Peranan Fungi dalam Dekomposisi Serasah

2.3.1 Dekomposisi Serasah

Serasah yang kaya unsur hara lebih cepat terdekomposisi daripada serasah yang mengandung sedikit unsur hara. Residu tumbuhan yang mempunyai kandungan dinding sel yang tinggi memiliki konsentrasi unsur hara yang rendah. Keefektifan bakteri, fungi dan hewan tanah lainnya dalam proses dekomposisi ditentukan dari cepat atau lambatnya penyusutan bobot serasah yang telah terdekomposisi. Air dan CO 2 merupakan senyawa sederhana yang mudah dihasilkan melalui dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi serasah mangrove menghasilkan unsur hara yang diserap kembali oleh tumbuhan dan sebagian larut terbawa oleh air surut ke perairan sekitarnya. Proses akhir dari dekomposisi serasah mangrove serta pelepasan unsur hara dalam bentuk mineral melengkapi siklus transformasi unsur kimia essensial yang berguna untuk menunjang kehidupan di alam Sunarto, 2003 Penguraian serasah mangrove dalam perairan pantai menghasilkan unsur hara seperti nitrogen organik dan senyawa fosfat. Di Victoria, Australia materi yang berasal dari mangrove api-api A. marina ternyata sangat kaya unsur hara tersebut, terutama senyawa fosfat. Peranan mangrove begitu aktif dan penting dalam proses daur unsur hara. Hal ini telah ditunjukkan pada penelitian di Western Port Bay yang dilakukan oleh Goulter and Allaway 1979, daun dan akar yang jatuh selama satu tahun mempunyai kadar nitrogen sebanyak empat kali lipat dan fosfat setengah dari kadar nitrat dan fosfat dalam perairan di pantai itu sendiri. Penguraian serasah mangrove menurut Swift et al 1979 dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: a. Alam dan komunitas pengurai binatang dan mikroorganisme. b. Kualitas sumber jenis serasah. c. Faktor iklim, khususnya suhu dan kelembaban tanah.

2.4 Peranan Fungi dalam Dekomposisi Serasah

Di lingkungan perairan, keterlibatan mikroorganisme dalam ekosistem setempat tidak dapat diabaikan. Aktivitas penguraian bahan organik dan anorganik yang sampai ke tempat ini tidak akan pernah terjadi tanpa bantuan mikroba saprofit pengurai, Universitas Sumatera Utara pemakan sampah. Bahan yang telah terurai ini selanjutnya diserap oleh makhluk ototrof sebagai produsen primer yang sebagian diantaranya berupa mikroba. Selanjutnya organisme ototrof dikonsumsi oleh kelompok hewan heterotrof seperti ikan, udang, moluska dan hewan air lainnya Efendi, 1999. Menurut Sikong 1978, massa bakteri dan fungi bersama hasil penguraian menjadi makanan bagi organisme pemakan detritus yang kebanyakan terdiri atas hewan-hewan invertebrata. Organisme pemakan detritus ini pada gilirannya dimakan oleh ikan-ikan dan crustaceae lainnya. Seperti saproba lainnya, fungi saprofit merupakan organisme penyebab kerusakan yang memperoleh unsur hara dari material organik yang telah mati. Substrat atau sumber nutrisi dapat berupa jasad tumbuhan atau hewan yakni bagian dari tanaman atau hewan seperti daun, ranting, rambut, sampah organik, beberapa komponen sintetis, dan beberapa produk lain yang dapat terlarut. Komponen dari makhluk hidup tersebut digunakan sebagai nutrisi. Dengan degradasi atau dekomposisi, komponen serasah yang berukuran besar ini kemudian dipecah menjadi molekul-molekul organik. Molekul-molekul ini antara lain seperti polisakarida, asam organik, lignin, senyawa aromatik dan hidrokarbon alifatik, gula, alkohol, purin, asam amino, lipid protein dan asam nukleat yang merupakan ciri dari kehidupan Moore- Landecker, 1996. Serasah dari dedaunan tumbuh-tumbuhan tersebut menyumbang unsur hara ke perairan yang dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme setempat. Mengingat lingkungan mangrove pada waktu pasang digenangi air laut, maka mikroorganisme yang hidup di daerah tersebut harus memiliki ketahanan terhadap lingkungan berkadar garam tinggi. Selain serasah dari pepohonan mangrove, sungai-sungai yang bermuara ke daerah tersebut juga membawa bahan organik dari daratan Gandjar et al, 2006. Bagi mikroorganisme, proses degradasi dalam arti sederhana hanya untuk memperoleh nutrisi dengan mencernanya. Bakteri dan fungi mengeluarkan cairan berupa enzim ke lingkungan yang memecah molekul spesifik menjadi lebih sederhana sehingga dapat larut. Menurut Deacon 1984, fungi saprofit diperoleh pada semua lingkungan baik alami maupun buatan, saproba memproduksi beberapa enzim pemecah selulosa dan lignin serta berperan dalam siklus karbon dan mineral. Fungi Universitas Sumatera Utara juga menghasilkan beberapa polimer yang kompleks dan bersifat resisten dari hasil aktivitas saprofitnya. Komponen yang dihasilkan dapat berupa bahan utama pembentuk humus yakni humic acid yang dapat menyuburkan tanah. Menurut Lear dan Turner 1977, bagian terbesar dari serasah merupakan bahan pokok untuk tempat berkumpulnya bakteri dan fungi. Bakteri dan fungi yang terdapat pada serasah tersebut diperkirakan memiliki peranan penting dalam proses dekomposisi serasah. Menurut Ayunasari 2009, beberapa fungi yang memiliki kontribusi terbesar dalam proses dekomposisi serasah A. marina adalah Aspergillus sp., Curvularia sp., Penicillium sp. Menurut Gandjar et al 2006, para peneliti Jepang telah mengisolasi fungi dari lumpur hutan mangrove yang terdapat di pulau Okinawa, dan menemukan Penicillium purpurogenum, Aspergillus terreus, Trichoderma harzianum, Penicillium cristosum, Acremonium alabamense, Talaromyces flavus var. flavus, dan Phialophora fastigiata. Mereka melanjutkan penelitian dengan mengisolasi fungi dari rhizosfer tumbuhan mangrove Salicornia europaea L. tumbuhan halofit dan menemukan: Acremonium strictum, Alternaria alternate, Cladosporium cladosporoides, Penicillium citrinum, Phoma sp., Trichoderma sp., Pestalotiopsis sp., Cylindrocarpon destructans, dan Coelomycetes sp.

2.5 Salinitas