practice, Longman, Australia
1. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan dalam pengertian konvensional merupakan pendapatan income dari suatu kelompok masyarakat yang berada dibawah garis
kemiskinan. Oleh karena itu seringkali berbagai upaya pengentasan kemiskinan hanya berorientasi pada upaya peningkatan pendapatan kelompok masyarakat
miskin. Memahami masalah kemiskinan seringkali menuntut adanya upaya
untuk melakukan pendefinisian dan pengukuran. Sehubungan dengan hal itu, perlu disadari juga bahwa masalah kemiskinan telah banyak dipelajari oleh
berbagai ilmuan sosial yang berasal dari latar belakang disiplin ilmu yang berbeda. Oleh sebab itu wajar apabila kemudian dijumpai berbagai konsep dan
cara pengukuran tentang masalah kemiskinan ini. Dalam konsep ekonomi misalnya, studi kemiskinan terkait dengan
konsep standar hidup, pendapatan dan distribusi pendapatan. Standar kehidupan masyarakat yang bersifat umum. Selain itu dapat dinilai dari segi
pendapatannya, jika pendapatannya jauh lebih besar dari kebutuhannya, maka ia disebut makmur.
Sementara ilmuan sosial yang lainnya tidak ingin berhenti pada konsep- konsep tersebut, melainkan megkaitkan dengan konsep kelas, stratifikasi sosial,
struktur sosial, dan bentuk-bentuk diferensiasi sosial lainnya. Hal yang sama juga dijumpai dalam usaha untuk melakukan pengukuran tingkat kemiskinan.
Konsep taraf hidup misalnya, tidak cukup dilihat dari segi pendapatan, akan tetapi juga perlu melihat faktor pendidikan, kesehatan, perumahan, dan
kondisi sosial lainnya. Kenyataan tersebut mengakibatkan pendekatan yang digunakan untuk mengukur tingkat kemiskinan juga bervariasi.
Menurut Hardiman 1982:33, mengemukakan tiga pendekatan yaitu : garis kemiskinan, indicator kesejahtraan dan pengukuran ketimpangan.
15
Adanya berbagai variasi pendekatan dalam pengukuran tersebut sekaligus juga menunjukan bahwa kemiskinan dapat dilihat secara Absolute dan Relatif.
Secara absolute maksudnya tingkat kemiskinan diukur dengan standar tertentu, sehingga kemudian dapat dikatakan bahwa mereka yang taraf
hidupnya dibawah standar yang ditentukan tersebut dikatakan miskin. Sebaliknya mereka yang hidupnya di atas standar dinyatakan tidak miskin.
Maksudnya tingkat kemiskinan diukur dengan standar tertentu, sehingga kemudian dapat dikatakan bahwa mereka yang taraf hidupnya di bawah standar
yang ditentukan tersebut dikatakan miskin, sebaliknya mereka yang taraf hidupnya di atas standar dinyatakan tidak miskin.
Secara relatif, kemiskinan tidak semata-mata diukur dengan menggunakan standar yang baku, melainkan juga dilihat dari seberapa jauh
peningkatan taraf hidup lapisan terbawah telah terjadi dibandingkan dengan masyarakat yang lain, juga dibandingkan dengan kenaikan tuntutan kebutuhan
hidup yang berkembang sejalan dengan perkembangan hidup masyarakat.
16
Oleh karena kompleksitas masalah kemiskinan ini terkait erat dengan hampir seluruh aspek kehidupan manusia, maka analisa atau kajian mengenai
penyebab terjadinya kemiskinan akan meliputi berbagai segi; sosial, politik, budaya, ekonomi, agama, dan juga lingkungan alam dan sebagainya. Karena
15
Drs. Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, Jakarta: Pustaka Jaya,1995,Cet.I. h.117
16
Drs. Soetomo, Op Cit, hal. 120
kajian tentang penyebab kemiskinan, selain dipengaruhi oleh bidang disiplin ilmu seseorang, juga bergantung pada bentuk atau jenis kemiskinan itu sendiri.
Kemiskinan menurut Ilmu Sosiologi diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf
kehidupan kelompoknya dan juga tidak bisa mengoptimalkan seluruh kemampuan fisik mentalnya.
17
Ada dua bentuk kemiskinan yang dapat ditandai, yaitu : -
Kemiskinan yang menimpa segelincir atau katakanlah segolongan minoritas dalam beberapa lingkungan masyarakat. Disebabkan oleh :
Miskin dari perorangan, miskin dari keluarga atau keturunan didalam lingkungan pengaruh dari masyarakat makmur banyak diselidiki dan
diperdebatkan, dan karena sebab-sebab lainnya, seperti ; Moral, Lingkungan, Pendidikan, Kesukuan, Sosial, Kesehatan.
Terdapat kemiskinan yang menimpa semuanya kecuali segelincir orang yang berada dalam masyarakat tersebut.
Kebanyakan rakyat miskin disebabkan karena mereka tidak mampu menanggapi keuntungan dari perusahaan dan persaingan bebas serta
pemasaran. Dengan demikian, daya tenaganya telah disia-siakan oleh kebodohan dan birokrasi yang merugikan.
Kemungkinan lainnya adalah mereka miskin disebabkan mereka diekspoitasi, kelebihan yang mereka hasilkan telah diserap oleh tuan tanah
yang kejam atu oleh orang kaum kapitalis, sehingga kemiskinan berlangsung terus menerus, pada akhirnya semua jatuh ketangan para pemilik tanah.
17
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta:Mizan, h.406