Serasah daun A. marina setelah aplikasi Aspergillus sp. pada salinitas 10-20 ppt diperoleh 10 jenis fungi. Jumlah koloni rata-rata yang paling banyak muncul
adalah Saccharomyces sp. yaitu sebesar 31,9 x 10
2
cfuml. Jenis ini muncul sebanyak 5 kali dengan frekuensi kehadiran 71,42. Jumlah koloni rata-rata yang paling sedikit
muncul adalah A. niger. yaitu sebesar 0,05 x 10
2
cfuml. Jenis fungi ini muncul sebanyak 1 kali dengan frekuensi kehadiran 14,28.
Serasah daun A. marina setelah aplikasi Curvularia sp. pada salinitas 10-20 ppt diperoleh 13 jenis. Jumlah koloni rata-rata yang paling banyak muncul adalah
Saccharomyces sp. yaitu sebesar 33,86 x 10
2
cfuml. Jenis ini muncul sebanyak 5 kali dengan frekuensi kehadiran 71,42. Jumlah koloni rata-rata yang paling sedikit
muncul adalah Penicillium sp. 3 dan sp. 5, yaitu sebesar 0,05 x 10
2
cfuml. Jenis fungi ini muncul sebanyak 1 kali dengan frekuensi kehadiran 14,28.
Serasah daun A. marina setelah aplikasi Penicillium sp. pada salinitas 10-20 ppt diperoleh 12 jenis. Jumlah koloni rata-rata yang paling banyak muncul adalah
Saccharomyces sp., yaitu sebesar 17,14 x 10
2
cfuml. Jenis ini muncul sebanyak 4 kali dengan frekuensi kehadiran 57,14. Jumlah koloni rata-rata yang paling sedikit
muncul adalah Penicillium sp. 3. yaitu sebesar 0,05 x 10
2
cfuml. Jenis fungi ini muncul sebanyak 1 kali dengan frekuensi kehadiran 14,28.
4.4. Jenis dan Jumlah Fungi pada Salinitas 20-30 ppt
Dari hasil pengamatan serasah daun A. marina setelah aplikasi Aspergillus sp.
pada salinitas 20-30 ppt Tabel. 8. Serasah daun A. marina setelah aplikasi
Curvularia sp. Tabel. 9. Sedangkan serasah daun A. marina setelah aplikasi Penicillium sp. Tabel. 10. Pada aplikasi Penicillium sp. didapatkan jumlah jenis
fungi terbanyak yaitu 11 jenis fungi dan yang paling sedikit diperoleh setelah aplikasi Aspergillus sp., yaitu 8 jenis fungi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8. Jumlah Koloni Rata-rata Fungi x 10
2
cfuml dan Frekuensi Kolonisasinya pada Dekomposisi Serasah Daun A. marina yang diaplikasikan Aspergillus sp. selama 15-105 pada Salinitas 20-30 ppt
No Jenis Fungi
Lama masa dekomposisi hari Jumlah
total koloni
Jumlah koloni
rata- rata
Jumlah kemun-
culan koloni
kali Jumlah
penga- matan
kali Frekuensi
kemuncu-
lan 15
30 45
60 75
90 105
1. Aspergillus flavus
0.33 0.3
0.05 7
1 14.28
2. Aspergillus tereus
1.33 1.66
7 5.33
1.33 16.65
2.38 7
5 71.42
3. Aspergillus niger
1.33 2.33
3.66 0.52
7 2
28.57 4.
Aspergillus sp.7 8.33
8.33 1.19
7 1
14.28 5.
Penicillium sp. 7 0.33
1.66 0.33
2.32 0.33
7 3
42.85 6.
Arthrinium phaeospermum 21.33
7 21.33
49.66 7.09
7 3
42.85 7.
Basipetospora halophila 0.33
0.33 0.05
7 1
14.28 8.
Saccharomyces sp. 7.33
1.33 21
10.66 40.32
5.76 7
4 57.14
Total 121.6
17.37
a: Jumlah kemunculan koloni kaliJumlah pengamatan x 100
Universitas Sumatera Utara
Tabel 9. Jumlah Koloni Rata-rata Fungi x 10
2
cfuml dan Frekuensi Kolonisasinya pada Dekomposisi Serasah Daun A. marina yang diaplikasikan Curvularia sp. selama 15-105 Hari pada Salinitas 20-30
No Jenis Fungi
Lama masa dekomposisi hari Jumlah
total koloni
Jumlah koloni
rata- reata
Jumlah kemun-
culan koloni
kali Jumlah
penga- matan
kali Frekuensi
kemun- culan
15 30
45 60
75 90
105
1. Aspergillus flavus
5.33 2
7.33 1.05
7 2
28.57 2.
Aspergillus tereus 1
2.66 5
5 13.66
1.95 7
4 57.14
3. sp. 5
1 1
2 0.29
7 2
28.57 4.
Aspergillus niger 0.33
0.33 0.05
7 1
14.28 5.
Aspergillus sp. 7 0.66
0.66 0.09
7 1
14.28 6.
Penicillium sp. 7 4
2.33 3
5 0.33
4 18.66
2.67 7
6 85.71
7. Arthrinium phaeospermum
7.66 0.33
8 7.66
23.65 3.38
7 4
57.14 8.
Basipetospora halophila 10
0.33 1.66
11.99 1.71
7 3
42.85 9.
Saccharomyces sp. 0.66
1 34.33
35 4.33
14.66 89.98
12.85 7
6 85.71
Total 168.26
24.04
a: Jumlah kemunculan koloni kaliJumlah pengamatan x 100
Universitas Sumatera Utara
Tabel 10. Jumlah Koloni Rata-rata Fungi x 10
2
cfuml dan Frekuensi Kolonisasinya pada Dekomposisi Serasah Daun A. marina yang diaplikasikan Penicillium sp. selama 15-105 Hari pada Salinitas 20-30
No Jenis Fungi
Lama masa dekomposisi hari Jumlah
total koloni
Jumlah koloni
rata- rata
Jumlah kemun-
culan koloni
kali Jumlah
penga- matan
kali Frekuensi
kemun- culan
15 30
45 60
75 90
105
1. Aspergillus flavus
1 0.33
3 4.33
0.62 7
3 42.85
2. Mucor sp.
0.33 0.33
0.05 7
1 14.28
3. Aspergillus sp. 5
0.33 0.33
0.05 7
1 14.28
4. Aspergillus tereus
0.33 6.33
2.66 3.66
12.98 1.85
7 4
57.14 5.
Aspergillus sp.6 1
1 0.14
7 1
14.28 6.
Aspergillus niger 0.33
2 2.33
4.66 0.67
7 2
28.57 7.
Aspergillus sp.7 4
3 7
1 7
2 28.57
8. Penicillium sp.7
1.33 0.66
1.66 0.33
0.33 4.31
0.62 7
5 71.42
9. Arthrinium phaeospermum
12.33 2.33
10.66 25.32
3.62 7
3 42.85
10. Basipetospora halophila
3 17.33
0.33 20.66
2.95 7
3 42.85
11. Saccharomyces sp.
2.33 8.33
4.33 14.99
2.14 7
3 42.85
Total 95.91
13.7
a: Jumlah kemunculan koloni kaliJumlah pengamatan x 100
Universitas Sumatera Utara
Serasah daun A. marina setelah aplikasi Aspergillus sp. pada salinitas 20-30 ppt diperoleh 8 jenis fungi, dimana jumlah koloni rata-rata yang paling banyak
muncul adalah Arthrinium phaeospermum yaitu sebesar 7,09 x 10
2
cfuml. Jenis ini muncul sebanyak 3 kali dengan frekuensi kehadiran 42,85. Jumlah koloni rata-rata
yang paling sedikit muncul adalah A. flavus dan Basipetospora halophila. yaitu sebesar 0,05 x 10
2
cfuml. Jenis fungi ini muncul sebanyak 1 kali dengan frekuensi kehadiran 14,28.
Serasah daun A. marina setelah aplikasi Curvularia sp. pada salinitas 20-30 ppt diperoleh 9 jenis fungi, dimana jumlah koloni rata-rata yang paling banyak
muncul adalah Saccharomyces sp. yaitu sebesar 12,85 x 10
2
cfuml. Jenis ini muncul sebanyak 6 kali dengan frekuensi kehadiran 85,71. Jumlah koloni rata-rata yang
paling sedikit muncul adalah A. niger. yaitu sebesar 0,05 x 10
2
cfuml. Jenis fungi ini muncul sebanyak 1 kali dengan frekuensi kehadiran 14,28.
Serasah daun A. marina setelah aplikasi Penicillium sp. pada salinitas 20-30 ppt diperoleh 11 jenis fungi, dimana jumlah koloni rata-rata yang paling banyak
muncul adalah Saccharomyces sp. yaitu sebesar 3,62 x 10
2
cfuml. Jenis ini muncul sebanyak 3 kali dengan frekuensi kehadiran 42,85. Jumlah koloni rata-rata yang
paling sedikit muncul adalah Mucor sp., dan Aspergillus sp.5 yaitu sebesar 0,05 x 10
2
cfuml. Jenis fungi ini muncul sebanyak 1 kali dengan frekuensi kehadiran 14,28.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa aplikasi Curvularia sp. dan Penicillium sp. menunjukkan jumlah jenis paling besar yaitu pada salinitas 0-10 ppt dan salinitas
20-30 ppt. Jumlah jenis paling sedikit pada setiap salinitas adalah setelah aplikasi Aspergillus sp. Aplikasi Penicillium yang biasanya menghasilkan antibiotik berupa
penisilin merupakan antibakteri, jadi penambahan Penicillium tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan fungi yang berperan dalam proses dekomposisi serasah A.
marina. Menurut Greenwood et al 1992, beberapa contoh senyawa yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri adalah penicillin, cephalosporin, glycopeptide,
tetracycline, chloramphenicol, aminoglycoside, sulfonamide, sedangkan senyawa yang mempunyai aktivitas sebagai antifungal adalah amphotericin, flucytocin,
griseofulin, imidazole dan nystatin.
Universitas Sumatera Utara
Aplikasi Aspergillus sp., Curvularia sp., dan Penicillium sp. memiliki arti penting dalam proses dekomposisi serasah A. marina. Menurut Affandi et al 2001,
jenis-jenis jamur yang bersifat asosiatif dalam proses degradasi serasah mangrove adalah
Aspergillus, Trichoderma, Penicillium, Paecilomyces, Gliocladium,
Gonatobotryum dan Syncephalastrum. Dengan ditambahkan Aspergillus sp., Curvularia sp., dan Penicillium sp. diduga terlibat langsung dalam proses
dekomposisi awal serasah A. marina dan kehadiran jenis fungi yang lain umumnya bersifat saprofit dan berperan sebagai pengurai bahan organik. Fungi tersebut berperan
besar dalam menjaga kelangsungan daur unsur hara khususnya daur karbon, nitrogen, dan fosfor Hobbie et al., 2003. Menurut Gandjar et al., 1999, fungi genus
Aspergillus, Curvularia dan Penicillium yang secara alami banyak ditemukan pada serasah dan berperan besar dalam proses dekomposisi awal serasah daun.
Aspergillus dan Penicillium merupakan jenis fungi yang paling banyak ditemukan dari hasil isolasi serasah daun A. marina dengan penambahan Aspergillus
sp. selama 105 hari pada salinitas 0-10 ppt. kelompok fungi ini mendominasi baik dari segi jenis maupun jumlah yang diduga karena kelompok fungi ini merupakan fungi
Ascomycetes yang sering hidup di tanah sebagai mikroorganisme saprofit. Menurut Kohlmeyer et al, 1995, bahwa habitat mangrove bagi kelompok jenis fungi yang
disebut Manglicolous Fungi. Kelompok organisme ini berperan dalam siklus unsur hara pada habitat mangrove. Menurut Atlas Bartha 1981, persaingan dalam
memperoleh nutrisi dari material organik menyebabkan peningkatan atau penurunan populasi fungi. Persaingan ini juga dapat dilihat sebagai daya adaptasi fungi terhadap
proses dekomposisi. Beberapa fungi mungkin terlihat seperti dorman, tetapi masih memiliki kemampuan untuk mendekomposisi substrat.
Selain itu, Arthirinium phaeospermum, Basipetospora halophila, Curvularia sp., Mucor sp., dan Saccharomyces sp. juga hasil isolasi dari daun A. marina. Menurut
Gandjar et al 1999, Arthirinium phaeospermum kosmopolit dan terdapat terutama pada tumbuhan Graminae. Spesies ini telah diisolasi dari tanah hutan, tanah pertanian,
kompos kebun, tanah yang terpolusi sampah, kayu yang busuk, dll. Basipetospora halophila juga telah banyak diisolasi dari tanah di daerah tropis maupun subtropis.
Curvularia sp. banyak sekali ditemukan di daerah tropis, dan mudah diisolasi dari
Universitas Sumatera Utara
tanah, serasah, lumpur hutan bakau. Curvularia sp. mampu tumbuh dengan baik pada permukaan berbahan selulosa. Jenis ini sering ditemukan tumbuh di tanah, serasah
tumbuhan seperti daun dan bagian tanaman lainnya http:www.environix.comwhat -is-IAQlibrary-moldCurvularia 2010. Mucor sp. juga sering ditemukan dari isolasi
tanah ataupun jenis makanan, dan biji-bijian. Diduga serasah A. marina yang diisolasi mengandung lumpur, atau tanah yang menempel. Maka spesies ini muncul walaupun
dalam jumlah yang sedikit.
Saccharomyces sp. selalu muncul pada setiap salinitas yaitu pada salinitas 0-10 ppt, 10-20 ppt dan 20-30 ppt dan setelah aplikasi fungi. Menurut Moore-landecker
1996, yeast berkembang cepat dengan membelah diri dengan cara fission dan budding. Jenis yeast yang diisolasi dari dekomposisi serasah ini diperkirakan halofil
tahan pada salinitas tinggi sehingga dapat menyesuaikan diri pada setiap salinitas. Menurut Yale Bohnert 2001, ketahanan Saccharomyces terhadap salinitas tinggi
dipengaruhi oleh mekanisme biokimia khusus yang berkaitan dengan transkripsi DNA, tanggapan detoksifikasi, transport membran khusus, metabolisme energy
cadangan, komponen lain dalam sel nitrogen, belerang dan lipid, serta biosintesis asam lemakisoprenoid.
Saccharomyces sp. juga selalu ditemukan saat populasi fungi yang lain mulai menurun sejalan dengan bertambahnya lamanya waktu dekomposisi. Pada salinitas
20-30 ppt disaat spesies tertentu mulai menurun dan sama sekali tidak muncul, Saccharomyces sp. masih bisa bertahan. Saccharomyces sp. memiliki ketahanan
terhadap salinitas yang lebih tinggi. Menurut Jennings 1990, beberapa jenis Saccharomyces bahkan mampu hidup pada lingkungan atau dengan konsentrasi NaCl
sebesar 855 mM. dalam kondisi stress, mikroorganisme ini memproduksi substansi compatible solute seperti gliserol. Pada banyak penelitian, substansi ini dipakai
sebagai efek untuk menghilangkan pengaruh garam, seperti NaCl. Mekanisme ini disebut haloprotection. Yeast seperti Saccharomyces memiliki konsentrasi gliserol
pada selnya sebesar 1,21 M.
Dalam penelitian Fery Kurniawan 2010, bahwa jumlah jenis fungi yang terdapat pada serasah daun A. marina yang belum mengalami dekomposisi kontrol
Universitas Sumatera Utara
dan yang mengalami dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas didapatkan 22 jenis fungi dengan 6 genus fungi yaitu Aspergillus, Penicillium, Trichoderma, Arthrinium,
Curvularia, dan Mucor. Pada penelitian Winda Ayunasari 2009 bahwa jumlah jenis fungi yang terdapat pada serasah daun A. marina yang belum mengalami dekomposisi
kontrol dan yang mengalami dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas didapatkan 13 jenis fungi dengan 4 genus yaitu Aspergillus, Penicillium, Curvularia, dan
Saccharomyces. Genus Aspergillus dan Penicillium memiliki jumlah jenis yang paling banyak ditemukan baik pada kontrol maupun pada berbagai tingkat salinitas.
4.5. Hubungan Tingkat Salinitas dengan Jumlah Jenis Fungi