BAB III PEMERINTAH KABUPATEN DAIRI SEBELUM TAHUN 1964
3.1 Dairi Masa Pemerintahan Tradisional
Pemerintahan tradisional tidak terlepas dengan hukum-hukum adat yang berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat itu sendiri, serta raja-raja adat atau
tokoh-tokoh adat yang memimpin jalannya pemerintahan di daerah tersebut. Raja memiliki kekuasaan penuh terhadap daerah maupun rakyatnya yang selalu tunduk
dan patuh terhadap perintah rajanya. Raja selalu menunjukkan kharismakewibawaannya ketika mereka berinteraksi dengan bawahannya, rakyatnya,
bahkan dengan kerajaan lain. Hal ini dapat dilihat pada sistem pemerintahan di Kerajaan Dairi yang telah ada jauh sebelum kedatangan Belanda yaitu sekitar tahun
1852-1942, ketika itu belum dikenal dengan sebutan wilayahdaerah otonom
18
a. Raja Ekuten, sebagai pemimpin satu suak wilayah yang terdiri dari beberapa
sukukutakampung. Raja Ekuten disebut juga sebagai Takal Aur yang merupakan kepala negeri.
. Sistem pemerintahan pada masa itu dikendalikan oleh seorang raja yang
disebut raja ekutentakal aurkampungsuak dan pertaki. Kepemimpinan pada masa ini diangkat berlandaskan pada primus interparis yaitu Siapa Yang Kuat Dia Yang
Berkuasa. Adapun struktur pemerintahan teradisional masyarakat Dairi pada masa itu
sebagai berikut :
18
Buku Kerja Pemerintah Kabupaten Dairi 2010, op.cit., hal.38.
Universitas Sumatera Utara
b. Pertaki, sebagai pemimpin satu kampung, ia berada setingkat di bawah raja
ekuten dan tugasnya membantu raja ekuten dalam memimpin pemerintahan. c.
Sulung Silima, merupakan jabatan terendah di pemerintahan pada saat itu yang tugasnya sebagai pembantu pertaki untuk mengontrol setiap kuta kampung yang
kemudian akan dilaporkan terlebih dahulu kapada pertaki. Biasanya sulung silima terdapat di setiap kuta. Sulung Silima terdiri dari : perisang-isang, perekur-ekur,
pertulan tengah, perpunca ndiadep, dan perbetekken
19
Sesuai dengan struktur organisasi pemerintahan di atas, maka Dairi terbagi ke dalam 5 suakaur, yaitu :
.
1. SuakAur Simsim, yang dalam administratif pemerintahan berada di tiga
kecamatan Kabupaten Dairi yakni Kecamatan Salak, Kerajaan, dan Sitelu Tali Urang Jehe. Marga yang berasal dari Suak Simsim adalah Marga Berutu, Bancin,
Padang, Solin, Sinamo, Manik, Cibro, Banurera, Boangmanalu, Lembeng, Sitakar, Kebeaken, Tinendung, Kebeaken, Munte, dan Bancin.
2. SuakAur Keppas, yang dalam administratif pemerintahan berada di Kecamatan
Sidikalang, Silima Pungga-Pungga, Bunturaja, Parbuluan, Kutabuluh, dan Lae Parira. Marga-marga yang berasal dari suak ini adalah Marga Ujung, Bintang,
Bako, Kudadiri, Berampu, Pasi, Maha, Angkat, Kaloko, dan Saraan. 3.
SuakAur Pegagan, yang administratif pemerintahan berada di Kecamatan Sumbul, Pegagan Hilir, dan Tigalingga. Marga-marga yang berasal dari suak ini,
antara lain Marga Lingga, Matanari, Manik Siketang, maibang, dan munte.
19
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
4. SuakAur Kelasen, suak ini berbeda dengan ketiga tersebut di atas karena Suak
Kelasen berada di wilayah pemerintahan Tapanuli Utara Kecamatan Parlilitan dan Tapanuli Tengah di Kecamatan Manduamas. Marga-marga yang berasal dari
Suak Kelasen, antara lain Marga Tinambunen, Tumanggor, Maharaja, Pinayungen, Turuten, Anakampun, Marbun, Kesogihen, Sikettang, Meka, Ceun,
dan Mungkur. 5.
SuakAur Boang, administratif pemerintahan berada di Simpang Kanan, Simpang Kiri, Gelombang Runding, dan Singkil sekarang masuk wilayah Provinsi Aceh.
Marga-marga yang berasal dari daerah ini adalah Marga Sambo, Saran, Penarik, Bancin, Berutu, dan Boangmanalu
20
3.2 Dairi Masa Pendudukan Belanda