BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1  Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2009  sampai Juni 2010  bertempat di Desa Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, Sumatera Utara dan Laboratorium
Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.
3.2  Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan adalah kantong nilon dengan pori-pori 2 mm 40 cm x  30  cm, tali rafia, hand  refractometer, benang nilon, jarum, tabung reaksi, rak
tabung reaksi, cawan petri, jarum ose, bunsen, sprayer, aluminium foil, gelas ukur, corong, spatula, batang pengaduk, hockey stick, mancis, labu erlenmeyer, gelas
beaker, mortal dan alu, pipet serologi, propipet, kertas saring, hot plate, vorteks, magnetic stirer, autoklaf, oven, inkubator fungi, mikroskop cahaya, kaca objek,
kulkas, timbangan analitik, timbangan elektrik. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah serasah A. marina, media PDA Potato Dextrose
Agar, antibiotik chloramfenicol, air laut dengan salinitas 0-10 ppt, 10-20 ppt, 20-30 ppt, alkohol 70, desinfektan, kapas.
Universitas Sumatera Utara
3.3  Tahapan Penelitian 3.3.1  Penentuan Lokasi berdasarkan Tingkat Salinitas
Penentuan zona salinintas dilakukan setelah melakukan survey lokasi penelitian terlebih dahulu. Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian diukur berdasarkan
tingkat salinitas. Pengukuran tingkat salinitas dilakukan pada titik  tertentu dari darat ke laut dengan menggunakan alat hand refractometer yang terdiri atas 3 zona, yaitu:
a. Lokasi I dengan tingkat salinitas 0-10 ppt
b. Lokasi II dengan tingkat salinitas 10-20 ppt
c. Lokasi III dengan tingkat salinitas 20-30 ppt
3.3.2  Pembuatan Suspensi Fungi
Masing-masing fungi  Aspergillus  sp.,  Curvularia  sp., dan Penicillium  sp. dipotong berukuran 1x1 cm dan diinokulasikan ke  dalam 10 ml air laut yang telah disterilkan
secara aseptis sehingga terbentuk suspensi fungi. Suspensi fungi  dihomogenkan dengan menggunakan vorteks. Suspensi fungi ini digunakan untuk 1 kantong serasah.
3.3.3  Penyiapan Serasah
Daun  A.  marina  di kawasan hutan mangrove desa Sicanang yang sudah menguning dan gugur dikumpulkan sebanyak 9.450 gram. Sebanyak 50 gram serasah dimasukkan
kedalam kantong serasah yang terbuat dari jaring nilon dengan pori-pori 1 mm 40 cm x  30  cm.  Kemudian  suspensi fungi disemprotkan  pada serasah daun A. marina.
Jumlah kantong serasah yang diperlukan sebanyak 189 buah 7 pengambilan x 3 salinitas x 3 ulangan x 3 perlakuan.
Universitas Sumatera Utara
3.3.4  Penempatan Serasah
Kantong yang berisi serasah daun A. marina diletakkan pada kawasan payau di sekitar tambak udang milik masyarakat  setempat dengan perbedaan tingkat salinitas.
Pengukuran salinitas dilakukan dengan alat hand  refractormeter. Kantong tersebut kemudian diletakkan pada 3 lokasi dengan perbedaan tingkat salinitas. Salinitas 1 0-
10 ppt, salinitas 2 10-20 ppt, salinitas 3 20-30 ppt. Jumlah kantong serasah yang diperlukan pada setiap salinitas sebanyak 63 buah 7 pengambilan x 3 ulangan x 3
perlakuan.
3.3.5 Pengambilan Serasah
Serasah  yang telah diletakkan pada tiap salinitas, diambil setiap 15 hari sekali sebanyak 9 kantong dengan perlakuan fungi yang berbeda pada setiap salinitas. Pada
setiap pengambilan dan ketiga salinitas sebanyak 27 kantong. Pengambilan serasah dilakukan  sebanyak 7 kali  selama 105 hari.  Serasah kemudian dianalisis di
laboratorium untuk mengetahui keanekaragaman dan karakteristik fungi yang didapat.
3.3.6 Pembuatan Media Potato Dextrose Agar PDA
Media  Potato Dextrose Agar  PDA ditimbang  sebanyak 3,9 gram. Kemudian dilarutkan dengan 100 ml air laut dari masing-masing salinitas serta ditambahkan
Chloramfenicol.  Media tersebut  dipanaskan diatas hotplate, dan disterilisasi dengan menggunakan autoklaf.
3.3.7  Isolasi Fungi dari Serasah
Sebanyak 10 gram sampel serasah A. marina dihaluskan dengan mortal dan alu secara
aseptis.  Serasah yang telah halus dicampurkan dengan 100 ml air laut pada masing- masing salinitas yang sudah disterilkan sehingga terbentuk suspensi. Suspensi tersebut
Universitas Sumatera Utara
diencerkan  sampai mencapai tingkat 10
-2
. Lalu 1 ml dari pengenceran 10
-2
ditanam kedalam cawan petri yang sudah berisi media PDA dengan menggunakan metode
cawan sebar. Kemudian hasil isolasi diinkubasi selama 5-8 hari. Fungi yang tumbuh pada media  dihitung jumlah koloni  masing-masing jenis  dan dikultur tunggal untuk
diidentifikasi.
3.3.8  Identifikasi Fungi 3.3.8.1  Identifikasi secara Makroskopis
Masing-masing  jenis  fungi yang telah diperoleh,  dikultur tunggal pada media PDA dan diidentifikasi  secara makroskopis. Identifikasi makroskopis dilakukan setiap hari
selama 7 hari dengan mengamati warna spora, permukaan atas dan permukaan bawah, serta diameter koloni.
3.3.8.2  Identifikasi secara Mikroskopis
Identifikasi dilakukan dengan metode Block square. Pengamatan hifa, konidia, bentuk spora, dan warna spora dilakukan di bawah mikroskop cahaya. Data hasil pengamatan
diidentifikasi dan dicocokkan dengan menggunakan buku Fungi and Food Spoilage.
3.4 Variabel yang Diamati
Variabel fungi yang diamati dalam penelitian ini adalah: a.
Jumlah jenis fungi b.
Populasi fungi c.
Frekuensi kolonisasi jenis fungi d.
Keanekaragaman jenis fungi
Universitas Sumatera Utara
3.5 Analisis Data
Metode yang dipakai untuk mengetahui keanekaragaman jenis fungi yang diisolasi dari serasah A. marina  yang mengalami proses dekomposisi pada beberapa tingkat
salinitas dilakukan dengan menggunakan Indeks Diversitas Shannon-Winner dalam Odum 1971; Barnes et al 1997 dengan rumus:
H’= - ΣNiN ln NiN
dengan: Ni= nilai kuantitatif suatu jenis
N= jumlah nilai kuantitatif semua jenis dalam komunitas
Kisaran dari Indeks Keanekaragaman H’ Magurran, 1988: 0H’1,5
= Keanekaragaman rendah
1,5H’3,5 =
Keanekaragaman sedang H’3,5
= Keanekaragaman tinggi
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi  dari serasah daun A. marina  yang mengalami dekomposisi setelah aplikasi Aspergillus  sp., Curvularia  sp., Penicillium  sp. pada beberapa tingkat salinitas di
kawasan mangrove Desa Sicanang, Belawan menunjukkan keanekaragaman jenis fungi, seperti dijelaskan berikut:
4.1. Jenis-Jenis Fungi Jenis-jenis fungi pada serasah daun A. marina  yang dijadikan kontrol tanpa aplikasi
fungi dan setelah aplikasi fungi yang mengalami dekomposisi menunjukkan jumlah jenis fungi yang berbeda. Jumlah jenis fungi yang diperoleh pada serasah daun A.
marina  yang mengalami proses dekomposisi tanpa aplikasi fungi  yaitu  4 jenis, sedangkan  jumlah jenis fungi yang diperoleh pada serasah daun A. marina  yang
mengalami proses dekomposisi setelah aplikasi fungi Aspergillus sp., Curvularia sp., dan Penicillium sp. pada salinitas 0-10 ppt yaitu 15 jenis, 14 jenis pada salinitas 10-20
ppt, dan 12 jenis pada salinitas 20-30 ppt Tabel 1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Kehadiran Fungi pada Dekomposisi  Serasah Daun A. marina  pada Kontrol dan setelah Aplikasi Fungi pada Beberapa Tingkat Salinitas
No Jenis fungi
Kehadiran Kontrol
0-10 ppt 10-20 ppt
20-30 ppt
1. Aspergillus flavus
- √
√ √
2. Mucor sp.
- √
√ √
3. Aspergillus sp 5.
- √
√ √
4. Aspergillus tereus
- √
√ √
5. Sp 5
- √
√ √
6. Penicillium sp 6.
- √
- -
7. Aspergillus sp 6.
- √
√ √
8. Aspergillus niger
√ √
√ √
9. Aspergillus  sp 7.
- √
√ √
10. Penicillium  sp 7.
- √
√ √
11. Arthrinium phaeospermum
- √
√ √
12.   Basipetospora halophila -
√ √
√ 13.   Curvularia sp.
√ √
√ -
14. Penicillium sp 3.
√ √
√ -
15. Saccharomyces sp.
√ √
√ √
Keterangan: √ = hadir
-  = tidak hadir
Menurut Affandi 2000, hasil karakterisasi dan identifikasi fungi dari serasah
daun tumbuhan di Kawasan Gunung Lawu, Surakarta, JawaTengah, didapatkan 30 strain jamur yang berasosiasi dengan proses degradasi serasah, terdiri  dari 7 genus
masing-masing  Aspergillus  10 jenis,  Penicillium  4 jenis,  Paecilomyces  2 jenis, Trichoderma  10 jenis,  Ghocladiurn  2 jenis,  Gonatobotryum  1 jenis, dan
Syncephalastrum  1 jenis.  Dari hasil isolasi serasah daun A. marina  ditemukan beberapa genus berbeda yaitu genus Aspergillus  6 jenis, Penicillium  3 jenis,
Arthirinium  1 jenis, Basipetospora  1 jenis, Curvularia  1 jenis, Mucor  1 jenis, Saccharomyces  1 jenis, dan 1 fungi tak teridentifikasi sp.5 diduga karena
dikhususkan pada serasah daun A. marina  sedangkan hasil isolasi dari serasah daun tumbuhan secara umum ditemukan sebanyak 7 genus.
Menurut Gandjar  et al 1999,  Arthirinium phaeospermum kosmopolit dan terdapat terutama pada tumbuhan Graminae. Jenis ini telah diisolasi dari tanah hutan,
tanah pertanian, kompos kebun, tanah yang terpolusi sampah, dan kayu yang busuk. Basipetospora halophila juga telah banyak diisolasi dari tanah di daerah tropis
maupun subtropis. Curvularia  sp. banyak sekali ditemukan di daerah tropis, dan mudah diisolasi dari tanah, serasah, lumpur hutan bakau. Curvularia  sp. mampu
Universitas Sumatera Utara
tumbuh dengan baik pada permukaan berbahan selulosa. Jenis ini sering ditemukan tumbuh di tanah, serasah tumbuhan seperti daun dan bagian tanaman lainnya http:
www.environix.comwhat-is-IAQlibrary-moldCurvularia2010.  Mucor  sp. juga sering ditemukan dari isolasi tanah ataupun jenis makanan, dan biji-bijian.  Diduga
serasah A. marina yang diisolasi mengandung lumpur, atau tanah yang menempel.
Aplikasi fungi pada serasah daun A. marina  diharapkan berperan sebagai dekomposer awal yang berguna untuk merombak senyawa organik yang terdapat pada
serasah tersebut. Menurut Effendi 1999, di lingkungan perairan, keterlibatan mikroorganisme pengurai seperti fungi dalam ekosistem tidak dapat diabaikan.
Menurut Affandi 2000, keberadaan fungi ini diantaranya adalah sebagai organisme dekomposer dalam proses dekomposisi serasah yang merupakan proses penting dalam
ekosistem dan memainkan peran penting dalam regulasi unsur hara dan siklus karbon. Menurut Alexander 1977, Genus Aspergillus, Penicillium, Curvularia dan beberapa
genus lainnya seperti Trichoderma, Pseudomonas, Phanerochaeta, Cellulomonas, dan Thermospora  merupakan fungi perombak bahan organik yang mengurai sisa-sisa
tanaman khususnya yang mengandung hemiselulosa, selulosa, dan lignin.
Fungi-fungi yang diisolasi dari lingkungan mangrove juga mempunyai prospek pengembangan dalam bidang industri maupun dalam bidang pembuangan limbah
karena mempunyai kemampuan dalam mendegradasi senyawa liyrnoselulosa  serta berpotensi memproduksi enzim, khususnya enzim pemecah lignin. Menurut Eriksson
et al. 1989,  fungi menunjukkan  aktivitas biodekomposisi  yang  berperan dalam mengubah  bahan organik kompleks  menjadi  senyawa organik sederhana. Senyawa
organik sederhana berfungsi sebagai penukar ion dasar yang  menyimpan dan melepaskan hara di sekitar tanaman.
Faktor salinitas menunjukkan keanekaragaman dan bertambahnya jumlah jenis fungi yang diperoleh. Serasah daun A. marina dengan aplikasi 3 fungi pada salinitas
0-10 ppt didapatkan jumlah jenis paling banyak yaitu 15 jenis dan paling sedikit pada serasah daun A. marina dengan aplikasi 3 fungi pada salinitas 20-30 ppt yaitu 12 jenis.
Semakin tinggi tingkat salinitas, semakin sedikit jenis fungi yang didapat. Menurut Mallin  et al  2000, dan Langenheders 2005 bahwa bertambahnya salinitas akan
Universitas Sumatera Utara
memberikan efek negatif terhadap kelimpahan dan keanekaragaman jenis fungi. Tingginya tingkat salinitas merupakam faktor pembatas yang mengontrol jumlah jenis
fungi dan menyebabkan rendahnya tingkat aktivitas fungi akibat terjadinya shock osmotic  atau toksik yang mengakibatkan menurunnya jumlah jenis yang diperoleh
pada salinitas 20-30 ppt.
Saccharomyces sp. selalu muncul pada setiap salinitas yaitu pada serasah daun A. marina pada salinitas 0-10 ppt , 10-20 ppt dan 20-30 ppt dan setiap aplikasi 3 jenis
fungi. Menurut Moore-landecker 1996, yeast berkembang cepat dengan membelah diri dengan cara fission  dan  budding. Jenis yeast yang diisolasi dari dekomposisi
serasah ini diperkirakan halofil tahan pada salinitas tinggi sehingga dapat menyesuaikan diri pada setiap salinitas.
4.2.   Jenis dan Jumlah Fungi pada Salinitas 0-10 ppt