Dairi Masa Pendudukan Jepang

maka untuk kelancaran pemerintahan Hindia Belanda membagi onder-afdeling menjadi tiga onder-distrik, yaitu : 1. Onder Distrik van Pakpak, meliputi tujuh Kenegerian, yakni : Kenegerian Sitelu Nempu, Kenegerian Siempat Nempu Hulu, Kenegerian Siempat nempu, Kenegerian Silima Pungga-Pungga, Kenegerian Pegagan Hulu, Kenegerian Parbuluan, dan Kenegerian Silalahi Paropo. 2. Onder Distrik van Simsim, meliputi enam Kenegerian, yakni : Kenegerian Kerajaan, Kenegerian Siempat Rube, Kenegerian Mahala Majanggut, Kenegerian Sitelu Tali Urang Jehe, Kenegerian Salak, dan Kenegerian Ulu Merah dan Salak Pananggalan. 3. Kenegerian van Karo Kampung, meliputi lima Kenegerian, yakni : Kenegerian Lingga Tigalingga, Kenegerian Tanah Pinem, Kenegerian Pegagan Hilir, Kenegerian Juhar Kedupan Manik, dan Kenegerian Lau Juhar.

3.3 Dairi Masa Pendudukan Jepang

Setelah jatuhnya Hindia Belanda atas pendudukan Jepang pada 23 Maret 1942, maka pemerintahan Belanda digantikan oleh militerisme Jepang. Niat Jepang untuk menguasai wilayah Asia Pasifik tampak pada semboyan yang berbunyi Dai Nippon yang artinya delapan penjuru dunia. Disamping itu akibat dari berhasilnya politik pembaharuan mereka yaitu Restorasi Meiji, maka Jepang mulai menguasai negara dan pulau-pulau kecil di sekeliling Jepang dan Tiongkok. Sejak masuknya kekuasaan Jepang dibentuklah pasukan Kolone Kelima Jepang yang dikenal dengan nama fujiwara kikan barisan F yang bertugas untuk mengadakan kontak kerja sama dengan tokoh-tokoh nasionalis Indonesia. Hal ini Universitas Sumatera Utara diterima oleh Indonesia mengingat janji Jepang dalam kemakmuran bersama Asia Timur Raya. Sejak itu berdiri badan-badan pemerintahan Jepang, di Jawa dikenal dengan nama batavia tokubetsu syico Pemimpin Kota Istimewa Batavia yaitu kotapraja. Di Sumatera pemerintah militer Jepang membentuk 10 syu keresidenan yang terdiri atas bunsyu sub keresidenan. Keresidenan itu antara lain Aceh, Sumatera Timur, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, Palembang, Lampung, dan Bangka Beliton 21 1. Demang diganti menjadi guntyo . Pada masa pendudukan Jepang pada dasarnya hampir tidak mengalami perubahan yang prinsipil dalam sususan pemerintahan di Dairi. Hal ini disebabkan perhatian Jepang yang lebih terpusat pada Perang Asia Timur Raya. Hanya saja istilah dan nama-nama jabatan yang dibuat oleh pemerintahan Belanda dulu diganti menurut istilah dan nama-nama Jepang, di antaranya : 2. Asisten demang diganti dengan huku-guntyo 3. Kepala negeri diganti dengan bun-dantyo 4. Kepala kampung diganti dengan kuntyo 5. Keresidenan diganti menjadi syuu dan residen disebut Syuu-tyo 6. Kabupaten diganti menjadi ken dan bupati disebut ken-tyo 7. Kewedanan diganti menjadi gun dan wedana disebut gun-tyo 8. Kecamatan diganti menjadi son dan camat disebut son-tyo 21 Sartono Kartodirjo, Sejarah Nasional, Jilid VI, Jakarta, Departemen P K, 1975, hal.8. Universitas Sumatera Utara Hal yang menarik pada masa pemerintahan Jepang adalah wilayah provinsi dihapus dan wilayah keresidenan menjadi pemerintahan daerah yang tertinggi. Hal ini berarti pembagian onder-distrik yang dibuat oleh Belanda masih dipakai pada masa kekuasaan Jepang. Secara umum pemerintahan Bala Tentara Jepang membagi wilayah Indonesia ke dalam 3 bagian, yaitu : 1. Daerah yang meliputi Jawa, berada di bawah kekuasaan angkatan darat yang berkedudukan di Jakarta. 2. Daerah yang meliputi pulau Sumatera, berada di bawah kekuasaan angkatan darat yang berkedudukan di Tebing Tinggi. 3. Daerah-daerah lainnya berada di bawah kekuasaan angkatan laut yang berkedudukan di Makasar.

3.4 Dairi Pasca Kemerdekaan