Sistem dan Penyelenggaraan Pemerintahan

melaksanakan tugas tertentu yang karena sifatnya tidak tercakup oleh sekretariat daerah SEKDA dan dinas daerah kabupatenkota. Lembaga Pemerintahan Non Departemen Instansi Lembaga Pemerintahan Non DepartemenInstansi terdiri dari : Lembaga Permasyarakatan Kabupaten Dairi. Ketika Pemerintah Kabupaten Dairi sedang giat- giatnya meningkatkan mutu pendidikan maka pemerintah membangun perpustakaan daerah untuk memudahkan memperoleh informasi pengetahuan yang diresmikan pada tahun 2002. Sejalan dengan perkembangannya kedudukan dinas daerah dan lembaga teknis daerah badan dan kantor di Kabupaten Dairi sebagai unsur pelaksana otonomi daerah, maka pedoman pengaturan tentang tugas, fungsi, maupun struktur organisasi Dinas Daerah haruslah terencana dan tersusun sedemikian rupa dalam Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2003 Pasal 9 dan 10 tentang Organisasi Perangkat Daerah.

4.2 Sistem dan Penyelenggaraan Pemerintahan

Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Dairi, maka meningkat pula kegiatan pembangunan dan volume tugas pemerintahan Kabupaten Dairi. Untuk lebih mengefektifkan pembangunan wilayah Kabupaten Dairi yang awalnya 8 kecamatan dibentuklah 4 perwakilan kecamatan baru sebagai pemekaran dari 4 kecamatan yang siap dimekarkan, yaitu : 1. Perwakilan Kecamatan Parbuluan dengan ibukotanya Sigalingging, sebagai pemekaran dari Kecamatan Sidikalang. Universitas Sumatera Utara 2. Perwakilan Kecamatan Pegagan Hilir dengan ibukotanya Tigabaru, sebagai pemekaran dari Kecamatan Tigalingga. 3. Perwakilan Kecamatan Siempat Nempu Hulu dengan ibukotanya Silumboyah, sebagai pemekaran dari Kecamatan Siempat Nempu. 4. Perwakilan Kecamatan Siempat Nempu Hilir dengan ibukotanya Sopo Butar, sebagai pemekaran dari Kecamatan Siempat Nempu. Untuk dapat membentuk kecamatan yang baru, maka proses pembentukan kecamatan diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.138-210 Tahun 1982 tentang Tata Cara Pembentukan Kecamatan dan Perwakilan Kecamatan maupun Surat Edaran Mendagri No.1382603PUOD tanggal 7 Juli 1981, perihal : Prosedur Penyelesaian masalah pembentukan Wilayah Kecamatan, dengan syarat wilayah tersebut harus memliki kemampuan ekonomi, jumlah penduduk, luas daerah, pertahanan dan keamanan nasional, dan syarat-syarat lain yang memungkinkan daerah melaksanakan pembangunan, pembinaan kestabilan politik dan kesatuan bangsa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan di wilayah kecamatanperwakilan kecamatan dan berdasarkan Keputusan Dalam Negeri No.136.22-310 tanggal 9 April 1985 tentang Pembentukan Wilayah Kerja Pembantu Bupati KDH Tingkat II Dairi dan Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara No.061.1-2384 tentang Pembentukan Pembantu Bupati KDH Tingkat II Dairi wilayah I dan II, maka dibentuklah 2 kantor pembantu Bupati KDH Tingkat II Dairi. Adapun pembagian wilayah pembantu Bupati KDH Tingkat II Dairi saat itu, sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Wilayah I yang berpusat di Sumbul, terdiri dari Kecamatan Sidikalang, Kecamatan Sumbul, Kecamatan Salak, Kecamatan Kerajaan, dan Perwakilan Kecamatan Parbuluan. b. Wilayah II yang berpusat di Sidikalang, terdiri dari Kecamatan Tigalingga, Kecamatan Tanah Pinem, Kecamatan Silma Pungga-Pungga, Kecamatan Siempat Nempu, Perwakilan Kecamatan Siempat Nempu Hulu, Perwakilan Siempat Nempu Hilir, dan Perwakilan Kecamatan Pegagan Hilir. Setelah melalui proses pembinaan dan pengawasan seperti memonitoring dan mengevaluasi semua kegiatan daerah yang dilakukan selama setahun kinerja pemerintah berjalan serta memberikan penyuluhan khususnya mengenai pertanian dalam pertemuan masyarakat dengan tokoh kecamatan yang akan dimekarkan dan dapat memenuhi persyaratan ada beberapa perwakilan kecamatan yang ditetapkan statusnya menjadi kecamatan yang defenitif 29 Sejalan dengan perkembangan zaman dan banyaknya daerah yang ingin dimekarkan pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang diantaranya adalah 1 Kecamatan Parbuluan dengan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.50 tahun 1991 dan diresmikan oleh Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara tanggal 30 Oktober 1991 di Sigalingging; 2 Kecamatan Siempat Nempu Hilir, Siempat Nempu Hulu, dan Pegagan Hilir dengan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.35 tahun 1992 dan diresmikan secara terpusat oleh Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara pada tanggal 19 Oktober 1992 di Kecamatan Pagaran, Kabupaten Tapanuli Utara. 29 Kecamatan defenitif artinya kecamatan yang sudah ditentukan dan pasti dimekarkan. Universitas Sumatera Utara Pemerintahan Daerah atau yang biasa disebut dengan Undang-Undang Otonomi Daerah. Setelah undang-undang ini diterapkan di daerah-daerah Indonseia, maka sesuai dengan pasal 66 ayat 6 maka pembentukan kecamatan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Jika dilihat dari syarat pembentukan kecamataan tidak banyak terdapat perubahan yang signifikan hanya saja pada undang-undang sebelumnya daerah yang dimekarkan harus melalui dan diresmikan langsung oleh gubernur, sedangkan sekarang langsung dapat diresmikan oleh bupati daerah. Mengawali berlakunya otonomi daerah di Kabupaten Dairi aspirasi masyarakat yang telah lama tumbuh meminta untuk dapat segera membentuk kecamatan yang baru. Ada 4 Kecamatan yang dimekarkan di Kabupaten Dairi, diantaranya : 1 dengan berdasarkan Peraturan Daerah No.33 tahun 2000 tentang Pembentukan Kecamatan Lae Parira yang diresmikan Bupati Dairi pada 13 Pebruari 2001 di Lae Parira; 2 Kecamatan Sitelu Tali Urang Jahe yang diresmikan Bupati Dairi pada 15 Pebruari 2001 di Sibande; 3 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Dairi No.15 tahun 2002 tentang Pembentukan Kecamatan Berampu yang diresmikan oleh Bupati Dairi pada tanggal 10 April 2003 di Desa Berampu; 4 Kecamatan Gunung Sitember pada 11 Maret 2003 di Desa Gunung Sitember. Seperti yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya bahwa Suku Pakpak adalah penduduk asli yang mendiami daerah Kabupaten Dairi. Namun secara kuantitas jumlah mereka berada di bawah suku-suku lain yang ada di Kabupaten Dairi, khususnya Suku Batak Toba. Demikian juga dalam penggunaan unsur-unsur budaya Pakpak di Dairi semakin berkurang, misalnya keengganan memakai marga asli Pakpak dengan mengganti marga lain. Selain itu, perbedaan pandangan yang Universitas Sumatera Utara cukup tajam antar mereka, persengketaan masalah tanah antar marga, dan adanya stereotype dan prasangka terhadap suku lain bahkan terhadap Suku Pakpak sendiri, ini menyebabkan hubungan antara Suku Pakpak dengan pemerintah mengalami kerenggangan. Dalam konteks pemekaran Kabupaten Pakpak yang selama ini memang telah menjadi idaman bagi masyarakat suku asli ini, maka ada beberapa faktor lain yang turut mendukung terbentuknya kabupaten baru itu. Pertama, faktor sejarah politik pecah belah yang diterapkan Belanda, sehingga wilayah komunitas tradisional Pakpak menyebar di beberapaa wilayah keresidenan dan onder-afdeling. Khusus menyangkut nama dan wilayah kabupaten kurang didasarkan pada keinginan warga Pakpak yaitu menginginkan nama Kabupaten menjadi Kabupaten Pakpak bukan Kabupaten Dairi. Sayangnya keinginan ini tidak terealisasikan karena masih mengacu pada sistem Onder-Afdeling Dairi yang dibuat Belanda pada masa itu. Faktor kedua adalah faktor isolasi geografi dan susunan demografi Kabupaten Dairi umumnya dan wilayah 3 Kecamatan yang ingin berdiri sendiri khususnya. Isolasi ini terlihat dari ketertutupan wilayah karena tidak didukung oleh sarana dan prasarana, seperti tidak adanya penerangan listrik, tidak adanya sarana pendidikan dasar, dan bahkan masih banyak desa yang belum dapat dilalui kendaraan bermotor. Akibat aktifitas mereka menjadi terhambat dan semakin terpencil dan masyarakat luar, demikian juga dari segi jumlah penduduk ikut mempengaruhi. Faktor ketiga dapat dilhat dari aspek sosial ekonomi. Ekonomi ketiga kecamatan ini yaitu Kecamatan Salak, Kecamatan Kerajaan, dan Kecamatan Sitelu Tali Urung sangat jauh tertinggal dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Dairi, baik Universitas Sumatera Utara segi tingkat pendapatan, pendidikan, dan mobilitas penduduk. Dari mata pencahariaan misalnya penduduk ketiga kecamatan ini masih bersifat petani berpindah akibatnya jumlah keluarga prasejahtera sangat besar. Faktor lainnya yaitu eksistensi etnis dan kebudayaan Pakpak dikehidupan masyarakat sehari-hari. Dengan kata lain besarnya keinginan untuk pemekaran wilayah dari Kabupaten Dairi bagi kalangan masyarakat Pakpak sedikit banyaknya disebabkan oleh masalah ketidak adilan yang dirasakan masyarakat Pakpak mulai zaman Belanda Indonesia merdeka, hingga sekarang 30 Untuk menggantikan 3 Kecamatan di atas maka 2 kecamatan dan 1 kelurahan baru dimekarkan kembali melalui Sidang Paripurna DPRD Kabupaten Dairi, diantaranya Kecamatan Silahisabungan berdasarkan Perda Kabupaten Dairi No.6 tahun 2004 yang diresmikan Bupati Dairi DR. M. P. Tumanggor tanggal 14 Juli 2004 di Silalahi, Kelurahan Panji Dabutar berdasarkan Perda Kabupaten Dairi No.6 tahun . Keinginan ini akhirnya tercapai dengan dimekarkannya Kabupaten Pakpak Bharat di tahun 2003 dengan berdasarkan Undang-Undang RI No.9 tahun 2003 tentang Pembentukan Pakpak Bharat dengan wilayah yang ditetapkan terdiri atas 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Sitelu Tali Urang Jahe, Kecamatan Kerajaan, dan Kecamatan Salak. Peresmian Kabupaten Pakpak Bharat serta pelantikan Pejabat Bupati Pakpak Bharat Tigor Solin dilaksanakan pada Senin, 28 Juli 2003 di Medan oleh Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno. 30 Wahyudi, dkk., Etnik Pakpak Dalam Fenomena Pemekaran Wilayah: Mempertanyakan Partisipasi Politik Perempuan Dalam Masyarakat Adat, Sidikalang: The Asia Foundation dan Yayasan Sada Ahmo, 2002, hal.20-21. Universitas Sumatera Utara 2005 tanggal 31 Agustus 2005, dan Kecamatan Sitinjo berdasarkan Perda Kabupaten Dairi No.7 tahun 2005 tanggal 14 September 2005 oleh Bupati Dairi DR. M. P. Tumanggor. Sampai bulan Desember 2005, wilayah Kabupaten Dairi terbagi atas 15 kecamatan, 8 kelurahan, dan 148 desa.

4.3 Kerjasama dan Koordinasi Pemerintah Dairi