juga menghasilkan beberapa polimer yang kompleks dan bersifat resisten dari hasil aktivitas saprofitnya. Komponen yang dihasilkan dapat berupa bahan utama
pembentuk humus yakni humic acid yang dapat menyuburkan tanah.
Menurut Lear dan Turner 1977, bagian terbesar dari serasah merupakan bahan pokok untuk tempat berkumpulnya bakteri dan fungi. Bakteri dan fungi yang
terdapat pada serasah tersebut diperkirakan memiliki peranan penting dalam proses dekomposisi serasah. Menurut Ayunasari 2009, beberapa fungi yang memiliki
kontribusi terbesar dalam proses dekomposisi serasah A. marina adalah Aspergillus sp., Curvularia sp., Penicillium sp. Menurut Gandjar et al 2006, para peneliti Jepang
telah mengisolasi fungi dari lumpur hutan mangrove yang terdapat di pulau Okinawa, dan menemukan Penicillium purpurogenum, Aspergillus terreus, Trichoderma
harzianum, Penicillium cristosum, Acremonium alabamense, Talaromyces flavus var. flavus, dan Phialophora fastigiata. Mereka melanjutkan penelitian dengan
mengisolasi fungi dari rhizosfer tumbuhan mangrove Salicornia europaea L. tumbuhan halofit dan menemukan: Acremonium strictum, Alternaria alternate,
Cladosporium cladosporoides, Penicillium citrinum, Phoma sp., Trichoderma sp., Pestalotiopsis sp., Cylindrocarpon destructans, dan Coelomycetes sp.
2.5 Salinitas
Salinitas air juga berperan penting dalam proses dekomposisi serasah. Salinitas merupakan nilai yang menunjukkan jumlah garam-garam terlarut dalam satuan
volume air yang biasanya dinyatakan dengan satuan promil
00
. Kandungan utama dari air laut dibentuk oleh ion Na
+
dan Cl
-
, ditambah berbagai jenis unsur lain yang jumlahnya relatif sedikit. Umumnya garam terlarut pada ekosistem laut terutama
terdiri atas NaCl, sedangkan pada perairan tawar terutama terdiri atas kalsium karbonat. Berdasarkan venice system to classification of water according to salinity,
jenis air payau mixohalin memiliki tingkat salinitas 0,5-30
00
Barus, 2004.
Secara alami kandungan garam terlarut dalam air dapat meningkat apabila populasi fitoplankton, tumbuhan air, dan fungi yang hidup di air menurun. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
dapat terjadi karena melalui aktivitas respirasi dari organisme air akan meningkatkan proses mineralisasi yang menyebabkan kadar garam air meningkat. Garam-garam
tersebut meningkat kadarnya dalam air karena tidak lagi dikonsumsi oleh fitoplankton, tumbuhan air, dan fungi yang mengalami penurunan jumlah populasi tersebut. Proses
penguraian bahan organik dalam air, yang berasal dari pembuangan limbah cair misalnya, melalui proses biodegradasi akan meningkatkan garam-garam nutrisi yang
dapat dimanfaatkan oleh berbagai jenis alga dan fitoplankton lain. Hal ini akan menyebabkan kadar garam terlarut dalam air akan mengalami fluktuasi sesuai dengan
fluktuasi dari populasi fitoplankton, tumbuhan air, fungi dan fluktuasi dari jumlah bahan organik yang ada dalam air Barus, 2004.
Semakin tinggi tingkat salinitas maka semakin sedikit mikroorganisme yang mampu beradaptasi dan dapat bertahan hidup. Menurut Muslimin 1996,
mikroorganisme yang terdapat pada perairan dipengaruhi oleh faktor fisik maupun kimia seperti tekanan hidrostatik, sinar, pH, salinitas dan suhu. Salah satu respons
mikroorganisme terhadap salinitas adalah tidak dapat bertoleransi dan akan mati pada kondisi salinitas tinggi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat