Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN 46

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mangrove merupakan hutan yang terdapat di kawasan pesisir yang tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Daerah pertumbuhan mangrove merupakan suatu ekosistem yang spesifik, hal ini disebabkan adanya proses kehidupan biota flora dan fauna yang saling berkaitan, baik yang terdapat di darat maupun di laut Martosubroto, 1978. Rantai makanan yang terdapat pada ekosistem mangrove ini tidak terputus. Bunga, ranting dan daun mangrove yang jatuh ke perairan akan tenggelam atau terapung dan terbawa oleh arus laut ke daerah lain. Hasil penelitian di Florida, Amerika Serikat menunjukkan serasah bunga, ranting, dan daun yang dihasilkan oleh pohon-pohon mangrove merupakan bahan penting bagi produksi ikan di muara sungai dan daerah pantai. Zat organik yang berasal dari penguraian serasah hutan mangrove ikut menentukan kehidupan ikan dan invertebrata di areal tersebut Soeroyo, 1987. Aliran energi pada ekosistem mangrove dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik seperti sungai-sungai, pasang surut, gelombang laut dan faktor-faktor biologi seperti produksi serasah dari tumbuhan yang jatuh dan mengalami dekomposisi, serta semua mekanisme yang mengatur kecepatan pemasukan, pengeluaran dan penyimpanan material organik dan anorganik. Faktor fisik ini membawa unsur hara ke lingkungan mangrove yang secara aktif diabsorbsi oleh akar-akar permukaan substrat, mikroflora dan mikrofauna. Mangrove seperti tumbuhan lainnya membutuhkan unsur hara untuk pertumbuhan. Secara umum arti dari pergerakan dan perpindahan materi dan energi dalam ekosistem mangrove yaitu mangrove menggunakan material anorganik yang masuk ke lingkungan mangrove dan mengeluarkan material organik dalam bentuk Universitas Sumatera Utara serasah tumbuhan yang dapat menyokong rantai makanan dekat pantai Soeroyo, 1987. Menurut Moore-Landecker 1996, seperti saproba lainnya, fungi saprofit merupakan organisme penyebab kerusakan yang memperoleh nutrisi dari material organik yang telah mati. Substrat atau sumber nutrisi dapat berupa jasad tumbuhan atau hewan yakni bagian dari tanaman atau hewan seperti daun, ranting, sampah organik, beberapa komponen sintetis, dan beberapa produk lain yang dapat terlarut. Komponen dari makhluk hidup tersebut digunakan sebagi nutrisi. Dengan degradasi atau dekomposisi, komponen serasah yang berukuran besar ini kemudian dipecah menjadi molekul-molekul organik. Di lingkungan perairan, keterlibatan mikroorganisme pengurai seperti fungi dalam ekosistem setempat jelas tidak dapat diabaikan Efendi, 1999. Fungi terdapat hampir di seluruh ekosistem yang terdapat di bumi yang berperan dalam mendegradasi dan mendaur ulang unsur-unsur esensial seperti karbon, nitrogen, dan fosfor Alongi, 1994. Serasah yang jatuh ke dalam sungai dan daerah pantai mengalami dekomposisi yang melibatkan peran mikroorganisme seperti bakteri dan fungi. Dekomposisi akan berjalan lebih cepat jika ada mikroorganisme tersebut. Oleh karena itu, dengan penambahan fungi pada serasah Avicennia marina diharapkan proses dekomposisi akan lebih cepat. Kecepatan proses dekomposisi serasah tidak hanya dipengaruhi oleh mikroorganisme pengurai tetapi juga dipengaruhi oleh faktor iklim seperti curah hujan, kelembaban, intensitas cahaya, suhu udara di sekitar kawasan mangrove dan kondisi lingkungan tempat tumbuh organisme seperti suhu air, pH, salinitas air, kandungan oksigen terlarut dalam air, kandungan hara organik dalam air dan lain-lain. Dalam proses dekomposisi, semua faktor baik faktor fisik, kimia, maupun biologis saling berinteraksi satu sama lain Anderson dan Swift, 1979 . Aksornkoae 1993 menyatakan bahwa salinitas merupakan faktor lingkungan yang sangat menentukan perkembangan organisme. Salinitas air juga berperan penting dalam proses dekomposisi serasah. Salinitas merupakan nilai yang menunjukkan jumlah garam-garam terlarut dalam satuan volume air yang biasanya dinyatakan Universitas Sumatera Utara dengan satuan promil 00 . Kandungan utama dari air laut dibentuk oleh ion Na + dan Cl - , ditambah berbagai jenis unsur lain yang jumlahnya relatif sedikit Barus, 2004. Hutan mangrove di kawasan desa Sicanang, Belawan merupakan salah satu kawasan yang banyak didominasi oleh jenis vegatasi Avicennia marina . Penelitian tentang jenis-jenis fungi yang berasosiasi pada proses dekomposisi serasah A. Marina setelah aplikasi fungi pada beberapa tingkat salinitas masih sangat terbatas. Maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh aplikasi fungi yang diperoleh pada penelitian sebelumnya yaitu Aspergillus sp., Curvularia sp., Penicillium sp., terhadap keanekaragaman jenis fungi yang berasosiasi pada serasah daun A. marina yang mengalami dekomposisi pada beberapa tingkat salinitas pada kawasan desa Sicanang.

1.2 Permasalahan